Tasauf

DEFINISI TASAUF

DEFINISI TASAUF

Narapidana**

Tulisan ini di sarikan dari beberapa karya-karya para pengamat Sufisme yang terangkai dalam tulisan sederhana yang tidak memiliki arti apa-apa. Semoga bermamfaat.

Apabila kita beralih dari masalah kata ‘tasawuf’ ke masalah batasannya, maka kita temukan deretan panjang definisi, hingga menurut satu pendapat mencapai dua ribu.. Suhrawardi menyatakan, “Pendapat para syaikh mengenai esensi tasawuf lebih dari seribu pendapat.,  Ath-Thusi menyebutkan bahwa Ibrahim bin Maulis Ar-Riqi telah menyampaikan lebih dari seratus jawaban saat ditanya tentang definisi tasawuf. Al-Qusyairi di dalam Risalahnya yang masyhur merangkum 50 definisi dari ulama pendahulu.

Sedangkan Nicholson merangkum 78 definisi. Karena itu kalimat tasawuf telah menjadi istilah yang berkembang seiring perkembangan zaman, dan terpengaruh oleh berbagai situasi dan kondisi zaman. Kita temukan arti tasawuf di satu masa berbeda dengan yang ada di masa lain, satu sufi dari sufi lain, hingga dari satu individu di satu waktu ke waktu lain. Karena setiap orang menyampaikan menurut perasaan dan citarasa spiritualnya.

Ibnu Khaldun menyatakan, “Banyak sufi berusaha mengungkapkan arti tasawuf dengan kalimat yang general dengan memberi keterangan maknanya, tetapi tidak satu pun pendapat yang tepat. Di antara mereka ada yang mengunkapkan kondisi-kondisi permulaan..ada yang mengungkapkan kondisi-kondisi akhir..ada yang mengungkapkan pertanda saja..ada yang mengungkapkan prinsip-prinsip dan dasar-dasarnya..ada yang menyatukan prinsip dan dasarnya. Masing-masing dari mereka mengungkapkan apa yang ditemukannya dan masing-masing bicara menurut derajat spiritualnya. Dan masing-masing menyatakan apa yang terjadi pada dirinya, menurut pencapaiannya dalam bentuk ilmu, atau amal, atau kondisi spiritual, atau dzauq (cita rasa spiritual), atau selainnya. Seluruhnya adalah tasawuf. Inilah sebagian definisi yang kami sampaikan sebagai contoh, bukan untuk pembatasan.

1. Ma’ruf Al-Kurkhi*10 mengatakan, “Tasawuf adalah mengambil hakikat-hakikat dan tidak tertarikpadaapayangadaditangan makhluq.

2. Dzunnun Al-Mishri*12 ditanya mengenai sufi, lalu ia menjawab, “Sufi adalah orang yang tidak letih sebab permintaan dan tidak gelisah sebab dicabut nikmat.” Ia juga mengatakan, “Mereka adalah kaum yang mengutamakan Allah di atas setiap sesuatu, sehingga Allah mengutamakan mereka di atas setiap sesuatu.

3. Abu Yazid Al-Bustami ditanya apa itu tasawuf, lalu ia menjawab, “Sifat Yang Haq dikenakan oleh hamba. Ia juga berkata, “Tasawuf adalah mengikat kelembutan dan menolak tabir.  Juga, “Melempar ego dan melihat Allah secara total.  Dan, “Cahaya berkilauan yang tertangkap oleh bashirah lalu ia menatapnya lekat-lekat.

4. Sahl At-Tustari mengatakan, “Sufi adalah orang yang melihat darahnya boleh ditumpahkan dan miliknya mubah.  Ia juga mengatakan, “Tasawuf adalah sedikit berkonflik dan berdiam bersama Rabbul ‘Ula, serta lari kepada Allah dari seluruh manusia.

5. An-Nawawi mengatakan, “Sifat sufi adalah diam saat tiada dan itsar (mengutamakan orang lain) saat ada. Ia juga mengatakan, “Tasawuf adalah setiap pencapaian jiwa.  Juga, “Tasawuf adalah menebar maqam (derajat spiritual) dan bertautan pada konsistensi

6. Samnun ditanya mengenai tasawuf, lalu ia menjawab, “Kau tidak memiliki sesuatu, dan tidak sesuatu pun yang memilikimu.

7. Junaid mengatakan, “Tasawuf adalah Yang Haq mematikanmu darimu dan menghidupkanmu dengan-Nya. Ia juga berkata, “Tasawuf adalah kau bersama Allah tanpa hubungan. Juga, “Tasawuf adalah paksaan yang tidak menyimpan perdamaian.” Dan, “Tasawuf adalah dzikir disertai pertemuan, ekstase disertai mendengar, dan amal disertai ketaatan. Juga, “Tasawuf adalah sifat yang di dalamnya hamba ditegakkan.” Ia ditanya, “Sifat bagi hamba atau sifat bagi Yang Haq?” Ia menjawab, “Sifat bagi Yang Haq pada tataran hakikat, dan sifat bagi hamba pada tataran bentuk. Juga, “Tasawuf adalah hamba tidak melihat selain Yang Haq, tidak harmoni selain terhadap Rabb-nya, dan tidak membarengi selain waktu-Nya.” Dan, “Tasawuf adalah kelekatan sirr dengan Yang Haq.

8. Ruwaim ditanya mengenai tasawuf, lalu ia menjawab, “Melepaskan ego bersama Allah Ta’ala menurut kehendak-Nya.” Ia juga mengatakan, “Tasawuf didasarkan pada tiga etik; berpegang teguh pada kefakiran, mewujudkan pengorbanan dan itsar, serta tidak memilih-milih

9. Ibnul Jala mengatakan, “Tasawuf adalah hakikat yang tidak punya bentuk.

10. Al-Hallaj. ditanya mengenai sufi, lalu ia menjawab, “Ketunggalan ego yang tidak diterima oleh seseorang dan tidak menerima seseorang Ia juga mengatakan, “Siapa yang mengisyarat kepadanya maka ia mutashawwif, dan siapa yang mengisyarat tentang dirinya, maka ia sufi.  Sufi adalah orang yang mengisyaratkan tentang Allah, karena kebanyakan orang mengisyarat kepada Allah.

11. Abu Muhammad Al-Jariri ditanya tentang tasawuf, alu ia menjawab, “Masuk ke dalam setiap etika yang luhur, dan keluar dari setiap etika yang rendah. Ia juga mengatakan, “Tasawuf adalah muraqabah terhadak kondisi-kondisi spiritual dan menetapi adab.

12. Abu ‘Amr Ad-Damsyiqi mengatakan, “Tasawuf adalah melihat alam semesta dengan pandangan kekurangan, sebaliknya menutup mata terhadap setiap sesuatu yang kurang untuk musyahadah (kontemplasi) terhadap Dzat yang suci dari kekurangan.

13. Al-Katani berkata, “Tasawuf adalah kejernihan dan kontemplasi.” Ia juga mengatakan, “Sufis adalah sahaya secara zhahir dan merdeka secara batin

14. Abu Ali Ar-Rawadzbari mengatakan, “Sufi adalah orang yang mengenakan wol atas dasar kejernihan, memberi makan dirinya dengan makanan buruk, melempar duniawi ke belakang, dan menempuh jalan Mushthafa

15. Abdullah Al-Murta’isy ditanya mengenai tasawuf, lalu ia menjawab, “Paradoks, distorsi dan pentabiran

16. Abu Bakr Asy-Syibli  mengatakan, “Tasawuf adalah duduk bersama Allah tanpa kepentingan.” Ia juga mengatakan, “Sufi adalah orang yang terputus dari makhluk dan bersambung dengan Yang Haq.” Ini sesuai dengan firman Allah, “Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku” (Thaaha: 41), kemudian Allah berfirman, “Dan kau tidak akan melihat-Ku” Ia juga mengatakan, “Tasawuf adalah kilat yang membakar.” Ia juga mengatakan, “Sufi adalah anak-anak di ruang Yang Haq.” Juga, “Tasawuf adalah ‘ishmah (terpelihara) dari penglihatan spiritual terhadap alam semesta*52.” Ia juga mengatakan, “Tasawuf adalah syirik karena merupakan terpeliharanya hati dari melihat yang lain, padahal tidak ada yang lain. Dan, “Sufi tidak melihat di dua negeri bersama Allah selain Allah.

17. Abu Hasan Ash-Shairafi mengatakan, “Tasawuf adalah menjauhkan penglihatan spiritual kepada Yang Haq secara lahir dan batin.

18. Al-Hashri berkata, “Sudi tidak eksis setelah ketiadaannya, dan tidak tiada setelah eksis Ia juga mengatakan, “Sufi itu wajd adalah wujudnya dan sifat-sifatnya adalah hijabnya.” Dan, “Sufi adalah apabila ia menyifati maka ia menentang, dan apabila ia bermanivestasi maka ia menyingkap

19. Abu Utsman Al-Maghribi  mengatakan, “Tasawuf adalah memutus hubungan-hubungan, menolak ciptaan-ciptaan, dan bertaut pada hakikat-hakikat*

20. Abul Hasan Al-Kharqani mengatakan, “Sufi bukan menurut pakaiannya, sajadahnya, penampilannya, dan kebiasaannya, melainkan sufi adalah orang yang tidak punya wujud.” Ia juga mengatakan, “Sufi adalah siang yang tidak butuh matahari dan malam yang tidak butuh bulan dan bintang, dan ketiadaan yang tidak butuh wujud

21. Ibnu ‘Arabi  mengatakan, “Tasawuf adalah akhlak Ilahi

22. Abdul Karim Al-Jili  mengatakan, “Sufi adalah orang yang jernih dari kotoran-kotoran basyariyah dengan Nama-Nama Yang Haq, Sifat-Sifat-Nya, dan Dzat-Nya  

Dari uraian di atas, jelas bahwa tidak satu definisi sempurna dan komprehensif, yang menawarkan pemikiran sempurna mengenai esensi tasawuf, dan bahwa definisi-definisi ini memiliki kekurangan. Setiap definisi hanya menjelaskan satu aspek atau sifatnya saja. Namun Dr. Abdul Halim Mahmud telah definisi Al-Katani (tasawuf adalah kejernihan dan kontemplasi) dengan argumen bahwa definisi ini telah mencakup dua sisi yang dalam kesatuan yang sempurna membangun definisi tasawuf. Yang pertama adalah wasilah, yaitu kejernihan; dan yang kedua adalah tujuan, yaitu kontemplasi. Kemudian beliau menyatakan, “Musyahada adalah derajat ma’rifat yang paling tinggi. Jadi, tasawuf adalah ma’rifat—derajat ma’rifat tertinggi setelah kenabian, dan tasawuf adalah jalan menuju musyahadah (kontemplasi)

Sebenarnya, tasawuf berdiri pada dua dasar:

Pertama, pengalaman batin langsung dalam hubungan antara hamba dan Rabb. Kedua, kemungkinan unifikasi antara sufi dan Allah. Termasuk dasar pertama adalah kondisi-kondisi spiritual dan derajat-derajat spiritual. Dan termasuk yang kedua adalah peneguhan Yang Mutklak, atau Wujud Yang Haq, atau Maujud Tunggal, yang dalam naungannya mencakup seluruh maujud dan ada kemungkinan bertaut dengannya, sehingga tidak ada yang eksis selain Dia.

Al-Jili menyebutkan ucapan seorang syaikhnya bahwa sufi itu adalah Allah..
Jadi, tasawuf adalah tangga naik yang memiliki jenjang-jenjang yang berujung pada Dzat Yang Tinggi, dan perjalan meningkat dalam titian-titian naiknya hingga puncak kesatuan dan manunggal (unifikasi).

**Penulis adalah Murid Wali Qutub Yang Tinggal Di Kota Batam.

 

 

21 Comments

  • zal

    menurutku, tassawuf, merupakan rangkaian pengungkapan fenomena-fenomena mistik baik yang dapat dirasakan, dipandangkan, diperdengarkan dan dipertautkan, selebih dari itu tak terungkapkan dan tanpa sebutan apapun

  • sufimuda

    yup…setuju dengan zal
    tasawuf adalah ilmu kaji rasa, ada ungkapan dalam tasawuf, “Tidak akan tahu jika tidak merasa”. Tasauf ada 2 yaitu Amali dan filsafati, yang amali didapat dengan mempraktekkan zikir melalui bimbingan seorang Mursyid yang kamil mukamil, khalis mukhlisin, hasil rasa dari para pengamal tasauf ini kemudian diceritakan dalam bentuk tulisan, nah tulisan ini kemudian menjadi tasawuf jenis kedua yaitu, Filsafati yaitu mempelajari tasauf lwat pemikiran. Orientalis faham sekali dengan tasawuf tapi sayangnya pada tataran Filsafati sehingga tidak terbuka “hijab”nya. Begitu juga ada yang mengambil jurusan tasawuf di IAIN atau di Luar Negeri, sama aja, tidak bisa merasakan nikmatnya ber TUHAN. Mereka mempelajari maqam-maqam yang ditempuh para sufi tetapi tidak pernah sampai kesana.

  • sufimuda

    ada yang lupa nich…
    mau tahu tasauf amali? merasakn getaran TUHAN, merasakan rindu dengan Nya, “berjumpa” dengan Nya, sufimuda tahu tuch rahasianya h3

  • Abah

    Begitu indah kesenangan dalam dunia., tapi bagaiman tuch KEINDAHAN kalo ketemu dengan TUHAN yang punya dunia..

    karena tasawuf adalah ilmu pendalaman dalam rasa ketauhidan, dan rasa kerohanian., bagaimana orang-orang yang memahaminya dengan berfilsafat… ?

  • sufimuda

    Pencarian Tuhan sudah dilakukan manusia dari zaman awal sampai sekarang….kalau kita membaca “HISTORY OF GOD” karya karen Amstrong kita tahu bahwa Agama yang kita yakini sekarang ini mempunyai sejarah yang amat panjang.
    Pencarian Tuhan yang dilakukan Nabi Ibrahim memberikan gambaran kepada kita bahwa fitrah alamiah seseorang adalah mencari sesuatu yang “Supranatural” atau “Gaib” kekuatan diluar kemampuan manusia dan kemudian dinamakan TUHAN.
    Spiritual Quotient (SQ) atau Emotional Spiritual QuotienT (ESQ) hanyalah jalan untuk mencari Tuhan, jalan untuk menyadarkan kita akan adanya Tuhan bukan jalan untuk berjumpa denganNya, makanya pelatihan sehebat apapun tidak akan bisa membuka rahasia dimana SANG PEMILIK BUMI & LANGIT berada.
    kita hanya, sekali lagi HANYA bisa menemukannya dalam MAKRIFAH QUOTIENT (MQ), dan ini hanya ada dalam tradisi Sufi/tasawuf, hanya bisa di dapat dengan menjalani Thariqatullah (Jalan kepada Allah), latihan intensif dengan zikir dalam SULUK/I’TIKAF melalui bimbingan seorang AHLI yang disebut MURSYID.

    Thareqat mempunyai Jalur Keguruan yang Lengkap (baca: Ahli Silsilah Thareqat Naqsyabandiah) dan telah terbukti nyata mengantarkan manusia2 pilihanNya menuju kehadirat Ilahi

    Para ahli filsafat (Filosof) menemukan Tuhan dengan Pengetahuan Yang Benar melalui logika, argumen-argumen, dalil-dalil, baik itu bersumber kepada Agama (Filsafat Agama) maupun kepada Alam .
    Sementara para Ahli Teologi (ilmu kalam) menemukan Tuhan melalui Pengetahuan Yang Benar dengan dalil-dalil Al-Qur’an.

    Sufi menemukan Tuhan dengan zikir dan Rasa (hal).

    Lantas, mana yang paling benar?
    kita tidak tahu…
    karena kebenaran yang satu bisa jadi bertentangan dengan lainnya.
    KEBANARAN HAKIKI adalah milik ALLAH semata-mata AL HAQ BI RABBI, maka yang paling benar adalah temukan ALLAH otomatis KEBENARAN beserta kita

    Menarik cerita dialog antara Ibnu Sina (salah seorang Ahli Filsafat) dengan Abu Sa’id (seorang guru Sufi). Setelah berdialog berhari-hari, suatu saat Ibnu Sina ditanya apa pendapatnya tentang Abu Sa’id, lantas Ibnu Sina menjawab, “aku melihat Abu Sa’id sampai kepada Tempat-tempat yang aku pelajari”, sementara ditempat lain Abu Sa’id ditanya, apa pendapat dia tentang Ibnu Sina, lantas Abu Sa’id menjawab, “aku melihat seorang buta memakai tongkat sampai ke tempat yang sering aku datangi”

  • sufimuda

    Lupa nich…
    benar, indah ketemu TUHAN tidak bisa digambarkan dengan kata2, membangkitkan CINTA Nya saja membuat seluruh badan bergetar, apalagi menggambarkan “Perjumpaan” dengan Nya, Insya ALLAH sufimuda sedang menyiapkan edisi tentang JEJAK-JEJAK CINTA SANG SUFI MUDA, sebuah karya untuk berbagi rasa dalam MENCINTAI sang “PEMILIK CINTA”

  • Hamba Dhaif

    wah kalau anda kenal Allah sebagai filsuf atau penyair jangan2 itu bukan Allah, ayoo cari lagi….ampe ketemu yang sebenarnya…..

  • Sufimuda

    Allah memberikan kebebasan kepada hambaNya untuk memposisikan DIA sebagai apa, sebagai Sahabat kah seperti Nabi Ibrahim yang mendapat gelar Khalilullah (Sahabat Allah), atau sebagai kawan berbicara seperti Nabi Musa mendapat gelar Kalamullah (kawan berbincang Allah), sebagai titisanNya yaitu Nabi Isa (Ruhillah) ataukah sebagai pacar/kekasihNya itulah junjungan kita Nabi Muhammad SAW mendapat gelar Habibullah.
    mungkin maksud Hamba Dhaif jangan cuma dikenal sebagai filsuf atau penyair aja ya, karena dia Maha Segalanya, ato ada maksud laen ni 🙂

  • dodo

    menurut saya, kita bebas menterjemahkan arti tasawuf tapi pada dasarnya intinya sama bahwa tasawuf itu perjalanan spiritual seorang manusia shg mampu berserah diri dlm cahaya Tuhan secara real/nyata/pasti ! bukan imajinasi, khayalan, bayang2! kita jgn terjebak dlm bgmn wujud Tuhan, yang pasti semua kitab suci mengejawantahkan Wujud Nya adalah cahaya. Dengan tahu dan kenal cahayaNya maka kelak bila kematian tiba kita akan melihat Tuhan sejelas2nya dan lebur dalam cahaya Nya. Tasawuf itu bukan utk dipelajari scr teoritik tetapi dipraktekan dan buah tasawuf lainnya adalah hati yg makrifat sebagai alat untuk menjalani kehidupan secara benar dan bahagia.

  • Elfizon Anwar

    Kalau Anda tidak mampu untuk ikut ‘bertasawuf’, ya perdalam saja prinsip-prinsip ajaran Islam. Ajaran Islam pada dasarnya memuat masalah keimanan, ibadah dan ihsan. Keimanan digambarkan dengan puncak keimanan yakni ‘syahadat’ yang dijabarkan ke dalam rukun iman. Ibadah ada dua bagian, bersifat vertikal yakni shalat dan puasa, bersifat horisontal yakni zakat dan haji.Apabila Anda melaksanakan perintah ini dengan dasar ihsan, tulus atau semata karena Allah SWT, ya Insya Allah Anda sudah mencapai tingkat ma’rifat atau muttaqin.

  • agyar

    tetep aza dlam tasawuf kalo dlm syariahnya meriwayatkan hadist yg dhaif sprti di blog ini, ya keliru terus. Aneh banyak orang yg memuji !

  • Abu Tausi

    @agyar
    Kalau boleh tahu yang mana hadist dhaif?
    Tidak usah aneh kalau banyak orang memuji blog ini karena memang yang ditulis oleh saudara kita sufimuda memang sebuah kebenaran.
    Bagi saya yang aneh adalah seperti anda, menolak kebenaran.
    Untuk anda saya punya Pepatah, “kalau galah panjang sejengkal janganlah laut hendak di duga”

Tinggalkan Balasan ke zalBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca