Tasauf

Setelah Shalat Subuh (14)

Hijab (tirai penghalang) terbesar antara manusia dengan Allah adalah dirinya sendiri. Hawa nafsu yang cenderung membawa manusia kepada kesesatan. Pembagian jenis hijab ini telah kami uraiankan dalam tulisan terdahulu (Setelah Shalat Subuh, 13), silahkan di baca. Begitu beratnya manusia melawan dirinya sendiri maka Rasulullah SAW menyebut sebagai Jihad Akbar, atau perang besar dan dalam dunia tasawuf dikenal sebagai Mujahadah (berjihad secara terus menerus melawan hawa nafsu).

Di dalam surat al Maidah ayat 35 disebutkan akan kewajiban seluruh ummat Islam untuk mencari dan menemukan wasilah, sebuah metode untuk berkomunikasi dengan Allah. Setelah menemukan wasilah dan dibimbing oleh Guru Mursyid, maka ada kewajiban untuk bersungguh-sungguh melakukan dzikir dan segala kewajiban lainnya. Jadi ada dua hal yang menyebabkan kita MENANG yaitu Memakai medode yang benar (berwasilah) dan bersungguh-sungguh. Salah satu faktor tidak terpenuhi maka kemenangan tidak akan pernah bisa tercapai. Tidak menemukan wasilah, walaupun sangat sungguh dalam ibadah maka hasilnya NOL karena dia tidak menemukan jalan untuk sampai kepada Allah, ibadah menjadi sia-sia. Kemudian orang yang telah menemukan wasilah tapi tidak bersungguh-sungguh juga tidak akan mendapat kemenangan.

Kemenangan yang dimaksud tentu saja si hamba akan senantiasa berserta dengan Yang Maha Menang yaitu Allah SWT sejak dari dunia dan akhirat. Beserta dengan Allah inilah sumber dari segala sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat, inilah tujuan tertinggi Allah menciptakan manusia. Untuk bisa beserta dengan Allah tentu saja tidak cukup kita melaksanakan ibadah zahir, gerak badan saja karena Allah SWT adalah MAHA GAIB. Diperlukan metode khusus pula agar ruhani kita bisa berhampiran dengan SANG MAHA GAIB tersebut.

Apa yang kamu uraiankan di atas tidak mungkin dicapai dengan akal semata. Akal adalah bersifat baharu dan diciptakan, tidak mungkin menjangkau yang MAHA QADIM. Atas dasar itulah kenapa kebanyakan manusia yang sangat rajin beribadah sekalipun tidak akan pernah mencapai tahap Makrifatullah atau mengenal Allah secara hakiki. Shalat bukanlah sarana untuk bermakrifat kepada Allah karena shalat adalah proses komunikasi dengan Allah. Karena sebuah komunikasi maka yang harus dilakukan oleh manusia adalah menyamakan frekwensi terlebih dulu barulah komunikasi terjadi.

Untuk berkomunikasi dengan seseorang yang jauh lelak dari kita, terpisah dalam jarak ribuan kilometer diperlukan alat untuk bisa sampai pesan yang kita kirim dan pesan yang dia kirim. Kita mengenal di zaman sekarang dengan telepon atau telepon seluler yang bisa menghubungkan kita dalam jarak sangat jauh. Untuk bisa terjadi komunikasi yang baik tentu harus memenuhi rukun dan syaratnya. Kita harus memiliki alat yang terhubungan dengan alat yang dimiliki oleh lawan bicara kita, tanpa ini komunikasi tidak akan berjalan.

Analogi ini kami berikan untuk menjelaskan proses komunikasi antara manusia dengan Allah SWT. Dia Yang Maha Segalanya tidak akan mungkin bisa dijangkau oleh manusia. Dia Maha Sendiri tidak akan mau menerima unsur apapun selain dari diriNya sendiri. Inilah HAKIKAT TAUHID.

Maka Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim menurunkan teknologi komunikasi antara manusia dengan Dia yang disebut dengan WASILAH yang dipraktekkan lewat Tareqatullah sehingga terjadi komunikasi dengan baik. Terjadi dialog sangat mesra baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Lewat praktek di tarekatlah bisa tercapai shalat khusyuk, shalat yang bisa membawa kemenangan kepada kita. Sedangkan shalat yang tidak khusyuk akan tertolak, dilempar kembali ke kaki kita dan diberikan hukuman berupa siksaan neraka Wail yang sangat pedih.

Sudah saatnya kita berfikir dan merenung, jika hidup gelisah pasti disebabkan oleh ibadah belum sempurna, jika shalat belum khusyuk PASTI ada yang salah dengan shalat kita. Segera diperbaiki, segerahlah mencari Guru yang bisa membimbing karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Pasti kebahagiaan yang amat luar biasa dirasakan oleh hamba yang telah bermakrifat kepada-Nya, kembali nanti kepada-Nya dengan senyum gembira.

Semoga tulisan setelah shalat subuh di hari Jumat yang penuh berkah ini bermanfaat hendaknya.

5 Comments

  • Agre ramadhani

    Mantab abangda… Ditunggu tulisan berikutnya.. Mudah mudahan Allah Swt selalu memberikan kesehatan dan kemampuan kepada abangda..

  • Anita taresianah

    Entah kenapa saya bisa menangis membacs Tulisan anda bergetar hati saya sampainkadang melihat kalimat Allah saja saya tak sanggup
    Saya bingung kenapa ketika sholat dengan bacaan saya terasa hambar tapi ketika sholat hanya dengan ingatan Dia saya bergetar menggigil bahkan bisa menangis, tapi saya takut kalo itu salah😭😭

Tinggalkan Balasan ke ZaenalBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca