Pemikiran,  Tasauf

PROYEKTOR

Jika kita menyepakati bahwa dunia ini fana maka apapun di alam ini tidak akan abadi dan pada hakikatnya tidak nyata. Apapun yang kita lihat di dunia ini, termasuk kehidupan kita sendiri sebenarnya tidak nyata atau abstrak atau fatamorgana. Berujuk pada pemahaman ini maka alam akan berubah, berganti dan pada akhirnya akan lenyap sama sekali. Sayyidina Ali pernah mengatakan bahwa kehidupan ini adalah mimpi dan manusia baru sadar akan mimpi nya itu setelah dia mati.

Manusia sebelumnya tidak berwujud berasal dari alam ruh kemudian ditiupkan kedalam jasad yang berada di dalam kandungan Ibu, mengalami proses sampai menjadi sempurna berbentuk manusia kemudian lahir, balita, remaja, dewasa, tua dan akan kembali kepada ketiadaan di dunia ini. Badan manusia akan hancur bersama tanah sedangkan ruh nya akan kembali lagi kepada tempat berasal (jika memang ruh itu sudah dilatih terlebih dahulu untuk kembali).

Kehidupan di dunia ini adalah proyeksi dari sumber yang Maha Agung yang mengatur segalanya dengan sedemikian teratur sampai kepada hal yang sangat kecil. Untuk bisa dipahami dengan mudah ibarat kita menonton film di bioskop, apa yang tampil dilayar yang nampak sangat nyata itu sebenarnya dalah pancaran dari Proyektor yang memancarkan film ke layar. Segala sesuatu tergantung secara mutlak kepada proyektor.

Jika film di proyektor itu tentang kesedihan maka dilayar itu akan nampak film kesedihan, mustahil muncul film tentang kebahagiaan. Selama film di proyektor itu tidak diubah maka selamanya film yang muncul di layar tidak akan berubah walau diputar berulang kali.

Pemain yang ada di layar film tidak berdaya sama sekali hanya bisa mengikuti alur cerita yang telah dibuat sampai dia bisa naik kepada Proyektor kemudian memohon kepada proyektor untuk mengubah alur cerita yang akan di jalani selanjutnya.

Nabi Muhammad SAW melaksanakan Mikraj kepada “Proyektor” dan kita tahu kisah selanjutnya, bukan hanya turun perintah Shalat tapi nasib kaum muslim berubah total, terus berkembang sampai mencapai puncak bisa menaklukkan sepertiga dunia.

Logika sederhana ini bisa untuk menjelaskan dengan mudah hadist yang berhubungan dengan nasib. Nabi mengatakan bahwa doa adalah senjata orang mukmin, maknanya doa itu bisa mengubah jalan cerita dari buruk kepada baik dari sial kepada beruntung.

Nabi Muhammad SAW bersabda : “Sedekah itu bisa mencegah kematian buruk”. Nabi Muhammad SAW bersabda : “Sedekah sirri (secara rahasia) memadamkan murka Allah dan sedekah secara terang-terangan merupakan perisai dari neraka”. Disamping doa, sedekah juga bisa mencegah kematian buruk dan menghilangkan murka Allah, artinya memang ada cara untuk bisa mengubah nasib buruk atau kesialan dan Nabi telah memberikan tuntunan kepada kita.

Ucapan Nabi harus bisa dibuktikan sepanjang zaman karena apa yang Beliau sampaikan adalah sebuah kebenaran yang bisa di uji coba. Jika doa dan sedekah tidak mampu memberikan manfaat sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Nabi berarti ada yang salah di dalam pelaksanaannya.

Mungkin doa dan sedekah kita masih pada dimensi manusia sehingga tidak mampu naik sampai kepada “Proyektor” makanya tidak ada perubahan sama sekali di layar. Sebagaimana yang kami sampaikan di awal tadi bahwa pemain tidak akan bisa mengubah apapun dilayar yang muncul sampai dia naik kepada proyektor, disanalah terjadi negosiasi lewat doa dan munajat sehingga isi film selanjutnya berubah baik sebagian maupun menyeluruh.

Shalat adalah sarana bagi ummat Islam untuk Mikraj, naik sampai kepada Proyektor sehingga seharusnya Nasib Ummat Islam semakin hari akan semakin baik. Namun yang kita lihat saat ini nampaknya ummat Islam tidak berdaya diseluruh dunia, dicengkram dalam keterpurukan dalam segala bidang, lalu dimana letak kesalahannya? Apakah seluruh ummat Islam terlalu fokus kepada layar dan lupa naik kepada Proyektor? Atau berusaha naik tapi tidak sampai?

Nabi sang negosiator telah wafat 1400 tahun silam dan saat ini ummat Islam sedang berada pada titik paling lemah dalam sejarah, lalu apa yang harus kita lakukan? Maka Beliau memberikan ilmu tentang negosiasi itu kepada sahabat-sahabat dan terus menerus sampai akhir zaman untuk membuat perubahan-perubahan besar didalam peradaban Islam. “Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang memperbaharui untuk umat agama mereka” demikian Nabi memberikan pesan kepada kita semua.

Jika demikian maka setiap zaman akan ada orang yang bisa melakukan perubahan besart terhadap kehidupan ummat Islam dan peradaban Islam. Apakah kita sedang berada pada zaman diturunkan Mujadid itu atau masa sudah berlalu? Atau kita ummat ini terlena dengan kemampuan sendiri sehingga lupa pesan Nabi untuk mencari dan menemukan Sang Negosiator yang diturunkan setiap 100 tahun sekali itu?

Mudah-mudahan tulisan di Hari Jumat Penuh Berkah ini bermanfaat hendaknya..

5 Comments

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca