Tasauf

VIRTUAL REALITY

Pada saat manusia menemui kematiannya, maka iapun terbangun dari tidurnya. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib KW)

Bagi kita yang sedang menjalani hidup di dunia ini, kehidupan di alam kubur adalah Abstrak atau tidak nyata karena kita tidak mengalaminya, begitu juga sebaliknya bagi orang di alam kubur, kehidupan di dunia ini sudah menjadi Abstrak bagi mereka, karena juga tidak nyata. Kehidupan Malaikat bagi manusia menjadi Abstrak karena Malaikat hidup pada dimensi lain, bukan dimensi manusia sehingga tidak bisa dilihat oleh manusia biasa. Surga, Neraka, Siksa Kubur menjadi Abstrak bagi manusia yang sedang menjalani kehidupan di dunia ini. Bukan hanya itu, Rasul pun telah menjadi Abstrak karena telah lama wafat, jadi rukun iman yang 6 perkara itu semuanya adalah Abstrak, lalu bagaimana kita bisa mencapai tahap Mukmin kalau semua masih Abstrak??

Dari 6 hal yang wajib kita percaya atau imani, hanya satu saja yang bersikat Konkrit atau nyata yaitu percaya kepada Kitab (Al-Qur’an), namun kalau diuraikan lebih lanjut tentang hakikat dari al-Qur’an yang berada di sisi Allah SWT (Al-Qur’anul Majid), maka kitab itu pun menjadi Abstrak.

Maka awalnya setiap orang Islam mencapai tahap “Percaya” tanpa perlu membuktikan, Percaya kepada Allah, Malaikat, Rasul, Takdir, Hari Akhirat, kesemuanya diyakini, lewat nasehat dan bacaan. Percaya tanpa perlu pembuktian itu adalah dogma, karena itu kebanyakan orang beragama (agama manapun) kebanyakan pemeluknya mempercayai dogma.

Allah SWT menurunkan Al-Islam sebagai agama akhir zaman tentu saja bukan menjadi agama Dogmatis, mempercayai tanpa bisa dibuktikan, Islam adalah agama yang mampu merealisasikan setiap ajarannya sehingga tidak lagi sekedar Abstrak tapi menjadi konkrit.

Tahap pembuktian ini tentu saja bukan pada level Syariat (hukum-hukum/aturan-aturan) tapi pada tahap Tarekat (Metodologi), sehingga apa pun yang tertulis di dalam kitab al-Qur’an dan al-Hadist bisa direalisasikan dengan nyata, dibuktikan secara konkrit.

Ibarat Sekolah, Tarekat adalah tahap pendidikan akhir atau universitas dimana disana dilakukan riset (penelitian) terhadap teori-teori yang selama ini dipelajari sejak SD sampai dengan SMA. Di Universitas disediakan laboratorium untuk meneliti dan membuktikan segala hal yang selama ini hanya menjadi dogma ketika menempuh pendidikan dibawahnya.

Maka di kalangan pengamal tarekat seharusnya tidak ada lagi dogma-dogma, teori-teori yang tidak bisa dibuktikan, kecuali mungkin dia mengamalkan tarekat yang Gurunya bukan seorang Master yang bisa membimbing segenap mahasiswa untuk menguji segala teori-teori tersebut. Bisa jadi yang dijadikan Master itu hanya orang yang bersekolah tahap SD (Syariat) tapi mengaku sebagai Master sehingga metode pengajarannya sama persisi seperti pola pendidikan SD.

Barangkali anda penasaran, apa hubungan rukun iman yang saya kemukakan di awal dengan pembuktian, bisakah segala yang Gaib di dalam rukun iman itu di konkrit-kan?

Pada tahap Syariat (termasuk ilmu Tauhid di dalamnya), anda hanya diwajibkan meyakini akan adanya Allah SWT, sebagai Tuhan yang wajib disembah, hanya itu. Paling tinggi anda di sodorkan dalil Naqli (ayat-ayat al Qur’an) dan dalil Aqli (pembuktian lewat alam) bahwa Allah SWT. Pada tahap ini agama apapun sama, hanya diwajibkan pemeluk untuk yakin bahwa Tuhan itu ada, pencipta kita semua.

Selama masih belajar agama secara teori (syariat) maka ilmu itu hanya sampai kepada keyakinan tanpa bisa dibuktikan, tanpa bisa diwujudkan sama sekali. Walaupun anda menjalani kehidupan beragama telah 40 tahun, tetap saja hanya sampai ke tahap dogma saja, tidak akan lebih. 40 tahun anda sekolah SD, waktu memang lama tapi ilmu yang anda pelajari hanya itu saja, tetap tidak ada perubahan sama sekali. Jadi bukan waktu yang salah tapi pendidikan yang anda tempuh yang salah.

Maka Allah SWT menurunkan kepada Nabi SAW sebuah metode untuk bisa melaksanakan segala firman-Nya, sehingga bisa direalisasikan, metode ini disebut dengan Thareqatullah (Jalan kepada Allah). Tarekat tidak lagi membahas tentang adanya Allah karena itu sudah selesai di syariat. Di dalam tarekat, para pengamal atau penempuh berjalan setahap demi setahap kehadirat-Nya, dan ketika mencapai tahap Makrifatullah maka dia akan merasakan kehadiran Allah SWT di dalam hatinya. Bagi mereka Allah bukan lagi sekedar diyakini tapi memang sudah sampai ke tahap pembuktian.

Kenapa Malaikat itu tidak nampak karena berada di alam lain, dimensi yang berbeda dengan manusia, ketika dimensi itu ditembus lewat mujahadah (suluk, zikir, ubudiyah) maka alam malaikat itu tidak lagi menjadi Abstrak tapi menjadi Konkrit. Bagi orang di alam kubur, siksa kubur itu menjadi Konkrit (nyata) hal yang selama ini menjadi Abstrak (gaib) bagi kita di dunia. Begitu juga malaikat akan menjadi gaib baik manusia yang berada pada alam dunia, tapi ketika dia telah berada di alam Malakut, maka malaikat itu menjadi NYATA.

Rasul menjadi gaib karena terpisah oleh jarak 1400 tahun dengan Beliau dan berada pada dimensi berbeda. Ketika kita berada pada dimensi yang sama, alam yang sama maka Rasul pun menjadi NYATA. Banyak ulama-ulama sejak zaman dulu sampai sekarang senantiasa berkomunikasi dengan Rasulullah SAW sebagaimana Beliau masih hidup. Imam al-Ghazali yang hidup ratusan tahun setelah Nabi berkata, “Tidak satupun hadist yang aku tulis kecuali aku meminta persetujuan dari Rasulullah”. Begitu juga dengan Ibnu ‘Arabi, kitab Fushul Hikam karya dia tidak lain dibawa oleh Rasulullah SAW kemudian diserahkan kepada dia, apa yang ditulis oleh Ibnu Arabi adalah hasil di dikte secara kata per kata oleh Rasulullah SAW.

Sampai saat ini pun masih banyak orang-orang yang bisa berkomunikasi dengan Rasulullah SAW, tentu hal ini terjadi setelah mereka melewati tahap demi tahap, sampai dekat dengan Rasul. Dalam sebuah hadist Qudsi Allah berfirman, “Tidak akan sampai kepada-Ku kecuali melalui Rasul-Ku’. Artinya siapapun yang mengaku makrifat kepada Allah tapi tidak berjumpa dengan Rasulullah maka dia telah berbohong atau makrifat dia itu diragukan sama sekali.

Persoalan Maha Halus ini tidak sembarang dikupas, ini hanya bisa dilaksanakan lewat tasawuf yang pelaksanaan teknisnya lewat Tarekat. Di dalam tarekat dilakukan penelitian di Laboratorium bernama Suluk atau ‘Iktikaf, sehingga setahap demi setahap rohani para penempuh jalan kepada-Nya terangkat naik, maka ketika sampai di alam tersebut, segala yang gaib menjadi nyata. Persoalan jumpa dengan Rasul yang banyak diceritakan dalam kitab-kitab klasik itu jangan anda bahas dengan orang syariat (baca;wahabi) karena tidak mungkin mereka mampu mencernanya. Bagi mereka tugas Nabi itu hanya menyampaikan wahyu dan ajaran agama, setelah itu selesai. Mereka tidak akan paham tentang “Muhammadin wal awalin wal akhirin”.

Oleh karena itu, tarekat itu bukan hanya penting tapi MAHA PENTING untuk dijalani oleh segenap ummat Islam, agar bisa mencapai kemenangan di dunia dan akhirat. Tanpa menekuni tarekat, maka segala yang di dapat di dalam agama hanya berupa teori saja, tidak akan pernah bisa dibuktikan.

Shalat hanya menjadi gerak badan, sedangkan rohani melayang-layang di alam khalayan, dan shalat yang seperti ini mau diberikan kepada Allah??

Surga, neraka dan segala yang gaib itu persis seperti Virtual Reality yang sekarang sedang dikembangkan. Wikipedia memberikan definisi Virtual Reality sebagai  teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan komputer  (computer-simulated environment), suatu lingkungan sebenarnya yang ditiru atau benar-benar suatu lingkungan yang hanya ada dalam imajinasi . Lingkungan realitas maya terkini umumnya menyajikan pengalaman visual , yang ditampilkan pada sebuah layar komputer  atau melalui sebuah penampil stereokopik tetapi beberapa simulasi mengikutsertakan tambahan informasi hasil pengindraan, seperti suara  melalui speaker atau headphone.

Virtual Reality adalah kehidupan maya yang diciptakan oleh kemampuan komputer sehingga ketika kita masuk kedalamnya, dunia pun berubah, kita se olah-olah tidak lagi berada di alam nyata, tapi masuk ke dalam lain. Virtual Reality ini sebenarnya mirip dengan dunia gaib, ketika akses kesana terbuka maka kita berada bukan lagi di dunia ini, tapi sudah berada di dunia lain.

Seperti nasehat Sayyidina Ali bin Abi Thalib KW, bahwa dunia ini hanyalah mimpi dan manusia akan terbangun dari mimpi setelah mati. Maknanya bahwa dunia ini adalah Virtual Reality, ketika alatnya kita lepas maka kita berada pada alam nyata. Kehidupan akhirat itu nyata tapi karena kita masih berada dalam alam Virtual Reality yang bernama dunia ini, maka akhirat akan menjadi tidak nyata.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)

Allah SWT sendiri telah mengingatkan manusia bahwa dunia ini hanya senda gurau dan main-main, hanyalah Virtual Reality untuk kita akses sesaat saja, nanti akan tiba saatnya kita lepaskan alat pengakses tersebut, barulah kita sadar akan alam lain. Tugas kita di dunia ini adalah bagaimana melatih diri untuk bisa keluar dari Virtual Reality itu bukan nanti keluar karena terpaksa sehingga tidak ada persiapan sama sekali menghadapi dunia nyata berupa alam kubur dan alam baqa, sehingga kita hidup merana disana.

Maka tarekat lewat bimbingan Mursyid menuntun kita untuk membuka alat (hijab) yang selama ini melekat pada diri kita sejak lahir sehingga setahap demi setahap di tuntun ke alam akhirat, dan ketika tiba saatnya (meninggal) kita tidak lagi gamang, karena sudah sering berada di dalam akhirat.

Manusia yang bersifat lalai tidak akan mungkin sadar kalau dirinya sedang bermimpi, tidak akan sadar kalau dirinya berada pada alam tidak nyata yang bernama dunia ini, kehidupan Virtual Reality seperti permainan Game itulah yang diikuti terus menerus dan makin lama makin jauh dia dari kehidupan nyata berupa akhirat. Paling aneh lagi, kalau ditanya tentang akhirat, dia menjawab kehidupan akhirat nanti setelah mati. Padahal Nabi telah memberikan cara untuk memasuki alam akhirat itu dengan nasehat Beliau “Matikanlah dirimua sebelum mati”. Alami kematian sebelum kematian itu datang agar engkau bisa berada di alam lain, selain dunia yang fana ini.

Manusia sampai kapanpun tidak akan bisa membuka hijab (penghalang) antara dirinya dengan Allah, dan jika di dunia penghalang tersebut tidak mampu disingkirkan, maka sampai kehidupan setelah mati pun hijab itu akan tetap ada dan dia tidak akan pernah berjumpa dengan Allah SWT. Ruh nya akan melanglang buana, merana milyaran tahun di alam baqa, alam tanpa batas dan abadi.

Hijab itu akan tersingkap, terangkat ketika manusia mampu melawan dirinya, berjihad sungguh-sungguh tentu setelah menemukan wasilah (Al-Maidah, 35), maka segala yang gaib akan menjadi nyata dan dia menjalani kehidupan di alam dunia ini dengan suka cita karena dia sudah menemukan jalan kembali. Ketika waktunya tiba, Allah SWT memanggilnya dengan mesra..

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30).

Di pagi Jum’at penuh berkah ini, matahari pun semakin meninggi, semoga siapapun yang membaca tulisan ini mendapat rahmat dan karunia dari Allah SWT, akan terbimbing dan terbuka hijabnya. Aamiin aamiin aamiin Ya Rabbal ‘Alamin

Insya Allah tulisan Virtual Reality ini akan kami lanjutkan di lain kesempatan…

 

18 Comments

Tinggalkan Balasan ke Agre ramadhaniBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca