Tasauf

HATI, AKAL DAN RASA

Hati, tentu yang dimaksud bukanlah dalam wujud fisik sebagai salah satu organ tubuh manusia, walaupun hati fisik itu begitu penting juga di dalam tubuh manusia. Nabi memudahkan manusia memahami dengan menyebut hati sebagai segumpal daging, lebih mengarah kepada hati fisik, juga agar manusia lebih mudah memahami.

Manusia akan mudah memahami sesuatu yang memang sudah dikenal sebelumnya, mudah dibayangkan dalam bentuk berwujud. Bagaimana orang harus meng-imajinasi-kan neraka? Ya dengan menggambarkan sebagai siksaan yang dikenal di dunia, api, sesuatu yang sangat menyakitkan jika menyentuh kulit. Manusia tidak akan bisa meng-imajinasi-kan surga kecuali diceritakan hal yang memang sudah dikenal, makanan dan minuman enak tanpa batas, kenikmatan seksual, dengan cara itu maka agama menjadi mudah dipahami oleh masyarakat saat itu.

Ketika agama berkembang melewati zaman dalam rentang waktu lebih seribu tahun dan sampai kepada generasi yang jauh lebih cerdas dan kritis serta mendapatkan informasi sedemikian mudah dan melimpah, maka agama harus mendapat interpretasi yang lebih sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini, atau agama hanya menjadi pilihan kedua dalam hidupnya. Kenyataan di negara-negara maju dan modern, agama bukan lagi hal yang penting dan menjadi utama dalam hidupnya, hanya sebagai pelengkap identitas saja.

Kita sedang berada di zaman dimana agama memang sudah berada di tahap kritis, kita boleh menyebut bahwa dunia sedang membenci Islam (Islamphobia), dan memang belum ada fitnah sedemikian besar kepada Islam dalam rentang waktu ribuan tahun selain di zaman kita sekarang ini. Membuat Islam dibenci diseluruh dunia bukan karena musuh Islam itu merencakanan tapi memang sebagian besar karena kekonyolan kita.

Sudah sering kami bahas disini bahwa Islam diajarkan dengan doktrin dan dogma, metode yang memang cocok pada masyarakat dengan tingkat intelektual rendah, masyarakat primitif. Orang diancam dengan neraka dan di iming-iming surga hanya bisa dilakukan pada tahap intelektual rendah, kondisi dalam tata masyarakat belum sempurna. Surga dan Neraka bisa jadi semacam kontrol hukum kepada masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang lebih tertib, tenang dan damai. Orang tidak akan mencuri, merampok dan membunuh karena ancaman neraka sedemikian mengerikan dan orang-orang akan berlomba menolong sesama, beribadah, berbuat kebaikan karena janji surga yang sedemikian luar biasa.

Dalam kehidupan modern ini kita lihat yang melakukan kejahatan justru orang-orang yang paham agama (secara formal). Kita selalu menyalahkan budaya barat terhadap kerusakan moral ummat Islam, bukan memberbaiki diri, inilah yang menyebabkan ummat Islam semakin lama semakin terpuruk, selalu melempar masalah kepada orang lain.

Selama beratus tahun ummat Islam tertinggal dalam segala hal dan ketika memasuki zaman modern menjadi gagap. Akhirnya menghibur diri dengan mengatakan bahwa segala kemajuan yang dicapai saat ini adalah hasil kerja keras ummat Islam di masa lalu. Ada juga satu kelompok yang mengharamkan produk barat tapi mengkampanyekan ide nya tersebut juga lewat produk barat.

Islam di masa jayanya sedemikian hebat semangat untuk mencari ilmu dan memang Nabi menempatkan ilmu itu sangat tinggi bahkan orang menuntut ilmu lebih tinggi nilainya dari berjihad. Segala ikhtiar untuk mengembangkan ilmu masuk kedalam ibadah sehingga tidak terjadi dikotomo ilmu sebagaimana zaman sekarang. Orang belajar kimia sama derajatnya dengan orang belajar fiqih, tidak ada istilah satu ilmu dunia satu ilmu akhirat. Segala sesuatu yang dilakukan dengan niat karena Allah, keseluruhan masuk kedalam ibadah.

Maka hal yang paling pokok harus dibenahi (zaman Nabi sampai zaman keemasan Islam hal ini sudah dibenahi) adalah HATI. Hati melahirkan dua produk yaitu akal dan rasa. AKAL akan menelaah hal-hal yang bersifat fisik sedangkan RASA menelaah hal-hal diluar fisik. Ketika kita lapar, maka akal mencari bagaimana cara akar lapar itu berubah jadi kenyang. Akal akan mengirim sinyal kepada badan untuk makan dan secara lebih besar lagi akal akan mencari cara agar dalam jangka panjang dan kondisi apapun makanan harus tetap ada. Hasil dari makan itu disebut RASA.

RASA jika diasah, dilatih akan menjadi spiritual, naik ke level berikutnya. AKAL ketika dilatih akan menjadi cerdas dan keduanya adalah produk hati. Ketika hati kotor dan bermasalah maka akal juga jadi tidak sehat dan rasa juga menjadi tidak baik. Atas alasan itulah kenapa kadang kita melihat orang dengan tingkat pendidikan tinggi tapi masih berakhlak tidak baik, melakukan kejahatan karena memang hatinya belum bersih.

Untuk membersihkan hati inilah diperlukan Dzikir, di isi hati dengan Kalimah Allah, Sang Pemilik Bumi dan Langit dan yang telah menciptakan kita semua. Hati yang berisi Kalimah Allah akan mengirim sinyal sempurna kepada akal sehingga kerja akal menjadi benar. Hati yang bersih juga akan sensitif merasakan apapun. Hati yang bersih akan mudah tergerak untuk berbuat kebaikan dan secara otomatis terhindar dari kejahatan. Ibarat besi yang sudah menjadi magnet, memiliki dua kutub, akan menarik yang sejenis dan menolak kutub berbeda. Manusia yang Hati nya sudah bersih secara otomatis akan menarik Rahmat Allah dan akan menolak segala kemungkaran. Inilah hakikat dari Amal Makruf Nahi Mungkar secara otomatis badan akan bergerak kepada kebaikan dan mencegah segala kemungkaran, tanpa harus di perintah atau di komando oleh orang lain.

Hati sebagai instrumen tertinggi hanya bisa menerima perintah atau sinyal dari sumber yang tinggi pula yaitu Allah SWT. Pada Nabi Allah berikan wahyu kepada orang beriman Allah berikan ilham. Ilham atau wahyu itu hanya bisa diterima jika hati kita telah tersambung kepada Allah lewat teknolongi-Nya yaitu AL WASILAH. Tanpa itu maka hati akan menerima gelombang dari Iblis yang dilaknat oleh Allah, segala gerak manusia menjadi gerak Iblis. Manusia yang telah menerima gelombang Allah akan bergerak laksana malaikat, hati dan tubuhnya bercahaya dari dunia sampai akhirat.

Hati yang telah damai bersama Allah inilah yang menjadi sumber kebenaran, jika dia seorang Ulama akan menjadi rujukan ummat, dari hati nya keluar segala kebaikan. Hati yang disinari ini dalam kondisi apapun bisa ber-Ijtihad terhadap apapun termasuk yang tidak termaktub secara tekstual di dalam kita suci.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَاسْتَفْتِ نَفْسَكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ

Wahai Wabishah, mintalah fatwa pada hatimu (3x), karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu. Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa” (HR. Ahmad (4/227-228), Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (22/147), dan Al Baihaqi dalam Dalaailun-nubuwwah (6/292).

Semoga Allah SWT melimpahkan hati kita dengan cahaya-Nya menjadi sumber kebenaran untuk diri, keluarga, lingkungan dan alam sekitar kita, menjadi Rahmatan Lil Alamin.

8 Comments

Tinggalkan Balasan ke Romadon ParosBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca