Motivasi,  Nasehat

ALGORITMA KEHIDUPAN; Semuanya Sangat Sederhana

Alam semesta ini tersusun dengan pola sederhana dan hukum yang menyertainya (sunatullah) juga bersifat sederhana. Atas dasar itu maka alam akan sangat mudah membaca atau mendeteksi apapun yang bersifat sederhana mengikuti pola susunannya yang memang sederhana.

Komputer yang paling canggih itu tidak lebih hanya berupa bilangan binner 0 dan 1 yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga membentuk algoritma tertentu. Aplikasi di dalam komputer yang kita gunakan juga tersusun dari pola sederhana yang sangat dasar itu dan hasilnya memang menakjubkan.

Mobil mewah yang harga milyaran dan canggih pun hanyalah rumusan sederhana dari Newtonian dalam fisika yang asal muasalnya adalah unsur tanah yang diproses menjadi logam-logam tertentu.

Anda berbicara tentang karya tulis atau karya sastra yang paling mengagumkan itu hanyalah susunan abjad sederhana dari A – Z yang disusun dan dikomunikasikan dalam rasa seni tertentu. Anda banggakan teknologi internet secanggih apapun, serumit spapun bahkan tentang dunia hacker pun itu hanya komunikasi angka 0 – 9 dan simbol-simbol keypad komputer.

Karena susunan alam dan hukumnya itu amat sederhana maka Islam sebagai agama semesta itu juga teramat sederhana. Hanya dengan menyebut “La ilaha illallah muhammadur rasulullah” maka anda langsung diterima dalam asosiasi Islam, mendapat pengakuan dan pengampunan dan melanjutkan kehidupan penuh berkah di dalam Islam.

“Tiada Tuhan Selain Allah” itu merupakan konsep amat sederhana bahwa segala sesuatu selain Dia akan fana, akan hancur kembali ke asalnya. Manusia, hewan dan makluk apapun berasal dari ketiadaan dan kembali kepada ketiadaan. Kehidupan hanyalah sebuah proyeksi dari Sang Proyektor yang dipancarkan terus menerus. Proyektor akan abadi sementara proyeksinya akan sirna dan berubah.

Bukan hanya benda fisik yang berasal dari ketiadaan dan kembali kepada ketiadaan tapi juga perasaan yang kita miliki. Awalnya kita menyukai sesuai apa itu benda mati atau benda hidup makin lama nanti rasa itu berkurang dan menghilang sama sekali. Atas pemahaman itu maka semakin hari kita akan semakin bijak melihat sesuatu.

Di awal saya belajar tarekat sangat membenci Iblis, membenci setan yang saya yakini sering menghambat saya dalam zikir dan ibadah-ibadah lain. Saya menumpahkan ketidakberhasilan saya kepada sosok makhluk yang bernama setan sampai suatu hari Guru saya menasehati, “Suatu saat nanti engkau akan berterima kasih kepada setan”

Saya mikir dan menolak nasehat itu, bagaimana mungkin saya berterima kasih kepada setan, makhluk terkutuk itu. Maka Guru mengatakan, “Sebab setan lah kita berjuang melawan hawa nafsu untuk bisa dekat dengan Allah, gara gara setan lah kita menjadi kuat zikir”. Saya tersentak dengan ucapan itu bahwa kehidupan itu harus dilihat banyak sudut pandang agar bisa menemukan kebenaran.

Bertahun-tahun berguru maka bertahun-tahun itu juga pemikiran saya terhadap sesuatu berubah-berubah dan terkadang kembali kepada pemahaman awal. Saya meyakini bahwa segala sesuatu di atur oleh Allah dan kita hanya menjalankan saja apa yang sudah ditetapkan. Kemudian saya Belajar ilmu-ilmu motivasi dan memberikan keyakinan baru kepada saya bahwa Tuhan itu menyerahkan segala sesuatu kepada manusia, kita lah yang mengubah nasib sendiri. Saya meyakini kata-kata Bill Gates, “Kalau anda lahir sebagai orang miskin itu takdir tapi kalau anda meninggal sebagai orang miskin itu adalah kesalahan anda”.

Kemudian keyakinan saya kembali ketika awal berguru dulu bahwa segala sesuatu memang sudah diatur dia. Cuma kita bisa bernegosiasi kepada-Nya dalam hal tertentu jika hubungan kita dengan dia baik. Semakin baik hubungan kita dengan Allah maka semakin baik pula pola kehidupan kita. Maka sejarah pemikiran Islam itu berkutat dalam hal ini (Takdir atau bukan Takdir) sedemikian panjang. Perdebatan antara Jabariyah, Muktazillah dan Qadariyah tidak pernah menemukan titik temu, selamanya.

Atas dasar rumus sangat sederhana ini maka hubungan paling dekat seorang kepada Allah itu disebut dengan Hamba. Level Hamba itu tentu saja bertingkat mulai tahap awal diperhatikan sampai kepada hamba yang dikasih-Nya, para Nabi dan para Wali.

Al Qur’an yang sedemikian lengkap bisa diwakili oleh sebaris kalimat, “Bismillahir Rahmanir Rahim” dan apabila disederhanakan lagi hanya menjadi sebuah titik, tempat hubungan antara manusia dengan Allah. Sekian banyak ayat Al-Qur’an akan terhimpun dalam satu nama yaitu “Allah”, itulah sebabnya pengamal tarekat tidak berzikir dengan yang canggih-canggih, cukup dengan sebuah nama tapi sudah mewakili semesta jagad raya ini.

Jika sebuah kalimat dari Al-Qur’an itu benar atau sesuai dengan ketentuan Allah, maka seluruh Al-Qur’an akan terwakili lewat satu ucapan itu. Itulah sebabnya Nabi kita menyebutkan bahwa 3x membaca surah Al-Ikhlas sudah mewakili keseluruhan Al-Qur’an karena memang kunci segala terhimpun disitu. Jika sebuah kabel kecil teraliri listrik kenapa anda harus mengumpulkan ribuan kabel, bukankah intinya listrik mengalir?

Agama Islam yang sedemikian lengkap ini pun jika disederhanakan bisa diwakili kepada satu kata yaitu CINTA. Cinta kepada Allah, Cinta kepada Rasul, Cinta kepada Orang tua dan cinta kepada sesama. Secanggih apapun pengetahuan anda terhadap agama jika tidak ada Cinta dihati anda maka segala pengetahuan itu akan gugur.

Para pencari Tuhan juga pada akhirnya sampai kepada titik paling sederhana yaitu menjadi al-Faqir. Faqir adalah kondisi tidak merasa butuh kepada selain Allah. Kehidupan bersama Allah laksana bayi yang berada di dalam gendongan Ibu, tidak pernah protes dan mengeluh, terserah apapun yang diperlakukan ibu terhadap dia karena dia telah merasakan kasih sayang yang dalam dari Sang Ibu di dalam hati nya.

Maka jika kehidupan anda sudah sedemikian rumit, masalah datang silih berganti barangkali kehidupan anda harus kembali lagi kepada pola sederhana. Kembali lagi kepada satu nama yaitu Allah. Ada orang mengalami penyakit sangat parah, dokter menyerah, dan dia sembuh hanya bernazar kepada Gurunya, itulah pola sederhana, mengembalikan kepada sesuatu kepada-Nya. Sampai saat ini belum ada penyakit yang tidak sembuh dengan metode mengembalikan kepada sederhana (dzikir) dan proses kesembuhannya pun tidak membutuhkan waktu lama.

Anda bisa mengalami Spontaneous Healing (Kesembuhan Mendadak) jika mengembalikan segala sesuatu kepada yang sederhana. Bukankah segala sesuatu berasal dari Allah dan kembali kepada Allah? Kepada siapa penyakit parah itu kita kembalikan? Ya kepada Sang Pemilik Segalanya.

One Comment

  • malananggroe

    Alhamdulillah… Terimakasih GURU….😇 semoga batang tubuh yg lemah dan berdosa ini senantiasa dlm lindungan NYA.. Tiada daya dan upaya kami melainkan hanya krnMU …😇

Tinggalkan Balasan ke malananggroeBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca