Tasauf

Rabithah MURSYID

Pengertian Rabithah

Rabithah dalam pengertian bahasa(lugat) artinya bertali, berkait atau berhubungan. Sedangkan dalam pengertian istilah thareqat, rabithah adalah menghubungkan ruhaniah murid dengan ruhaniah guru dengan cara menghadirkan rupa / wajah guru mursyid atau syaikh ke hati sanubari murid ketika berdzikir atau beramal guna mendapatkan wasilah dalam rangka perjalanan murid menuju Allah atau terkabuknya do’a. Hal ini dilakukan karena pada ruhaniah Syekh Mursyid itu terdapat Arwahul Muqaddasah Rasulullah Saw atau Nur Muhammad. Syaikh Mursyid adalah Khalifah Allah dan Khalifah Rasulullah. Mereka adalah wasilah atau pengantar menuju Allah. Jadi tujuan merobith adalah memperoleh wasilah.

Seorang murid dengan sungguh-sungguh menuntut ilmu dari gurunya, dan seorang guru dengan tulus ikhlas memberikan pendidikan dan pengajaran kepada muridnya, hingga dengan demikian terjadilah hubungan yang harmonis antara keduanya. Murid yang mendapatkan ilmu pengetahuan dari gurunya dengan cara demikian akan memperoleh ilmu yang berkah dan bermanfaat. Persambungan antara mereka itu lazim disebut dengan rabithah.

Kalau rabithah antara murid dengan guru biasa adalah transfer of knowledge, yakni mentransfer ilmu pengetahuan, maka rabithah antara murid dengan guru mursyid adalah transfer of spiritual, yakni mentransfer masalah-masalah keruhanian. Di sinilah letak perbedaannya. Kalau transfer of knowledge tidak bisa sempurna tanpa guru, apalagi transfer of spiritual yang jauh lebih halus dan tinggi perkaranya, maka tidak akan bisa terjadi tanpa guru mursyid.

                Dasar-dasar utamanya adalah penunjukan yang dilakukan oleh Tuhan lewat guru mursyid atau ilham dari Allah Swt Karena itu tidak semua orang bisa menjadi guru mursyid. Seorang mursyid adalah seorang yang ruhaninya sudah bertemu Allah dan berpangkat waliyan mursyida, yakni kekasih Allah yang layak menunjuki umat sesuai dengan hidayah Allah yang diterimanya. Hal iniseperti dijelaskan dalam surat al Kahfi ayat 17.

Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang Luas dalam gua itu. itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barang siapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (QS. al Kahfi : 17)

 

Jadi jelas fungsi guru mursyid adalah sebagai pembimbing ruhani, di samping itu juga sebagai orang tua yang harus dipatuhi segala perintahnya dan dijauhi segala yang dilarangnya. Dengan demikian seorang murid merasa takut manakala meninggalkan perintah agama dan atau melanggar larangan agama, karena waktu itu akan terbayanglah bagaimana marahnya wajah guru mursyid manakala dia berbuat demikian.

Hal yang demikian ini pulalah yang menyebabkan nabi Yusuf merasa takut dan enggan ketika hendak diajak berzina oleh Siti Zulaikha. Terbayanglah oleh nabi Yusuf as wajah ayahnya (nabi Ya’kub) atau wajah suami Zulaikha (Qithfir) manakala ayahnya atau suami Zulaikha mengetahui apa yang akan diperbuatnya.

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. (QS. Yusuf : 24)

 

Dasar-Dasar Rabithah Mursyid

Dasar-dasar hukum yang digunakan sebagai dalil terhadap rabithah adalah firman Allah Swt.

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersikap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kamu kepada Allah Swt supaya kamu beruntung (sukses). (QS. Ali Imran : 200).

 

Kata warabithu dalam ayat ini adalah diambil arti hakikinya, lebih dalam dari sekedar makna lahiriahnya yaitu mengadakan penjagaan di pos-pos penting dalam situasi peperangan, agar musuh tidak menerobos. Kalau perang fisik, seseorang menjaga pertahanan wilayah dari serbuan musuh-musuh dari orang kafir, maka dalam perang metafisik, orang mengadakan rabithah di wilayah hati agar syetan tidak menyusup ke wilayah hati sanubari tersebut. Itulah yang menjadi dasar-dasar rabithah bagi para pakar tawasuf / thareqat. Menurut mereka rabithah mursyid adalah salah satu memperoleh wasilah menuju Allah. Firman Allah Swt.

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah / jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihatlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. al Maidah : 35)

 

Menurut pendapat ahli thareqat, mafhum al-wasilah dalam ayat ini bersifat umum. Wasilah dapat diartikan dengan amal-amal kebajikan Berkumpul dan bergandengan dengan guru mursyid secara lahir atau batin termasuk amal yang baik dan terpuji. Berkumpul dan bergabung itulah oleh kalangan ahli thareqat disebut dengan rabithah mursyid. Jika diperintah mencari wasilah, maka rabithah adalah wasilah yang terbaik diantara jenis wasilah yang lain. Firman Allah

Katakanlah : jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kamu. Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)

 

Ayat di atas menurut kalangan thareqat, isyarat kepada rabithah, sebab “mengikut” itu menghendaki melihat yang diikuti. Dan melihat yang diikuti ada kalanya melihat tubuhnya secara nyata (konkret) dan ada kalanya melihatnya secar hayal (abstrak). Melihat dalam hayal itulah yang dimaksud dengan rabithah. Jika tidak demikian, tentu tidak dapat dinamakan mengikut. Allah Swt berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah Swt dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS. at Taubah : 119)

 

Asy Syekh Ubaidillah Ahrar menafsirkan kebersamaan dengan orang-orang yang benar, yang diperintahkan oleh Allah Swt dalam ayat itu terbagi dua:

·         Bersama-sama jasmaniah, yaitu semajelis, sehingga kita mendapatkan keberuntungan dari orang-orang yang shiddiq.

·         Bersama-sama maknawi, yaitu bersama-sama ruhaniah yang diartikan dengan rabithah.

 

Asy Syekh Muhammad Amin al Kurdi menyatakan wajibnya seorang murid terus-menerus me-rabithah-kan ruhaniahnya kepada ruhaniah Syekh gurunya yang mursyid, guna mendapatkan karunia dari Allah Swt. Karunia yang didapati itu bukanlah karunia dari mursyid, sebab mursyid tidak memberi bekas. Yang memberi bekas sesungguhnya hanya Allah Swt, sebab di tangan Allah Swt sajalah seluruh perbendaharaan yang ada di langit dan di bumi, dan tidak ada yang dapat berbuat untuk men-tasaruf-kannya kecuali Allah Swt. Hanya saja Allah Swt men-tasaruf-kannya itu, melalui pintu-pintu atau corong-corong yang telah ditetapkan-Nya, antara lain melalui para kekasih-Nya, para wali-wali Allah Swt yang memberikan syafaat dengan izin-Nya (Amin al Kurdi: 1994, hlm. 448).

Adapun dalil sunah tentang rabithah antara lain tertera dibawah ini

Hadits Bukhari menyatakan:

أَنَّ اَبَا بَكْرِ الصِّدِّيْق رَضِىَ الله عَنْهُ شكا لِلنَّبِىِّ عَدَمَ انْفِكاَكِهِ. عَنْهُ حَتىَّ فِى الْخَلاَءِ

Bahwa Abu Bakar as Shiddik mengadukan halnya kepada Rasulullah Saw bahwa ia tidak pernah lekang (terpisah ruhaninya) dari Nabi Saw sampai ke dalam WC.

 

Sedangkan Sayyid Bakri berpendapat antara lain berbunyi sebagai berikut

وَيُضِمُّ أَيْضَا إِلىَ ذَلِكَ اسْتِمَضَارَشَيْخِهِ الْمُرْشِدِ لِيَكُوْنَ رَفِيْقَهُ فىِ السَّيِْر إِلىَ الله تَعَالَى

Dan menyertakan pula kepada (dzikir Allah Allah) itu, akan hadirnya Gurunya yang memberi petunjuk, agar supaya menjadi teman dalam perjalan menuju kepada Allah Ta’ala. (Sayyid al Bakri dalam kitab Kifayatul atqiya, hlm. 107).

 

Pendapat Para Imam Tasawuf Tentang Rabithah

a.       Imam Sya’rani dalam Nafahatu Adabidz Dzikri mengatakan, “Dianjurkannya kepada orang banyak supaya mereka mengamalkan adab dzikir yang 20 perkara itu. Dinyatakan adab yang ke-4: hendaklah sejak permulaan dzikir, himmah syaikhnya terus-menerus berada dalam kalbunya. Ke-5: dia menganggap bahwa limpahan dari gurunya itu pada hakikatnya adalah pancaran dari Nabi Saw karena syaikhlah merupakan wasilah murid dengan Nabi Saw. Dihayalkan rupa guru di depan matanya, inilah maksud rabithah, tidak lebih.

b.       Syaikh Tajuddin an Naqsyabandi dalam Risalah-nya, menyatakan bahwa apabila seseorang telah selesai dengan urusan dunianya, maka hendaklah ia mengambil wudhuk, lalu masuk ke tempat khalwatnya. Sesudah duduk, pertama-tama dia harus menghadirkan rupa guru.

c.        Syaikh Abdul Ghani an Nablusi dalam komentarnya tentang Risalah Syaikh Tajuddin an Naqsyabandi itu menyatakan bahwa itulah cara yang paling sempurna, sebab syaikh adalah merupakan pintunya ke hadirat Allah dan wasilah kepada-Nya. seperti Firman Allah dalam surat at Taubah ayat 119 di atas. Firman Allah dibawah ini menunjukkan bahwa rabithah mursyid adalah termasuk dzikir kepada Allah Swt yang maha rahman. Dzikir demikian itu mampu mengusir syetan. Bilamana orang enggan melakukan demikian, (dzikir dengan rabithah) maka Allah akan menyertakan orang tersebut dengan syetan yang selalu membelokkannya ke jalan yang lurus. Tetapi anehnya orang tersebut merasa mendapatkan petunjuk. Rasanya jauh api dengan panggang.

Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (al Qur’an), kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan), maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syetan-syetan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. az Zukhruf : 36 – 37)

 

d.       Syaikh Ubaidullah al Ahrar menyatakan bahwa maksud surat at Taubah ayat 119, yang artinya : Wahai orang-orang mukmin takutlah kepada Allah dan jadilah kalian bersama orang-orang yang benar. Di sini kita diperintahkan supaya berada bersama-sama dengan orang-orang yang benar, baik dari segi rupa maupun dari segi makna.

Namun demikian, walaupun rabithah merupakan faktor terpenting dalam thareqat, kalangan ulama di luar tasawuf masih menganggapnya sebagai bid’ah bahkan divonisnya sebagai perbuatan isyrak (menyerikatkan Allah) dengan guru atau syaikh. Dan permasalahan rabithah sampai kini masih tetap belum ada titik temu. Paham Wahabisme yang dijadikan ideologi Arab Saudi (sebagai negara Islam dan pusat peradaban Islam), sangat keras menentang rabithah, bahkan tidak hanya rabithah melainkan dzikir-dzikir dalam thareqat juga dianggap sebagai bid’ah.

60 Comments

  • imam akhmad nurdani

    kalo menurut saya doa rabithah memang perlu dikaji ulang, karena membaku lafadh doa yang tidak ada di Al Qur’an maupun Hadits

    • ibnu taqarrub

      hemah cita2 usaha ikhtiar serta ragkaian doa tk dapat tidak wajib setiap hamba yg ingin menuju kehadrat allah rabbul `alamiin dengan berwasilah serta berrabithah atas kehebatan kebesaran keagongan keimanan tangan guru mursyid yg murabbi yg berpegang ia kpd keagongan kebesaran allah rabb kerana tidak akan sempurna yg hendak dikenali itu melainkan sesuatu yg hendak menyampaikan kepada yg dikenali itu jadi wajib ia berpegang ke yg menyampaikan kepada yg hendak dikenali intahaa..maka jika sesuatu tidak didapati didlm al qur`an maupun hadis seterusnya ruju`lah ijma` ulama` qiyas segi `uruf rukyah ijtihad lagi yg arifbillah dlm ilmu dan amal yg ada silsilah hatta rasulullah s.a.w. intahaa..

  • sufimuda

    do’a rabithah? do’a yang mana ya? rabithah itu adalah menggabungkan rohani murid dengan rohani Mursyid dalam proses bermunajat kehadirat Allah SWT

  • fida

    mungkin maksud imam akhmad nurdani adalah buku kecil (kira2 sebesar 3-4 jari tangan) yang beredar di kalangan umum. dulunya sih sampulnya warna kuning. dan katanya dibaca tiap pagi dan petang.
    jadi rabithah yg dimaksud sufimuda sangat berbeda dg doa rabithah yg dikatakan imam akhmad nurdani.

  • Hadi Sukoco

    Assalamu’alaikum..Salam kenal.
    bahasannya menurut saya sangat menarik. kalo tidak keberatan, saya copy ya untuk saya posting. terima kasih.

    Sufi Muda :

    Wa’alaikumsalam wr.wb.
    Salam kenal, silahkan saudaraku, semoga tulisan di sufimuda bisa bermanfaat untuk semua, amien

    • ibnu taqarrub

      guru zohir umpama buih dilaut pasir dipantai silakan jika ingin menuju ilallah hanya bimbingan murabbi bersilsilah hingga rasulullah s.a.w. tak dapat tidak mutlaq sesaorang yg diwakilkan sahaja intaha…

  • miftah

    Alhamdulillah, ana baru aja membaca informasi yang berharga tentang rabithat, semoga ini bisa menambah wawasan dan memperkuat keyakinan kita dalam mengamalkan ajaran thariqoh yang telah diajarkan para mursyid.

  • ABHusin

    …..RABITAH MURSYID…..

    Mursyid adalah cahaya pembimbing penunjuk jalan. Diawal perjalanan Si-Salik itu diibaratkan berjalan didalam kegelapan. Diawal perjalanan Si-Salik mengahadapi pelbagai rintangan, kerana dialam ghaib itu tak tentu haluan dan banyaknya cabaran. Kalo nggak ada Rabitah Mursyid nanti dikhuatiri Si-Salik akan terbabas tersesat jalan……

    Melalui kaedah Rabitah Mursyid, cahaya Si-Mursyid itu diibaratkan lampu penyuloh jalan. Wajah Si-Mursyid itu adalah cermin bagi Si-Murid. Wajah Si-Salik itu juga adalah cermin bagi Si-Mursyid.

    Wajah Si-Mursyid itu diibaratkan “Cahaya Penyuloh”, dari “Pancaran Nur Induk” yang satu. Sehinggalah Si-Murid itu bisa “Berdiri Diatas Kakinya Sendiri”, nggak perlu lagi dan bebas dari Rabitah Mursyid…..

    Oleh itu cari dahulu Guru Zahir yang sebenarnya berdarjat “Mursyid”, yang bisa menunjukkan jalan. Jangan sekali-kali kamu berguru sama guru yang nampak zahirnya – “Telunjuk lurus, tetapi kelingkingnya berkait”…..

    Kalo Si-Murid yang buta ketemu Guru Zahir yang matanya juga buta, kalo “Dua Si-Buta” berjalan dalam kegelapan, akibatnya keduanya akan terjatuh kedalam “sumur buta”….

    Kalo Si-Murid ketemu dan berguru dengan Guru Zahir yang “Kencing Berdiri”, maka hasilnya sudah pasti Si-Murid itu akan “Kencing Berlari”…..

    …..Wallahualam…..

    • ibnu taqarrub

      rabithah wasilah yg dibuat oleh ulama”2 muhaqqiqin wa muktabar dgn makna tabarruk wa taqarrub bkn dgn makna ta”abbud intahaa…

  • iseng

    WARNING : – RABITHAH/MURSYID

    berzikir dan merabith disertai rukun syaratnya adalah metode menjolok/ menghadirkan ALLAH dihadapan kita..

    nah.. terkadang ketika ALLAH telah hadir dihadapan, kita masih sibuk melakukan kegiatan berzikir (nyebut), menghitung, memutar tasbih, dan masih merabith pula….jadinya lucu dan.aneh bukan????

    jika seseorang yang MAHA MENDENGAR kita panggil dan telah berdiri dihadapan kita…bukankah jadinya lucu kalo kita masih tetap memanggil2 namanya????
    apakah zikirmu kepadaNYA lebih penting dari kehadiranNYA??????

    jika seorang yang MAHA AHLI menggunakan TASBIH berdiri dihadapan kita…tidakkah kita malu tuk memainkan tasbih dihadapanNYA????? kenapa??? karena belum cukup 5000,7000,atau 11000??? apakah targetmu itu lebih penting dibandingkan dengan kehadiranNYA?????
    =========================================
    jadi perlu dipahami :

    seyogyanya … kehadiran PEMILIK aturan lebih penting dari aturanNYA.

    ZIKIR DAN RABITHAH kita hanyalah menjolok. zikirNYA dan KehadiranNYA….jadi bukan zikir kita yang mampu membersihkan kotoran didalam diri kita yang hina ini melainkan hanya zikirNYA SENDIRI-LAH yang mampu membersihkan diri kita.

    wassalam

    .

  • togog

    pro dan kontra, pro dan kontra, yang seguru kumpullah jadi satu kelompok, yang sependapat tanpa guru buatlah kelompok, nanti akan terjadi diskusi antar kelompok dalam pendapat yang sama, sudah bukan waktunya untuk saling menyalahkan, jangan2 kita juga salah semua, atau benar semua, he…he… gitu saja kok……

  • ibnu taqarrub

    banyak barang tiruan dlm pasaran,kalah memakai menang membeli..barang asli dirumah ahli,menang memakai kalah membeli..dapat beza dlm majlis tandingan,asli tetap asli tiruan tetap tiruan..ingin barang asli dtglah kpd kami insyaallah taala..

  • ASYA

    Rabithah, penjelasannya bermula ketika ihsan itu disebutkan

    “Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu?”. Rasulullah SAW bersabda: “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu”(HR Muslim)

    “Jadikanlah dirimu beserta dengan Allah, jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta dengan Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau (rohanimu) kepada Allah” (H.R. Abu Daud)

    “Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku”. (HR. Tirmidhi, Kitab-ur-Rouya, Bab Zahab-un-Nubuwwa; HR Ahmad dalam Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas bin Malik).

    “Sesungguhnya ALLAH akan mengutus pada umat ini (umat Rasulullah) setiap awal 100 tahun seorang mujaddid yang membaharui urusan agamanya.“ (Ri­wayat Abu Daud)

    Dan bagi setiap generasi ada yang mem­beri petunjuk.” (Ar Raad: 7)

    Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi)

    “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (Q.S. At Taubah 9 : 119)

    demi tercapainya

    “Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki” (Q.S. An Nur 24 : 35).

    tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah
    kepada-Ku.(Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56))

    ====

    dari Ibnu Umar, dari Umar bin Khattab, bahwa sesungguhnya Umar bin Khattab pada waktu minta ljin kepada Nabi SAW untuk melaksanakan ibadat Umrah, maka Nabi bersabda : “Wahai saudaraku Umar, ikut sertakan aku/hadirkan aku,pada waktu engkau berdo’a nanti, dan jangan engkau lupakan aku”. (HR. Abu Daud dan Turmuzi).

    !!! Banyak orang mengartikan ihsan lebih sepesifik di bidang rabithah dithariqah itu adalah membayangkan mursid tapi hendaklah kita renungkan dalil ihsan diatas !!!

    !!! menghadirkan GURU/MURSYID !!!

    untuk Menghadirkan Allah melaluli Nabi Muhammad melalui ulama pewaris Nabi(sanadnya bersambung hingga Rasulullah SAW)

    Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT, supaya kamu beruntung (sukses)” (Q.S. Ali Imran 3 : 200)

    BLACK MAJELIS COMMUNITY

    • Ruslianto

      Alhamdulillah,.. Dalil yg sangat ber-nash.
      Begitu-lah jika seorang pengamal tarekat ber-dalil,… mantap.
      Wass.

  • top aril

    Palsu..!
    Syiah alwiyah sesat.
    Kelompok syiah membuat kerusakan dimuka bumi. Ingat…..! Ditimur tengah semua negara yg ada orang syiah pasti terjadi pertumpahan darah. Matamu lihat di Indonesia sdh mulai dikobarkan perang terhadap kelompok sesat syiah. dijawa timur, jember,pasuruan, lombok, madura..aliran syiah membuat ulah dgn ajaran sesatnya. Allahu akbar. Usir aliran syiah..!

  • Ruslianto

    Assalamu-a’laikum Bangda Sufi Muda;

    Menghadirkan Mursyid, berrabithah ke Mursyid dan Menyambung Rohani kepada Mursyid adalah suatu hal yang sangat krusial dan sering diperdebatkan dan tidak dapat diterima dari orang-orang yang anti Tarekat (itu), padahal “menyambung rohani” kepada Mursyid adalah perintah Allah SWT, Lihat Al Qur’an ;

    PERTAMA ;Suraah Ar Ra’du ayat 19
    Afamay ya’lamu annama unzila ilaika mir rabbikal haqqu Kaman huwa a’ma, innama yatazakkaru ulul albab,

    Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta ?. Hanyalah orang-orang ulul albab (berakal) saja yang dapat mengambil pelajaran,

    KEDUA :Suraah Ar Ra’du ayat 20
    Allazina yufuna bi’ahdillahi wa la yanqudunal misaq(a),

    (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian,

    KETIGA :Suraah Ar Ra’du ayat 21
    Wal lazina yasiluna maa amarallahu bihi ay yusala wa yakhsyauna rabbahum wa yakhafuna su’al hisab(i).

    Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.

    KEEMPAT :Suraah Ar Ra’du ayat 22
    Wal lazina sabarubtiga’a “wajhi rabbihim” wa aqamus sholata wa anfaqu mimma razaqnahum sirraw wa ‘alaniyataw wa yadra’una bil hasatis sayyi’ata ula’ika lahum ‘uqbad dar(i).

    Dan orang-orang yang sabar karena mencari ridhaan Tuhannya, mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).

    Berkaitan dengan Suraah Ar Ra’du ayat 19 sampai dengan ayat 22 diatas , jika diperhatikan maknanya sama dengan yang tercantum pada suraah Ali Imran ayat 200; Ya ayyuhal lazina amanusbiru wa sabiru wa rabhitu, wattaqullaha la’allakum tuflihun. (Hai orang-orang yang beriman , bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga, dan bertaqwa-lah kepada Allah agar kamu beruntung), yang selalu dan lazim dibaca “setelah menghadirkan Mursyid” ?? yaitu menyikapi rasa sabar.

    Jika diteliti secara seksama dan mendalam Suraah Ar Ra’du ayat 19 sampai dengan ayat 22 diatas, adalah pelajaran bagi pengamal Tarekat ;

    PERTAMA : (Ayat 19) Pengamal Tarekat tidak buta (sempit pandangan), memiliki wawasan yang luas, dan ilmu tarekat justru menjadikan pengikutnya selaku ulul albab (cerdas, cendikia) ;

    KEDUA : (Ayat 20) Pengamal Tarekat “memegang teguh janji Allah” Bai’at ? dan istiqomah ? ;

    KETIGA : (Ayat 21) Pengamal Tarekat wajib menghubungkan diri (rohani) dengan Mursyid, sesuai perintah Allah SWT. Dan pada saat menghadirkan mursyid (itu) ia takut akan dosa-dosa (jahir dan batin) dan takut akan hisab yg buruk;

    KEEMPAT : (ayat 22) Pengamal Tarekat , adalah orang yang selalu sabar mengharap ridho Allah (Illahi anta maqsudhi waridhoka matlubi) dan Yang memberikan sebagian rezekinya secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan dalam artian selalu bersedekah,. (dalam suluk??) dan Pengamal Tarekat insya Allah sesuai dengan janji Allah pada ayat (ini) adalah sekelompok orang beriman yg mendapat tempat “kesudahan” (diakherat) yang baik ; (amiinn).
    Allahu-a’lambissawaab

    Wass; Salam kangen buat Bangda Sufi Muda.

      • Ruslianto

        Silahkan Mas, sMOGA bermanfaat didunia dan diakherat, tapi itu postingan dan renungan saat saya berada di depan Ka’bah dua tahun yg lalu saat melaksanakan ibadah haji,…. terimakasih.
        Dan (maaf) saya mbaca tulisan sahlanlan (ini) spertinya cukup serius tentang pengamalan thareqat (ini),…sMOGA sukses,… ya
        Wass.

  • rhodeiaouhgeh

    Assalamu-a’laikum mohon maaf nganggu ..rabita pada Mursyid itu perlu bagi kami yg Tarekat , ibarat kita lahir kedunia tampa ibu dan bapak .kita pasti tidak bisa dilahirkan ke dunia ini , juga belajar tampa guru mustail bisa .sholat ngaji …bisa baca ..tq

  • Siraj

    Alhamdulillah, senang sekali melihat komentar2 saudara2ku yg telah tercerahkan. Memang berat dipahami bagi orang yg belum mengalami…merasa maka tahu. Salam damai slalu…

  • insiyat haura

    assalamua’laikum..
    mau tanya apakah rabithah itu bisa dilakukan pada guru yg blm kita knl sama skali?malah mndengar namanya saja tdk pernah,namany pun tidak pernah sy dgr..

    • Syech Abdullah Affandi

      Sesungguhnya yang paling berwenang untuk memberikan jawaban atas pertanyaan sdr/i Insiyat Haura tentunya siempunya blog.
      Oleh karena itu saya mohon ijin kepada sdr Sufi Muda untuk menjawab pertanyaan tsb diatas.
      Semoga berkenan adanya.

      Kita dapat melakukan Rabithah kepada Guru Mursyid yang belum dikenal, bahkan namanyapun belum pernah kita dengar, melalui Petugas yang ditunjuk ( berwenang untuk memberikan penjelasan ) yaitu Khalifah yang telah diberikan izin mewakili Guru Mursyid untuk menurunkan/mengijazahkan/menanamkan Talkin Dzikir.
      Dengan demikian melalui Khalifah tsb diatas, dapat mengetahui nama dan mengenal ‘sosok’ Guru Mursyid yang akan kita gunakan/tawasul dengan cara Rabithah.
      Sekian penjelasan dari kami, semoga menjadi faham adanya.
      Akhirul kalam semoga sdr/i Insiyat Haura diberikan Taufik dan Hidayah dari ALLAH SWT untuk mendapatkan Guru Mursyid dalam memasuki dan mengamalkan Thariqat, Aamiin..Aamiin..YRA….
      Lebih kurangnya saya mohon maaf dan mengucapkan terima kasih kepada sdr Sufi Muda atas kesempatan yang diberikan untuk menjawab pertanyaan tsb diatas.

      Wassalam

  • AMKA

    Maaf, tulisan di atas, apa hanya artikel saja, atau sudah ada dalam bentuk buku? Kalau sudah ada dalam bentuk buku, apa judul bukunya dan siapa pengarangnya? Apa nama penerbitnya dan di mana bisa kami membelinya?

  • AMKA

    Saya cukup tertarik untuk menganalisa secara konfrehensif mengenai kata “robithuu” pada surat Ali Imron Ayat 200. Sebab di Tafsir Al-Qur’an kata tersebut hanya diartikan sebatas: “bersiap siagalah di peebatasan negerimu” hampir tidak disinggung sama sekali mengenai maksud tujuannya untuk “menyatukan ruhani murid kepada ruhani Mursyid untuk mendapatkan wasilah. Nah, kalau tidak keberatan apa boleh saya minta beberapa referensi buku yang memberikan penjelasan atau penafsiran mendalam terhadap makna “robithuu” seperti yang sudah saudara paparkan di atas. Terima kasih.

  • ali imron

    apakah zikir dan menghadirkan guru merupakan sesuatu yang wajib bagi ahli tareqat. menghadirkan apakah bersifat menghayal. jika ahli perempuan membayangkannya apkah tidak dosa? mhn maaf awam tareqat

  • hezal

    assalamualaikum Tuan,

    Bolehkah tuan nyatakan kepada saya kenapa pada zaman Rasulullah SAW, tidak pernah baginda Rasullullah SAW menyatakan kepada para sahabat untuk ‘menghadirkan’ (rabitah) baginda semasa mereka melakukan ibadah??

    mohon penjelasan dan mohon agar dapat menghantarkan kepada email saya di hezal_zainal@yahoo.com

    terima kasih Tuan

  • piyayo

    Maaf sy bukan orang tarekat tp menurut pemahaman setelah sy pikirkan jika seorang muslim sedang berdzikir kepada Allah apa yg dipikirkan dalam pikirannya bisakah kosentrasi kepada Allah atau membayangkan wajah Allah yg sering terjadi malah sebaliknya saat sedang berdzikir pikiran kemana2 lisan berdzikir tapi pikiran bertamasya memikirkan dunia, banyak orang yg berdzikir tapi lalai hatinya tidak tau apa tujuanya pikiranya kemana2……….maka disinilah dperlukan robithah sebagai wasilah dengan membayangkan wajah mursyid agar pikiran tidak kemana2, membayangkan wajah mursyid ibarat kita menyambungkan tali dari murid ke mursyid dan dari mursyid ke mursyidnya sampai kepada rosul hingga menuju Allah, karena hanya rosul saja yg pernah melihat wajah Allah sehingga tali itu bisa menuju kepada Allah

  • Teuku Fajar Ilham

    Bukan pada perdebatan istilah bahasa tentang Rabithah. kalau Rabithah yang saia tahu ialah Rabitthah ” Ya Rasulullah siapakah orang yang sebaik-baik menjadi rakan kami? Rasulullah bersabda: Dia itu, ialah orang yang mengingatkan kamu kepada Allah S.W.T. dengan melihatnya, percakapannya menambahkan ilmu kamu dan amalannya pula mengingatkan kamu kepada akhirat”. Subtansinya ? Ingatkan Allah S.W.T

  • Jiraya

    rabitah (wa robitu) = mengikat diri / buatlah ikatan / buatlah hubungan/conection, tujuannya supaya terhubung

    untuk orang IT pasti cepat faham nih, RABITAH = LINK

    pasti banyak yang berfikir kenapa harus menghadirkan (membayangkan) wajah guru mursyidnya?, kan syirik!
    sy dulu jg gitu waktu masih bego bin idiot 😀

    contoh:
    klu kita call Bapak/ibu kita nih, saya di SBY n ortu di JKT misalnya.
    Kita Call pakai HP sebagai perantara (wasilah).

    apakah sedemikian tololnya kita menganggap bahwa HP ini Bapak/Ibu kita?

  • Al-Fatih

    Ada yg berpendapat bahwa membayangkan Wajah Mursyidadalah utk meneguhkan konsentrasi,… sedangkan ihsan yg jelas nash nya cukup dengan seolah-olah melihat Allah. Apabila kita mengasah ini sesuai petunjuk Rasul, bolehkan kita bertarekat tanpa membayangkan Mursyid,.. tapi melatih konsentrasi/rasa agar seolah-olah kita ‘melihat’ Allah?

    • naruto

      setau saya di Thariqat Qadiriyah tidak boleh membayangkan wajah guru karena dianggap Syirik, tapi di naqsyabandiyah boleh (malah harus/wajib).

      jadi tergantung anda ikut thariqat apa.

      tapi biar haqul yakin di coba aja, seperti ucapan Nenek Guru kami Prof Dr. Khadirun Yahya ahli silsilah thariqat naqsyabandiyah Al Khalidiyah;
      “Coba Test/Uji Coba Basmalah kalian itu, pergi ke hutan, cari itu Jin. klu sudah ketemu coba baca Basmalah kalian, yang lari dia (Jin) apa kita?”

      cukup basmalah aja ga perlu baca ayat kursi (ayat kursi kepanjangan) he he

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca