Tasauf

Memandang Dari Dalam

Kalau anda ke Jakarta dan menyempatkan diri lewat di depan Istana Negara, tempat kediaman Presiden Republik Indonesia maka anda akan melihat bangunan putih dengan pilar tersusun rapi di depannya. Dari dulu sampai sekarang bangunan tersebut tidak berubah, jika anda memandang dari luar. Jika anda berkesempatan untuk masuk di dalamnya maka pandangan luar itu akan hilang, berubah total karena isi dalam istana sangat berbeda dengan diluar. Pandangan dinding putih dengan pilar itu akan hilang sama sekali, anda akan melihat karpet merah, ada kursi cantik perpaduan china dan jepara, tidak lupa pula akan lukisan-lukisan bagus terpampang di dinding istana bagian dalam.

Jika anda berkesempatan masuk lebih dalam lagi keruang kerja presiden tentu suasana juga akan berbeda, terlebih anda diundang presiden dan berkesempatan bertemu dengan Beliau, Sang Pemilik Istana. Anda memasuki istana Raja-raja dibelahan dunia lain juga akan mengalami hal yang sama, sangat berbeda antara pandangan luar dan dalam. Orang yang hanya berada diluar tidak akan merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang sudah di dalam dan dikemudian hari akan terjadi perdebatan yang tidak berkesudahan, antara orang memandang dari luar dengan orang yang memandang dari dalam. Orang yang memandang dari dalam punya kelebihan dimana dia bisa memandang dari dua sisi, terlebih dulu memandang dari luar baru dia memandang dari dalam, keluasan pandangan inilah menjadikannya seorang ARIF BIJAKSANA.

Di dunia ini segala hal berlapis, buah kelapa yang sederhana kita liat pun mempunyai lapisan-lapisan dimana antara satu lapis dengan lapis berikut sangat berbeda. Pernahkah anda merenung kalau agama Islam yang kita kenal itu juga mempunyai lapisan-lapisan yang setiap lapisan itu nampak berbeda tapi akan terlihat sama di dalam satu kesatuan, dibungkus oleh kulit luar yang sangat indah. Syariat ibarat kulit luar yang membungkus Islam, dengan itulah seluruh orang bisa memandang Islam sebagai agama yang sempurna baik dalam hal ibadah maupun di dalam aturan-aturan hidup.

Tarekat atau Thariqah adalah lapisan berikut dari AL ISLAM yang harus kita masuki agar sudut pandang menjadi lebih luas dan lebih sempurna. Tarekat adalah sisi awal dari cara memandang Islam dari dalam seperti kita memasuki Istana Presiden atau Istana Raja dimana akan menemukan perbedaan-perbedaan yang membuat kita ajan terkejut dan terfana. Siapapun yang memasuki dunia tarekat di awalnya pasti mengalami kejaiban-keajaiban dan hal-hal unik yang selama ini tidak di dapat ketika hanya belajar fiqih saja. Untuk selamat masuk ke dalam istana harus ada yang menuntun, harus terlebih dulu permisi kepada Sang Pemilik Istana. Kalau memandang istana negara dari jauh tidak perlu izin, anda bisa berjam-jam memandangnya TAPI kalau ingin masuk ke dalam, anda harus mengikhlaskan diri untuk diperiksa, ditanya dan kalau mendapat izin baru dibolehkan masuk. Istana dalah wilayah paling steril yang tidak boleh dimasuki sembarang orang.

Atas alasan itulah sejak zaman Nabi tidak semua orang mendapat kesempatan untuk belajar tarekat dan karena itulah sebabnya zaman Nabi amalan tarekat itu disebut Thariqatussiriah (amal atau jalan rahasia), bukan serta merta masuk Islam langsung diberi amalan rahasia tersebut. Kalau kita memakai bahasa lain, tidak semua orang menjadi raja dan tidak semua orang menjadi sufi.

Laksana memandang sebuah istana, mustahil anda bisa berjumpa dengan pemilik istana kalau hanya bermodal melihat dari luar, anda harus dengan sungguh-sungguh berusaha masuk kedalam agar mendapat kesempatan berjumpa dengan pemilik istana. Anda harus mempunyai koneksi, silsilah yang bersambung kepada Presiden agar anda bisa berjumpa dengan presiden di dalam istana, tanpa itu sampai kapanpun anda tidak akan pernah berjumpa dengan presiden, atau anda akan berjumpa dengan presiden gadungan.

Cerita-cerita di dalam istana hanya di dapat di dalam istana dan beredar di kalangan Istana. Rahasia di dalam istana juga tidak boleh kita ceritakan kepada orang luar istana karena nanti akan menjadi fitnah sebab pandangan dari dalam dengan pandangan dari luar sangat berbeda.

Bagi yang sudah berpuluh tahun memandang istana dari luar, kapankah anda berniat masuk kedalam? Atau anda hanya cukup puas berada di luar, terkena panas dan hujan, terkena hempasan debu dan kotoran?

Masuklah ke dalam karena SANG PEMILIK ISTANA selalu menanti anda di dalam, bersihkan dulu badan anda dari kotoran, sucikan niat, dan anda akan mendapatkan bahwa PEMILIK ISTANA, SANG RAJA DUNIA AKHIRAT sungguh MAHA RAHMAN DAN MAHA RAHIM, memperlakukan anda HANYA berdasarkan TAQWA bukan karena yang lain…

28 Comments

  • Achmad Eko

    Assalamualaikum Abangda sufi muda? Mohon maaf saya ingin bertanya, setelah YM Abu Berlindung kalau boleh tahu sekarang yang menggantikan guru siapa ya Abangda sufi muda? Mohon maaf apabila saya salah dalam berucap. Wassalamualaikum.

  • Abu Hamid

    MashaaAllah.., analogi yg bagus abang sufimuda.
    Afwan ijin bertanya, bila di depan istana ada seorang pengemis yang sangat miskin, lusuh, dan ia yakin tak pernah bisa membersihkan dirinya sendiri dari kotoran. Namun, pengemis itu punya niat yang suci untuk ketemu sang Raja, namun ia pun tak sempat bilang pada penjaga tentang niatnya.
    Dengan kehebatannya, sang Raja pasti tahu bahwa di depan istana ada seorang pengemis yang sangat ingin bertemu dg nya. Kira-kira, seperti apakah perlakuan Raja terhadap Pengemis itu?
    Syukran

    • SufiMuda

      Raja berhak mengundang siapa saja ke dalam istananya, tidak peduli siapa dia.
      Kalau pengemis tadi mengikuti aturan2 yg telah dibuat maka Raja mempersilahkan masuk atau raja datang menjumpainya.

      Rasa kemanusiaan berbeda dengan rasa ketuhanan, itulah sebabnya darah air mata yang keluar dari orang orang palestina utk dibebaskan dari jajahan israel tapi sampai saat ini masih dijajah, hanya bermodal ingin dan berbaik sangka saja sedangkah rukun dan syarat tidak dipenuhi

      Dia menciptakan rukun syarat untuk dipenuhi agar segala sesuatu bisa BERHASIL.

      Pengemis itu, walau bukan siapa siapa, dia memenuhi rukun dan syarat PASTI berjumpa dengan Raja dan kalau tidak memenuhi rukun syarat walau menangis berbulan bulan tidak akan pernah berjumpa.

      Lalu dimanakah letak adil Sang Raja?

      Letaknya di kesempatan diberikan untuk siapa saja yang mau mengikuti aturannya…

      • Ruslianto

        Alhamdulillah, saya jadi teringat Fatwa Ayahanda Guru thn..1994 ; …Lihat Orang Palestina,.. Lihat Rohingya itu ( padahal waktu itu Rohingya belum seviral sekarang),.. mereka di pinggir jurang neraka,.semua,…apakah mereka mereka semua itu tidak berdzikir ?.. ..oh marah mereka nanti disebut ta berdzikir,…
        Prihatin kita dengan dzikir mereka yang hanya meniru bunyi saja, itu”
        Wassalam, semoga bermanfaat.

  • ambocie

    Tidak mungkin masuk ke dlm istana tanpa merubah dimensi fisik,
    Sementara yg mampu merubah dimensi fisik hanya bagi yang memiliki kemampuan mensejajarkan resonansi antara di luar dan di dalam istana,
    Selalu ada hukum timbal balik, tapi justru pada akhirnya kembali kepada penguasa istana, sudikah memberi jln untuk masuk ke istananya.

    • Ruslianto

      Ada yang berjalan karena ada tujuan
      Ada pula yang dihampiri tujuan
      Jika engkau berjalan AKU berlari
      Jika engkau berdzikir(sesuai rukun dan syarat) Kubalas dzikirmu

    • Ruslianto

      Ass
      Saya pernah buat postingan yang berkaitan Al Qur’an dengan cara ilmiah dan logika pada 28 Desember 2015 lalu pada artikel “Menyembah Ka’bah bag.1” hal tersebut ditayang ulang satu dan lain hal peminat disufi muda ini datang silih berganti dan ada pula yang beranggapan orang pengamal Tharekat ini cendrung “hanya” pakar dalam bidang “amal” saja dan jika cerita tentang ilmiah dianggap tak tau apa apa.
      Oleh sebab didahului mohon maaf keharibaan Guru Mursyid Yang Kamilmukamil serta salam tazhim kepada Abangda Sufi Muda saya posting tentang kajian tsb,… InshaAllah
      Wass

  • Khodijah

    Bagaimana dgn murid yg sdh masuk tp sdh bertahun-tahun tak mengamalkan, apakah ttp diakui sbg murid ? Dan murid itu ingin kembali apakah dtrima?adakh syaratnya.mksh

  • Ruslianto

    QS al-a’raf -205
    Wazkur rabbaka fi nafsika tadarru’aw wa khifataw wa duunal-jahri minal Qouli bil-guduwwi wal-aasali walaa lakum minal-ghofilin.
    Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
    QS.an-Nisa -142
    Innal-munafiqina yukhaadi’ unnallaha wa huwa khadi’uhum, wa iza qamuilas-sholati qamuu khusalaa yuraa’unan-naasa walaa yazkurunallaha illaa Qolilaa.
    Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka, Apabila mereka hendak untuk sholat mereka melakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) dihadapan manusia, Dan mereka itu tidak mengingat Allah ( Dzikrullah) kecuali sedikit sekali.
    Demikian, Wassallam, Semoga Bg.SM serta bg.Arkana sehat selalu.

Tinggalkan Balasan ke AndiBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca