Tasauf

Doa Yang Tidak Terkabul

“Ya Allah aku berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusuk, dari nafsu yang tidak pernah puas dan dari doa-doa yang tidak terkabul” (HR. Muslim)

Doa adalah ibadah dan doa juga merupakan senjata orang beriman, demikian Nabi menjelaskan dalam beberapa hadist. Sebagaimana senjata pada umumnya, doa harus di riset atau di uji coba berulang kali agar benar-benar menjadi sejata yang ampuh dan mujarab. Ketika doa tidak terkabul dan tidak dijawab artinya doa tersebut tidak menjadi senjata.

Salah satu doa yang panjatkan Nabi kepada Allah adalah agar doa-doa Beliau terkabul dan agar dihindari dari doa-doa yang tidak terkabul.

Kita sudah banyak mendengar uraian dari para ustad, juga membacanya di buku tentang kenapa doa tidak dikabulkan oleh Allah maka kali ini kamu uraian dari sudut pandang ilmu hakikat/tasawuf.

Saya meng-analogi-kan ibarat kita mendatangi seorang pimpinan, misalnya pimpinan bank dengan niat meminjam uang. Ketika menghadap pimpinan tersebut yang kita bawa adalah orang yang paling dia benci, tentu saja dari awal permohonan kita sudah langsung di tolak. Sebaliknya kalau yang kita bawa ketika menghadap pimpinan tersebut orang yang dia sukai, maka permohonan kita akan cepat dikabulkan.

Ada persamaan dengan memohon kepada Allah, menghadapkan wajah kita kepada-Nya dalam doa dan munajat, yang kita bawa adalah Iblis yang dilaknat, yang bersembunyi di dalam dada tanpa disadari (Surat An-Nas) tentu saja setiap doa akan tertolak secara otomatis. Namun jika yang kita bawa dalah unsur dari Dia sendiri, Kekasih-Nya, cahaya-Nya, tentu saja Dia akan menerima dengan senang hati.

Nabi pernah ditanya kenapa doa tidak dikabulkan, Beliau menjawab, “Mereka yang berdoa tidak mengenal Tuhannya”. Disamping membawa musuh juga tidak mengenal dengan baik sosok yang kita mohonkan. Kita tidak mengenal sama sekali pimpinan yang kita hadapi sehingga bisa jadi kita salah dalam bersikap dan bertutur kata.

Mungkin kita belum sampai ke tahap mengenal Dia dengan baik dan benar, tapi kita bisa membawa sosok yang dekat dengan-Nya, sosok yang dkenal-Nya yaitu kekasih-Nya, lewat itulah doa-doa kita tersampaikan dan dibalas. Bukankah Allah telah berfirman, “Tidak akan sampai kepada-Ku kecuali lewat Rasul-Ku”. “Semua doa itu terhalang, sampai dibacakan shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”.

Shalawat dalam pandangan tasawuf tentu saja bukan sekedar ucapan tapi rohani ikut tersambung kepada Rasulullah SAW dan seterusnya akan tersambung kepada Allah SWT, sambungan rohani itulah yang menyebabkan doa-doa kita sampai kepada Allah SWT. Sambungan rohani ini mutlak diperoleh agar kita terbebas dari “duga-duga” dan “kira-kira”.

Karena itulah kenapa orang-orang tang bertawasul memperoleh keajaiban-keajaiban di dalam doanya, hal yang tidak diperoleh oleh orang yang tidak bertawasul apalagi menolak tawasul. Orang yang menolak tawasul karena dia menganggap kalau berdoa dengan menyebut nama Nabi atau Wali itu sama dengan meminta kepada selain Allah, inilah kebodohan dari kebodohan yang tujuan utama menolak tawasul untuk menghidari syirik justru terjebak ke dalam kemusyirakan tanpa di sadari.

Tulisan pertama di tahun 2019 ini kamu cukupkan dulu sampai disini, sMoga bermanfaat!.

9 Comments

Tinggalkan Balasan ke Inang asBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca