Tasauf

ORANG KAYA

Sejak menekuni tarekat sampai saat sekarang ini, hal menarik yang saya perhatikan di komunitas tarekat adalah mereka tidak pernah membahas pahala. Kebalikan dari kelompok-kelompok diluar tarekat yang sangat bersemangat mengejar pahala. Tidak mungkin anda menemukan orang-orang tarekat sibuk membahas pahala shalat subuh, pahala shalat tahajud apalagi pahala zikir. Kenapa demikian?

Jawabannya ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, karena tarekat tidak lagi berada di alam mimpi, alam khayalan tapi adalah jalan kepada Allah, menempuh perjalanan yang riil. Seorang yang sedang berjalan dia lebih fokus kepada perjalanannya dan sangat menikmati perjalanan tersebut. Sebelum dia sampai kepada tujuan maka dia tidak akan menoleh kiri kanan. Karena tarekat adalah jalan kepada Allah maka apapun selain Allah tidak akan menjadi perhatiannya, terus berjalan sampai dia dengan selamat kehadirat-Nya.

Kedua, pahala bisa di ibaratkan hadiah atau lebih mudah kita misalkan sebagai uang. Orang yang sibuk mencari uang tentu saja orang yang tidak punya uang atau tidak cukup uangnya sehingga khawatir akan masa depan sehingga dia selalu sibuk mencari uang. Jadi hanya orang miskin yang sibuk mencari uang sedangkan orang kaya sudah tidak perduli lagi dengan uang, dia menikmati saja uang yang sudah dimilikinya.

Bagaimana mungkin orang tarekat bisa sibuk dengan pahala sedangkan sekali menyebut nama Allah di dalam Qalbu saja pahalanya sudah 70x lipat dibanding dengan menyebut nama Allah hanya dengan mulut, sedangkan dia berzikir sehari semalam sangat banyak, jadi memang tidak sempat lagi memikirkan pahala.

Belum lagi kita bicarakan tentang Musyahadah, sesaat fana kepada Allah lebih baik itu daripada beribadah 1000 bulan, apa perlu lagi memikirkan pahala?

Bahkan orang sufi tidak lagi memikirkan surga karena dia terlalu sibuk bersama Tuhannya. Memang agak aneh kalau kita renungi, orang sibuk mencari surga, kenapa tidak fokus mencari pemilik surga? Karena kalau sudah jumpa pemilik surga otomatis kita di surga.

Satu hal lagi ciri khas orang tarekat adalah mereka tidak mencari-cari kesalahan orang lain apalagi menuduh sesat kepada orang lain. Kenapa? Karena mereka sudah berada di jalan yang lurus, dibawah bimbingan khalifah Rasulullah SAW sudah pasti sampai kehadirat Allah SWT, lalu bagaimana mungkin dia bisa melihat hal yang tersesat?. Ibarat orang yang berkenderaan di jalan tol, maka dia fokus kepada perjalanannya yang sudah pasti sehingga dia tidak mungkin bisa melihat orang-orang yang tersesat di jalan berbeda atau menempuh jalan yang salah, karena memang tidak nampak. Orang yang suka menuduh sesat sudah pasti dia orang tersesat.

Orang yang mengikuti tarekat adalah orang-orang yang bertaubat, sibuk dengan kesalahan dirinya, memperbaiki kesalahan tersebut sehingga tidak akan mungkin dia punya kesempatan memberikan penilaiaian kepada orang lain. Itulah sebabnya kalau berkumpul dengan orang tarekat yang dibicarakan adalah penyesalan akan masa lalu bukan kemudian mencari cari kesalahan orang lain. Berbeda dengan orang yang belum menempuh jalan kepada-Nya, ketika dia rajin shalat maka dia akan merasa dia lah yang rajin sementara orang lain tidak. Ketika dia berbusana muslim maka hati nya semakin kotor melihat saudaranya yang masih belum berbusana dengan baik.

Satu hal yang membuat saya sangat bahagia adalah karena Allah menjebak saya di dalam dunia tarekat, sebuah dunia yang awalnya juga saya tolak mentah-mentah karena terkena pengaruh paham wahabi yang mengatakan tarekat itu bid’ah dan sesat. Kenapa wahabi bisa menilai tarekat bid’ah dan sesat karena memang amalan-amalan mereka semua bid’ah dan sesat, cuma perasaan mereka aja itu amalan sunnah. Amalan mu menjadi sunnah ketika rohani mu bersambung kepada Rasulullah SAW sehingga setiap amalan yang kau kerjakan terkonfirmasi langsung kepada Rasulullah SAW, barulah amalan mu menjadi sunnah. Kalau tidak maka amalanmu ibarat burung beo, mengulang apa yang tertulis dan kau pun mengerjakan tanpa disertai ruhani Rasul di dalamnya, maka amalanmu sudah pasti BID’AH DHALALAH.

Dalam tulisan-tulisan terdahulu sudah banyak saya tulis bahwa ber-Islam itu harus secara zahir dan bathin karena nanti yang kembali kepada Allah adalah rohani maka sebelum meninggal rohani harus ber-Islam agar nanti selamat di alam-alam berikutnya. Guru jasmani mengajarkan kita ilmu islam secara zahir yang di transfer kepada akal, baik pendidikan pasantren maupun universitas Islam maka menjadi Islam jasmani kita sedangkan rohani tidak. Kenapa? Karena rohani tidak mungkin diajarkan dengan jasmani, unsur nya berbeda.

Untuk meng-islamkan rohani diperlukan Guru Rohani pula yang disebuat Mursyid, harus tersambung kepada arwah Rasulullah SAW, lewat itulah sekalian ruhani ummat Islam bisa disucikan dan di Islamkan, tanpa itu maka seluruh amalan menjadi BID’AH, tertolak. Bagaimana mungkin anda bisa shalat kalau dalam diri masih ada unsur syetaniah yang belum di usir, sudah pasti shalat anda akan tertolak. Bacaan al-Qur’an akan tertolak kalau ruhaninya belum disucikan, maka sudah pasti seluruh amalan akan tertolak. Tulisan ini saya buat khusus untuk orang-orang yang selama ini terlalu bangga dengan pahala, kalau ditanya dimana pahala itu? Pasti tidak bisa dijawab karena semua nya bersifat spekulatif alias tebak-tebak atau duga-duga.

Nabi SAW mengingatkan kita bahwa amalan bathin itu tidak ada bandingnya dengan amalan zahir, karena itulah orang yang telah menemukan amalan bathin dalam qalbu dan rohaninya tidak ada lagi rasa khawatir dan was was akan masa depannya. Ibarat orang yang sudah mempunyai deposito sangat banyak dan itu legal, bisa diperiksa dan bisa ditarik kapan saja, tentu dia tidak akan khawatir sedikitpun dan tidak lagi membicarakan uang.

Menutup tulisan ini saya menyimpulkan hanya orang miskin yang mencari uang sedangkan orang kaya menikmati uang, hanya orang yang tidak memiliki pahala yang sibuk mencari pahala sedangkan orang yang sudah berada dijalan-Nya dan sampai kehadirat-Nya tidak lagi bisa teralihkan pandangannya, hanya kepada-Nya dia fokuskan segalanya.

Demikian.

 

16 Comments

  • arkana

    Abangda…
    senang saya bisa membaca lagi tulisan Abangda di sini… setelah sempat beberapa hari lalu “offline”… hehe…
    dan membaca tema tulisan Bangda kali ini sangat melegakan saya…

      • ahmad kadir

        mau tanya bangda, gmn saya sudah konsiten berdzikir tiap hari, mengalami kejaiban dalam mimpi,trus berjumpa and ngobrol dgn guru mursyd yg sudah lama berlindung, tp saya masih merasakan blom dekat dgn tuhan, mohon masukannya abangda sufimuda, terima kasih banyak

        • Saryono

          Makasih Bang SM atas tulisan2nya yg mencerahkan dn menentramkan hati. Sy dah lama baca tulisan2 SM tapi baru kali ini koment. Kemarin sempat khawatir SM off. Apa diblokir ya ternyata hanya lupa blm bayar he he he. Salam kenal

  • Ahmad Kadir

    mau tanya bangda, gmn saya sudah konsiten berdzikir tiap hari, mengalami kejaiban dalam mimpi,trus berjumpa and ngobrol dgn guru mursyd yg sudah lama berlindung, tp saya masih merasakan blom dekat dgn tuhan, mohon masukannya abangda sufimuda, terima kasih banyak

    • SufiMuda

      Keinginan kita itu adalah nafsu yang menghambat untuk dekat kepadaNya.

      Kalau kita rindu kepada Guru Mursyid, pasti akan mimpi kalau belum mimpi berarti belum benar benar rindu.

      Istiqamah atau konsisten itu tidak di dapat dgn instan, harus dengan kesungguhan.

      Mujahadah (sungguh2 dalam berzikir) nanti istiqamah dengan sendirinya

    • arkana

      @Ahmad Kadir:

      “…..tp saya masih merasakan blom dekat dgn tuhan…”

      bagaimana mungkin Abang masih merasa belum dekat… padahal sudah berjumpa dalam mimpi…. 🙂

  • Athibbun

    Assalamualaikum Wr.Wb, Alhamdulilah sy dapat bergabung kembali dengan membaca seluruh artikel Sufi Muda, dan ini Sangat bugus,, trim,s

Tinggalkan Balasan ke SufiMudaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca