Tasauf

MIKRAJ ORANG BERIMAN

Israk Mikraj merupakan peristiwa luar biasa dialami oleh Nabi Muhammad SAW dimana Beliau diperjalankan oleh Allah SWT dari Mesjidil Haram di Mekkah menuju Mesjidil Aqsa di Palestina kemudian dilanjutkan dengan perjalanan vertikal ke Sidratul Muntaha berjumpa dengan Allah SWT. Dalam peristiwa Israk Mikraj juga Nabi memperoleh hadiah sangat agung dari Allah SWT yaitu perintah shalat 5 waktu sehari semalam.

Kenapa ini merupakan hadiah luar biasa dari Allah karena kepada Nabi Muhammad SAW dan ummat Beliau diberi sebuah kesempatan untuk mengulang kembali apa yang dilakukan oleh Nabi yaitu Mikraj lewat shalat yang dikerjakannya. “Sesungguhnya shalat adalah Mikraj orang beriman” demikian sabda Nabi menjelaskan kepada kita semua.

Harus dikaji dengan seksama maksud Nabi bahwa shalat adalah peristiwa mikraj nya ummat sebagaimana Nabi juga melakukan pertama sekali dalam peristiwa Israk dan Mikraj. Bagaimana shalat bisa menjadi sebuah peristiwa luar biasa bagi ummat? Apakah ummat pernah mengalami peristiwa mikraj itu di dalam shalatnya?

Shalat adalah peristiwa bertemunya hamba dengan Allah lewat hubungan yang sangat pribadi dan khusus. Shalat adalah proses dialog antara hamba dengan Allah dan seharusnya setiap orang mengalami peristiwa ini di setiap shalatnya. Ketika melakukan Takbiratul Ihram pada saat itu rohani kita langsung naik ke hadirat-Nya, berada di alam Rabbani sehingga disana hanya ada Allah semata. “Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada WAJAH ALLAH yang menciptakan bumi dan langit dengan lurus, dan aku bukan termasuk orang yang menyekutukan-Nya” (Q.S. Al-An’am, 79).

Maka seorang hamba harus mengenal Allah SWT bukan hanya sekedar nama dan sifat, tetapi mengenal Dzat-Nya, mengenal wajah-Nya, dengan pengenalan seperti ini barulah kita terbebas dari menyekutukan-Nya. Dalam kondisi makrifat itulah maka janji kita kepada Allah SWT di dalam shalat benar-benar sepenuh hati kita ucapkan, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam”

Orang yang telah mengenal Allah dan telah menyaksikan keagungan wajah-Nya tidak mungkin dia bisa lalai dalam shalat. Lalai akan terjadi ketika hati tidak dalam kondisi mengingat Allah dikarenakan kita tidak mengenal-Nya. Oleh karenanya Allah SWT melarang kita melaksanakan shalat dalam kondisi tidak sadar atau lalai. Allah mengancam orang yang lalai dalam shalat “Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS. al-Ma’un: 4 -5).

Lalai yang dimaksud bukan tidak tepat waktu, misalnya anda telat melaksanakan shalat zuhur. Sebab kalau yang dimaksud lalai itu tidak tepat waktu atau terlambat melaksanakan shalat masih ada solusi bahkan dalam kondisi tertentu bisa dijamakkan. Lalai dimaksud tentu saja hatinya tidak mengingat Allah di dalam shalatnya. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk (tidak sadar”, (Q.S An-Nisa’ 43)

Mabuk yang dimasud ayat di atas bisa bermakna mabuk karena alkohol tapi bisa juga bermakna mabuk akan dunia. Di dalam shalat tidak diperbolehkan kita mengingat anak istri, pangkat jabatan, usaha dan lain sebagainya, namun berapa banyak orang di dalam shalat mengingat itu semua? Pertanyaan yang harus terjawab adalah bagaimana caranya agar segala selain Allah tidak terbawa di dalam shalat?

Seorang mukmin harus mencapai shalat khusyuk agar dia mendapat kemenangan sebagaimana firman Allah SWT “Sungguh beruntunglah mereka yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (Al Mukminun 23 : 1-2). Shalat yang tidak khusyuk akan tertolak dan celaka. Kalau sudah tertolak dari awal sudah pasti tidak mendapat pahala sama sekali dan ujungnya masuk ke neraka. Maka betapa rugi kita hidup di dunia melaksanakan shalat sepanjang hidup tanpa mencapai khusyuk, shalat itu dilempar kembali ke wajah kita oleh Allah, tertolak seluruhnya.

Shalat Khusuk inilah yang bisa memenuhi janji Allah salah satunya bisa mencegah keji dan munkar. Betapa banyak orang melaksanakan shalat tapi tetap melakukan korupsi dan perbuatan tercela. Artinya shalat yang dikerjakannya tidak memberikan hasil dan tidak berefek sama sekali di dalam hidupnya.

Hakikat shalat adalah mengingat Allah sebagaimana firman Allah :

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S Thaha, 14)

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan tegakkanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (dengan shalat) lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain”. (Q.S Al Hadid 16)

“Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. Al ‘Araf 205) 

Karena inti dari shalat adalah mengingat Allah (Dzikrullah) maka fokus utama sebelum melaksanakan adalah senantiasa hati mengingat Allah. Disinilah peran Tarekat sangat penting dimana seorang murid diajarkan oleh Gurunya untuk berdzikir mengingat Allah lewat metodologi warisan Nabi Muhammad SAW sehingga hati senantiasa hadir Allah disana. Di dalam tarekat juga ada suluk untuk mengintensifkan dzikir sehingga hati benar-benar terasah dengan baik, hati akan senantiasa mengingat Allah diluar shalat apalagi di dalam shalat.

Malam ini seluruh ummat Islam mengingat kembali peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhamamd SAW 1400 tahun yang lalu, tentu sebagai ummat Beliau kita harus senantiasa melatih diri kita agar senantiasa ikut bermikraj di dalam shalat, tentu dalam shalat yang khusuk yang memberikan kemenangan dari dunia sampai ke akhirat kelak. Shalat yang menjadi sarana bagi kita untuk Bermikraj kehadirat-Nya sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi, “Shalat adalah Mikraj bagi orang Mukmin”.

Menutup tulisan ini saya mengutip ucapan Guru saya Yang Mulia, “Jangan kau tanyakan bagaimana shalat Khusyuk tapi tanyakan apa yang menyebabkan shalat mu tidak khusyuk. Penyebabnhya adalah hati mu lalai dari mengingat Allah. Karena itu bersihkan hatinya dengan Dzikrullah agar cahaya-Nya senantiasa hampir ke dalam hatimu maka otomatis shalatmu menjadi khusyuk”.

20 Comments

  • Pahmi hidayat

    Ass. Salam ta’zim untuk abangda. Terima kasih pencerahannya bang tulisan abg selalu dinanti. Wassalam

  • Abdul syukur

    Terimakasih abangda tulisan yg memcerahkan…
    Semoga kita khususnya aku dimudahkan mandapatkan pembimbing yg mursyid

  • Andi Baharuddin

    Mohon maaf sebelumnya, setiap org atau pun sumber menjabarkan tentang makna khusuk dlm sholat, jawabannya pasti berbeda. Ini mungkin disebabkan tingkat pemahaman dari hasil yg didapat baik dari ilmu pengetahuan atau pun dari actualisasi yg dialami/dirasakan seseorang itu sendiri yg berbeda.
    untuk itu mohon pencerahan tuan guru,
    -apakah sah shalat saya kalo hanya mampu melaksanakan syarat dan rukun secara syariat sholat saja walaupun pikiran saya masih disibukkan oleh dunia dlm melaksanakan sholat?
    -Mohon petunjuk tuan guru kalo tahu, adakah mursyid di tempat saya Kota Kuala Tungkal Kab.Tanjung Jabung Barat Prop.Jambi
    terimakasih atas perkenan tuan guru

    • SufiMuda

      Ketika rukun dan syarat telah terpenuhi maka shalat nya SAH. Syariat mengajarkan kita tentang sah atau tidak sah shalat sedangkan DITERIMA atau TIDAK ibadah itu masuk dalam.ilmu Tarekat/Tasawuf.

      Saya belum dapat info tentang Guru Mursyid di Kota Kuala Tungkal, mungkin sahabat lain bisa membantu berikan informasi.

      Mursyid itu tidak tergantung wilayah atau tempat, bisa jadi Mursyid nya di Jakarta tapi murid nya di London. Berguru ibarat Jodoh, Allah sendiri yang akan membimbing seseorang untuk menemukan dan Beguru kepada seorang Guru Mursyid.

      Demikian

      • rico

        yup..benar sekali..berguru adalah jodoh. Terkadang kita menemukannya dijalan yg tidak kita duga.

        Banyak juga yg sudah bertemu tapi tidak tahu dia adalah seorang guru. Ada yang tau dia guru tapi belum bertentu berjodoh dengan ajarannya.

  • Ruslianto

    Nah, itulah bedanya, fisik Nabi Muhammad SAW dengan fisik Para Ummatnya pada saat menegakkan sholat, Nabi sewaktu umur masih kecil telah dibedah dadanya oleh Malaikat, dan membuang “tempat” nongkrongnya setan di dada (setiap) manusia, makanya sholat Nabi sangat dijamin kekusyu’annya,….. Nah, jika ummat Nabi mau khusuk ? wajib pula memerangi setan dalam dirinya,… he he he caranya gimana ? ada didalam metode thareqat. …. monggo,..monggo mas di jamin.
    Wassalam.

  • Abank

    Andai kita tahu pentingnya mursyid maka kita tidak akan ragu untuk mencarinya walau jarak agak jauh.kita sadar pentingnya mursyid saat sudah bertemu dan kenal dengan beliau.bersyukurlah bagi yg sudah bertemu dg mursyid yg jalur silsilahnya murni karena itu adalah rahmat allah.bagi yg belum bertemu tetaplah berdoa dan berusaha insya allah atas rahmat dan hidayahNYA dpt bertemu dimana dn kapan saja atas izin allah.

    • Ruslianto

      Mantap,… Ab.Abank,…sMOGA kita tetap istiqomah, Ayahanda Guru pernah berfatwa “Selamatkan nyawa-mu yang lembar itu,…karena ia yang akan menyeberang ke alam baqa kelak”. dan Beliau juga pernah berfatwa pada thn.1992 bahwa ; “akan terjadi kekacauan thn.2018 dan hati-hati thn.2020” Silahkan terjemahkan sendiri,…yang penting bagi kita yang (masih) yaqin perbanyak volume dzikir (nya), dari biasanya.
      Mohon maaf, sMOGA bermanfaat.
      Wassalam.

    • Alternatif

      s7 sob… teruslah mencari!
      nyantai aja…. dan teruslah berdo’a agar Allah berkenan kita dipertemukan…
      jika blm dipertemukan juga maka bersabarlah.
      Alternatifnya adalah berbaktilah kpd IBUmu!
      mungkin ini Hikmahnya bagi anda2 para pencari yang belum dipertemukan.
      temani dan rawatlah IBUmu dengan baik karena
      KUNCI SURGAMU adalah IBUmu!!!
      bagamana kita tau Allah Ridho? liat saja ibumu!!!
      IBUmu Ridho, Allah juga Ridho
      “sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang lelaki bernama Uwais, ia memiliki seorang ibu, dan ia memiliki “tanda putih” di tubuhnya (bukan Jidat Hitam lho ya he he he). Maka temuilah ia dan mintalah ampunan kepada Allah melalui dia untuk kalian” (HR. Muslim).
      kalau sahabat sekelas Umar bin Khatab yg kata nabi “jika ada Nabi setelah Aku maka Pasti Umarlah orangnya” saja disuruh ma Rasul minta di do’akan oleh Uwais, maka kurang apa lagi keutamaaan berbakti pada IBU!!!?

  • Abuji

    Maaf bang sufi saya suka tulisan2 bang sm.tapi saya tdk setuju dgn pendapat Lalai shalat =tidak berpahala=neraka.Apa bedanya bang sufi dan bang wahabi yg ber
    pendapat bid’ah=sesat=neraka. arti Lalai shalat bukan cuma tdk khusu.bisa jadi tidak tepat waktu atauhidupnya tidak mencerminkan shalatnya.celakapun bukan berarti nol pahala.Kalo bang sufi pahala nya mungkin dah 100%,yg setengah khusu mungkin 50%,yg dibawahnya mungkin 10%.Kita harus menghormati juga pendapat ulama2 di luar ulama tasauf(menurut bang sm ada 3 golongan ulama).Apakah ulama2 itu dan banyak pengikutnya neraka semua.Saya berharap bang sm bijak dalam berpendapat.sesungguhnya setiap kata akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah.tulisan ini bukan mendukung orang2 yg ga khusu shalat.tapi untuk menjadi khusu bukan hal yg mudah.

    • Syed

      Bahasa itu celaka. Apa maksud celaka? Celaka itu bermaksud Definisi : 1 tidak baik (ttg nasib); tidak bahagia; malang; sial: ~ sungguh dia pagi itu, sudahlah terjatuh di tangga, ketinggalan pula wangnya di rumah. 2 = kecelakaan sesuatu yg mendatangkan kesusahan atau kesengsaraan; bencana; kemalang­an. 3 kata makian yg bermaksud bedebah atau jahanam: Si ~, pergi engkau dr sini! mencelakakan menyebabkan mendapat celaka; menjahanamkan: Mana ada orang tua yg hendak ~ anaknya? kecelakaan 1 bencana; kemalangan; celaka: Beliau telah mendapat ~ semasa merantau dahulu. 2 tertimpa atau ditimpa celaka: Jiran saya ~ baru-baru ini. (Kamus Pelajar Edisi Kedua)

Tinggalkan Balasan ke Abdul syukurBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca