Tasauf

METAVERSE; Hakikatnya Kehidupan di Dunia ini Tidak Nyata.

Anda bisa mencari informasi lengkap tentang definisi Metaverse di Google, sebuah konsep untuk menyempurnakan internet dari 2D kepada 3D. Metaverse sendiri sulit untuk dijelaskan karena memang belum ada wujudnya dan belum tentu akan ada.

Sebenarnya, orang pertama yang terkenal telah menciptakan istilah metaverse adalah Neal Stephenson. Ia menyebutkan istilah tersebut pada novelnya di tahun 1992 yang berjudul Snow Crash. Istilah metaverse merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni oleh avatar orang sungguhan.

Istilah ini tidak memiliki definisi yang bisa diterima secara universal. Anggap saja metaverse adalah internet yang diberikan dalam bentuk 3D. Zuckerberg menggambarkan metaverse sebagai lingkungan virtual yang bisa Anda masuki, alih-alih hanya melihat layar.

Jika dipersingkat, ini adalah dunia komunitas virtual tanpa akhir yang saling terhubung. Di mana, orang-orang dapat bekerja, bertemu, bermain dengan menggunakan headset realitas virtual, kacamata augmented reality, aplikasi smartphone dan atau perangkat lainnya.

Gambaran sederhana yang diungkapkan oleh Facebook tentang metaverse adalah sebuah seperangkat ruang virtual, tempat seseorang dapat membuat dan menjelajah dengan pengguna internet lainnya yang tidak berada pada ruang fisik yang sama dengan orang tersebut. (Sumber: cnn)

Tulisan ini saya buat untuk memudahkan kita memahami konsep akhirat, alam kubur, malaikat dan segala sesuatu gaib yang belum kita akses ketika hidup di dunia. Sebagian orang termasuk para Nabi memiliki kemampuan untuk mengakses alam akhirat, sehingga Nabi begitu mudah menggambarkan kehidupan yang terjadi di surga dan neraka. Nabi juga bisa mendengar suara orang yang di siksa dalam kubur. Nabi bisa melakukannya karena ruh Beliau sudah bisa menyeberang di dimensi lain.

Bukan hanya Nabi, para Wali dan orang-orang shaleh juga mendapatkan pengalaman yang sama dengan Nabi. Jika kita menggunakan rumus yang sama, rukun dan syarat sama maka hasilnya juga akan sama. Kenapa kita tidak bisa mengakses dimensi setelah kita? (akhirat) karena kita belum mengalami kematian. Maka Nabi memberikan rahasianya… “Matikan dirimu sebelum mati”.

“Mati Sebelum Mati” ini lah konsep di dalam Islam yang memungkinkan siapapun bisa bolak balik dari dimensi dunia kepada dimensi akhirat. Dalam surah al fatihah disebutkan bahwa Allah adalah Raja di Akhirat, artinya siapapun harus bisa menyeberang ke akhirat agar bisa berjumpa dengan Allah. Kenikmatan tertinggi penghuni surga adalah memandang wajah Allah, artinya ruh seseorang harus bisa menyeberang ke surga terlebih dulu baru bisa memandang wajah Allah.

Di masa depan, ketika metaverse diwujudkan, manusia akan sulit membedakan antara dunia nyata dengan dunia maya. Orang bisa menjadi apapun di dunia maya bahkan nanti dia akan menolak hidup di dunia nyata. Di dunia maya dia bisa menjadi seorang superstar yang dikagumi, sementara di dunia nyata dia adalah seorang pemurung (suka menutup diri) yang tinggal dalam sebuah kamar sempit.

Metaverse yang akan dimunculkan itu adalah gambaran kehidupan dunia sedangkan kehidupan nyata didunia ini adalah gambaran kehidupan akhirat. Untuk bisa sadar bagaimana kehidupan dia di dunia nyata, dia harus keluar dulu dari dunia metaverse, caranya tentu dengan melakukan logout, membuka semua perangkat yang terhubung kepada dunia maya. Begitulah logikanya untuk bisa keluar dari dimensi dunia masuk kepada dimensi akhirat, manusia harus melepaskan segala perangkat dunianya, baru bisa dia memasuki alam akhirat, tentu dengan bimbingan seorang yang ahli (Mursyid).

Oleh karena itu maka Allah menyebutkan kehidupan dunia ini adalah permainan, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan..” (Q.S. Al-Hadid:20). Kebanyakan orang tidak mampu keluar dari dimensi dunia kepada dimensi akhirat semasa dia hidup sampai Power atau nyawanya habis, disaat itulah dia kaget ternyata selama ini dia hidup dalam kehidupan yang tidak nyata, kehidupan semu dan tidak pernah sekali pun memasuki kehidupan akhirat yang abadi. Ketika nyawa dicabut barulah dia bingung karena selama ini tidak ada yang membimbing dia untuk memasuki alam akhirat. Maka ruh manusia merana sepanjang masa, bergantung di pohon, tersangkut di lembah-lembah, tidak mampu kembali kehadirat-Nya.

Maka benarlah ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Kehidupan dunia hanyalah mimpi, dan engkau akan terbangun disaat engkau mati.”. Allah mengutus Rasul sejak zaman dulu adalah untuk membangunkan kesadaran manusia akan kehidupan yang lebih kekal dan abadi. Kehidupan di dunia yang sedang kita lalui ini adalah kehidupan sesaat dan memang seperti mimpi.

Orang-orang yang menempuh jalan kepada Allah (Thareqatullah) senantiasa mendapat bimbingan dan ruh nya bolak balik menyeberang ke alam akhirat sehingga menjadi mahir. Setelah ruh nya menyaksikan kehidupan akhirat yang begitu dahsyat, maka kehidupan dunia bagi dia bukan sesuatu yang harus dikejar mati-matian apalagi dipertahankan karena memang tidak nyata dan tidak bisa dibawa ke alam akhirat.

Tidak ada ketenangan pada diri manusia selama ruh dia belum bisa menyeberang ke alam akhirat dan berjumpa dengan Dzat Yang Maha Mutlak. Maka kaum sufi senantiasa menjaga zikir, melaksanakan suluk dalam waktu tertentu, tujuannya tidak lain untuk melatih ruh nya untuk bisa bolak balik mengunjungi alam sesudah dunia.

Bersyukur kita semua yang telah mendapatkan pembimbing ruhani (Mursyid) yang senantiasa membimbing ruhani dan jasmani kita sehingga setiap saat berserta dengan Allah SWT. Rasa syukur itu bisa diwujudkan dalam bentuk melaksanakan apa yang telah di amanahkan kepada kita, sehingga kita akan senantiasa berkekalan bersama-Nya, di alam dunia juga di alam akhirat.

Demikian tulisan kami di awal 2022 ini, sMoga bermanfaat.

13 Comments

Tinggalkan Balasan ke budisufiBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca