Oleh : Abu Hafidh Al Faruq
Apa iya TUHAN perlu sesajen? Sesajen adalah kata yang lebih akrab di telinga kita orang Indonesia dari pada kata aslinya ‘sesaji’ yang berarti sajian yang disajikan kepada yang diperTUANkan atau yang diperTUHANkan. Kata ini sangat berhubungan erat dengan dunia klenik alias perdukunan. Dalam imaginasi kita ketika mendengar kata ini mungkin akan terbayang sepiring lengkap buah buahan segar atau ditambah disisipi beberapa lembaran uang nominal tertinggi, bahkan terkadang rokok juga diikut sertakan dalam sajian tersebut. Beberapa tempat di Nusantara ada yang mensajikan kue kue tradisional, makanan mewah seperti ayam panggang utuh, tumpeng dan lain lain. Kalau di kampung saya sesajian tersebut dilengkapi dengan ‘beurteh’ (seperti pop corn tapi berasal dari padi beras hitam) disajikan diatas daun pisang dalam piring besar berhias, dibuat bulat kerucut dengan satu butir ayam kampung di puncaknya dan beberapa pisang mas mengelilingi lingkaran bawahnya, disajikan satu paket dengan kue apam (serabi) lengkap dengan santannya. Sesajen tersebut disajikan dalam aroma dupa atau kemenyan yang sangat menyengat. Anehnya sajian ini disajikan kepada kuburan kuburan tua yang kelihatan angker, gua, pohon pohon besar, batu besar dan sebagainya. Hal ini sebagian penulis alami sendiri ketika kecil. Kebanyakan dari mereka yang melakukan ritual ini adalah orang yang berprofesi sebagai dukun atau orang orang yang “berilmu”. Sebenarnya bukan mereka saja yang melaksanakan “acara” tersebut melainkan juga orang orang yang memanfaatkan jasa dukun tersebut sehingga notabene semuanya terlibat dalam aktivitas ini. Kenapa harus menyediakan sesajen? Selain sebagai bentuk puja puji kepada si “penunggu” pohon besar atau “empunya” tempat, diduga lebih karena sebagai syarat agar dikabulkannnya keinginan si klien untuk memikat seorang gadis misalnya atau ingin kaya dan seterusnya. Syarat itu bisa berupa harus menyembelih sekor ayam putih pada waktu tertentu, melakukan menggigit lidah bayi yang baru dikubur dan banyak hal yang aneh aneh bin tak masuk diakal demi transaksi dengan “mbah anu” atau “eyang polan”. Saudara, itulah sekelumit pengertian yang kita punya tentang sesajen sampai hari ini, namun demikian apakah makna sebenarnya dari sesajen?
Baca selengkapnya…