Dimensi Manusia dan Dimensi Tuhan

Seorang perempuan menjadi seorang ibu melewati perjuangan panjang bisa dikatakan tidak mudah. Mengandung anak selama 9 bulan dengan susah payah kemudian membesarkan anaknya sampai sang anak mengenal ibunya, barulah dia sempurna menjadi seorang ibu. Ketika mengandung dan membesarkan anaknya, tidak pernah terfikir bagi ibu untuk mendapat jasa atau penghargaan dalam wujud apapun, dilakukan dengan ikhlas lebih tepat dilakukan dengan cinta. Cinta lah yang membuat dia mampu melewati masa masa kritis di dalam proses mengandung dan membesarkan anaknya.
Proses seseorang menjadi ibu bisa menjadi pelajaran dalam hidup bahwa yang terpenting bukanlah fokus kepada hasil namun menikmati prosesnya. Seorang pengusaha akan berhenti ditengah jalan jika tidak memiliki motivasi dari dalam yang kuat, kecintaan kepada pekerjaan atau profesinya dan dia tidak menjadi seorang pengusaha. Karena ada dorongan kuat dari dalam membuat dia mampu melewati tahap demi tahap di dalam bisnisnya. Kunci dari semua itu adalah memiliki semangat dan dorongan dari dalam. Atas alasan itulah kenapa seorang pebisnis harus memiliki ilmu yang cukup terutama sekali ilmu dalam mengelola dirinya sendiri.
Apapun profesi dan pekerjaan yang kita jalani yang paling penting adalah memiliki motivasi dari dalam, hal yang tidak bisa dilunturkan dari luar. Sebelum menjalani sesuatu, kita harus memiliki alasan yang kuat kenapa kita harus melakukannya sehingga halangan sebesar apapun tidak akan membuat kita berhenti.
Seorang menempuh jalan kepada Allah memiliki halangan dan rintangan yang jauh lebih besar dari apapun di dunia ini. Bahaya yang dilewati juga sangat besar dan berat karena memang hadiah atau kenikmatan yang di dapat juga sangat besar yaitu surga atau senantiasa beserta dengan Allah SWT.
Semakin besar halangan dan rintangan maka akan semakin besar pula energi yang diperlukan untuk melewatinya. Maka tidak tanggung-tanggung, Allah menciptakan Iblis dan bala tentaranya untuk menguji para hamba-Nya yang beriman untuk bisa naik setahap demi setahap sampai menjadi Hamba Yang di Kasihi-Nya.
Iblis itu mantan malaikat utama yang dipecat dan ilmunya sangat tinggi, tidak ada manusia yang sanggup melawannya. Seorang jenderal yang dipecat, pangkatnya hilang namun ilmunya tidak hilang. Jika jenderal itu melakukan kejahatan maka kejahatannya itu sangat berbahaya. Begitulah Iblis, dia begitu paham seluk beluk surga, begitu paham sifat manusia. Manusia itu umur terbatas sedangkan Iblis abadi, lalu bagaimana mungkin kita bisa melawannya?
Untuk bisa mengusir Iblis dan bala tentaranya dari dalam hati, manusia harus memiliki unsur yang lebih tinggi dari Iblis. Sesuai dengan hukum fisika, jika di dalam sebuah wadah berisi air, untuk bisa air itu keluar harus di isi dengan cairan yang masa jenis lebih barat dari air sehingga air lama-lama habis digantikan oleh cairan baru itu.
Maka kedalam hati manusia harus di isi Kalimatullah Hiyal Ulya yang asli dari sisi-Nya sehingga apapun yang bersemayam di dalam dada manusia sejak lahir akan hilang musnah dengan sendirinya. Segala dosa yang menumpuh akan hancur musnah dihantam oleh kalimah Allah yang asli tadi.
Jika kalimah Allah hanya produksi mulut manusia, hasil ucapan manusia maka jangankan Iblis, anak setan pun tidak akan lari karena dimensi mereka jauh lebih tinggi dari manusia. Tidak mungkin zikir kita itu bisa mengusir setan karena dimensi kita berada dibawah dimensi setan.
Atas alasan itulah Rasul di utus ke tengah-tengah manusia, untuk bisa menyalurkan kalimah Allah yang Maha Tinggi tersebut. Bukan ucapan mulut yang membuat kalimah Allah itu bergetar dan mampu mengusir segala kegelapan di hati tapi getaran yang murni yang tersalur lewat Rasulullah SAW kemudian diteruskan oleh para sahabat dan kemudian oleh Waliyammursyida.
Seribu kabel tidak akan membuat kita kesetrum atau tersengat listrik kecuali kabel itu tersambung arusnya ke PLN atau pusat pembangkit listrik. Hanya dengan kabel kecil jika tersambung kepada listrik maka dia akan bisa mengeluarkan energi listrik. Ayat Al-Qur’an atau zikir yang kita baca ibarat kabel, sedangkan wasilah atau sambungan kepada Rasulullah SAW ibarat listrik. Tanpa sambungan zahir dan bathin, segala ibadah hanyalah produksi manusia dan akan tetap berada pada dimensi manusia tidak akan bisa mencapai dimensi Tuhan…


2 Comments
Pingback:
Dani
Terima kasih