Tasauf

QADIM

Tarekat tidak lain adalah metodologi warisan Nabi untuk melaksanakan hukum-hukum Allah (syariat) agar sesuai dengan standar yang di inginkan oleh Allah terutama dalam hal ibadah. Segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia akan berada pada dimensi manusia tidak mungkin sampai pada dimensi Allah yang Maha Gaib dan Maha Tak Terjangkau. Memakai bahasa tasawuf, “Segala yang keluar dari baharu tetap menjadi Baharu tidak mungkin menjadi Qadim, hanya yang berasal dari Qadim lah apapun menjadi Qadim”. Ketika Allah SWT berkata-kata maka itu menjadi firman dan bersifat qadim karena berasal dari qadim sedangkan firman Allah yang di ucapkan oleh mulut manusia tetap menjadi baharu, tidak menjadi qadim.

Untuk bisa sampai kepada qadim harus ada unsur-unsur yang berasal dari SANG QADIM sendiri, disinilah diperlukan metodologi atau cara agar bacaan al Qur’an itu bukan sekedar bacaan atau ucapan tapi memilki energi Maha Dahsyat karena al Qur’an memang firman Allah Yang Maha Dahsyat. Untuk ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah dan hukum-hukum tentu tidak harus anda bertarekat untuk memahaminya tapi ayat-ayat yang berhubungan dengan teknologi dan mukjizat anda harus mendapat bimbingan dengan metode yang tepat agar bisa melaksanakan apa yang terdapat dalam al Qur’an.

Nabi Musa membelah laut, Nabi Isa menghidupkan orang mati dan berbagai mukjizat yang dikisahkan dalam al Qur’an itu adalah bagian dari ilmu Teknologi al Qur’an karena itu tidak cukup anda hanya belajar ilmu hukum (syariat) untuk bisa mewujudkan apa yang di tulis disana.

Rukun Islam yang 5 perkara itu adalah dasar kita menjadi seorang muslim, mengamalkan yang 5 perkara itu maka sah seorang disebut sebagai muslim. Karena Islam itu berlapis maka melaksanakan rukun Islam itu juga berlapis. Tujuan hakiki dari 5 perkara itu tidak lain adalah mencapai hubungan langsung kita dengan Allah SWT.

Membaca syahadat tanpa bertarikat ucapannya hanya sampai di telinga saja, paling jauh di dengar oleh orang sebelahnya. Tapi syahadah yang hakiki adalah penyaksian dan ini tidak akan mungkin di dapat tanpa menggunakan metode warisan Nabi yaitu Tarekat. Shalat hanya akan sampai ke sajadah dan dinding saja tidak akan mungkin menjangkau Yang Maha Qadim, sementara tujuan hakiki shalat adalah mencapai tahap dialog antara hamba dengan Allah. Maka yang terjadi selama ini hanya sampai ke tahap praduga, berbaik sangka saja kalau shalatnya sampai kepada Allah tanpa pernah bisa dibuktikan sama sekali.

Zakat juga hanya sampai ke tangan manusia yang diberi tanpa memiliki getaran Ilahiyah, puasa hanya menahan lapar dan dan dahaga. Melaksanakan Haji juga begitu, tidak pernah mencapai tahap Mabrur.

Untuk bisa sampai kepada Qadim harus dengan unsur Qadim itu sendiri. Pertanyaan yang harus dijawab adalah bagaimana kita bisa memperoleh unsur-unsur Qadim tersebut agar bisa memperoleh hubungan dengan SANG MAHA QADIM?

Logikanya begini, kita hanya bisa terhubung dengan seseorang yang jauh dengan syarat frekwensi dan gelombang si penerima harus sama dengan si pengirim pesan. Tidak mungkin anda berbicara dengan orang dari jarak jauh, anda menggunakan smartphone sementara yang menerima menggunakan teknologi jadul, telegram misalnya, komunikasi tidak akan pernah terjadi.

Maka Allah memberikan rahasia bagaimana kita bisa berhubungan dengan-Nya dan rahasia itu dititipkan kepada utusan-Nya, itulah tujuan hakiki Allah menurunkan Rasul di dunia ini…

Mudah-mudahan tulisan singkat di pagi Jumat penuh berkah ini bisa menjadi bahan renungan untuk kita semua…

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca