Tasauf

Setelah Shalat Subuh (15)

Perlu di kaji secara mendalam oleh segenap umat Islam di seluruh dunia kenapa Nabi menyebut perjuangan melawan hawa nafsu sebagai Jihad Akbar atau perang besar. Perang yang lebih berbahaya dan lebih besar dari perang manapun di dunia. Bukankah perang-perang fisik yang pernah dilalui Nabi sedemikian beratnya sampai pernah gigi Nabi patah di dalam perang tersebut. Tidak kurang ribuan nyawa melawang termasuk orang-orang yang sangat dekat dengan Nabi.

Tubuh manusia yang tampak sebenarnya tersusun oleh sel-sel yang halus dan tidak tampak dilihat dari luar. Sel halus tersebut terdapat inti sel, lebih kecil lagi ada molekul kemudian atom. Dulu kita meyakini partikel terkecil di alam ini adalah atom. Sesudah diteliti lebih dalam, ternyata inti atom masih bisa dibagi menjadi lebih kecil: proton dan neutron. Ternyata proton dan neutron dibentuk oleh zarah-zarah yang lebih kecil, disebut kuark-kuark.  

Bagian-bagian atau belahan-belahan yang lebih kecil dari atom tadi dipandang berada subatom, di bawah atom. Partikel-partikel yang sifatnya adalah di bawah atom lalu disebut partikel-partikel atau zarah-zarah subatomik.

Para fisikawan yang meneliti partikel-partikel percaya kuark, suatu partikel subatomik, bersifat mendasar. Artinya, zarah subatomik ini tidak bisa dibagi lagi menjadi lebih kecil.

Zarah-zarah subatomik yang oleh ilmuwan dipercaya tidak bisa dibelah lagi menjadi lebih kecil disebut partikel-partikel elementer atau partikel-partikel fundamental. Partikel-partikel fundamental menyediakan satuan-satuan dasar yang membentuk semua materi dan energi di alam semesta.

Berdasarkan ilmu fisika susunan terkecil dari sebuah materi bisa berubah menjadi energi begitu juga sebaliknya. Jadi di dalam tubuh manusia yang nampak terlihat pada hakikatnya tersusun oleh partikel sangat kecil yang di isi oleh cahaya. Dari sini kita menemukan kebenaran apa yang disebut oleh al-Qur’an bahwa manusia apabila berbuat kemungkaran energinya menjadi rendah (binatang) namun apabila berbuat baik energinya menjadi tinggi (Malaikat).

Makna malaikat diciptakan dari cahaya dan Jin diciptakan dari api akan bisa dijelaskan secara fisika. Api dan cahaya tapi kalau disatukan akan membentuk materi, pada tahap tertentu bisa dilihat. Tubuh manusia bila susunan terkecilnya di isi oleh api yang merupakan unsur unsur setan maka dirinya akan menjadi setan yang nyata sebaliknya kalau di isi dengan Kalimah Allah yang merupakan cahaya termulia akan menjadi seorang malaikat yang senantiasa taat kepada Allah.

Maka Dzikir yang dilakuan secara istiqamah pada dasarnya adalah untuk mengusir “api” yang telah bersemayam dalam diri manusia (Surat An-Naas) sejak lahir yang di istilahkan di dalam al-Qur’an sebagai setan yang berbisik-bisik di dada manusia. Unsur-unsur setaniah dalam diri manusia sebagai bawaan sejak lahir ini tidak akan bisa diusir oleh ucapan-ucapan zahir karena dia tertanam begitu dalam di diri manusia.

Maka sangat benar disebut oleh Nabi bahwa perang paling besar adalah perang melawan diri sendiri, unsur-unsur setan yang memang sudah bersemayam dalam diri manusia, masuk ke dalam inti sel, atom dan partikel terdalam di tubuh manusia. Jika selama hidup di dunia unsur “api” ini tidak pernah bisa kita usir maka nanti ketika meninggal dia tidak akan mungkin bisa bergabung dengan “Cahaya Allah” karena unsurnya memang beda. Secara awam orang menyebut sebagai roh bergentayangan, masuk ke dalam manusia yang hidup, tersangkut di sungai, air dan lain tempat. Sudah pasti roh yang belum disucikan itu akan merana selama-lamanya.

Karena setan yang tidak lain adalah bala tentara Iblis yang sangat hebat tentu tidak bisa di usir dengan ucapan atau bacaan zahir kita. Semua balatentara Iblis di dalam diri hanya bisa di usir dengan dimensi yang lebih tinggi dari Iblis yaitu cahaya Allah. Cahaya Allah tidak diperoleh dengan sekedar ibadah, tapi harus ada yang mampu menyalurkan cahaya tersebut (Surat an-Nur 35). Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang menjadi utusan-Nya, membawa cahaya kemenangan itu untuk disalurkan kepada sekalian ummat.

Ketika Nabi Muhammad SAW wafat, maka rohani Rasulullah tidak pernah wafat karena memang terdiri dari cahaya Allah itu sendiri. Dalam al-Qur’an disebut sebagai “Hidup disisi Allah”, dan selalu memberikan syafaat (pertolongan) kepada seluruh ummat Islam. Setelah Muhammad bin Abdullah sebagai anak manusia yang berasal dari tanah dan kembali ke tanah, fungsi untuk mensucikan sekalian arwah ummat Islam ini dilanjutkan oleh para Ulama yang mewarisi dari cahaya Allah itu sendiri.

Ketika penyaluran ini tidak lagi bisa dilakukan, terputus atau terhenti karena tidak ada lagi kekasih Allah di muka bumi, maka disaat itulah kiamat akan datang…

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca