Tasauf

SALAH MINUM OBAT (Bag. 2)

Di pagi Jumat penuh berkah ini saya ingin melanjutkan tulisan yang pernah saya tulis setahun yang lalu tepatnya 19 Maret 2017 dengan judul Salah Minum Obat. Salah Minum Obat adalah tulisan yang membahas tentang bagaimana seorang bisa menjalankan Tasawuf dengan benar. Tasawuf bisa menjadi hanya sekedar ilmu teori, membacanya kemudian melaksanakan apa yang tertulis untuk mengubah akhlak manusia menjadi lebih baik karena inti ajaran tasawuf adalah untuk menjadikan manusia berakhlak mulia sebagaimana yang di cita-citakan oleh Nabi Muhammad SAW.

Tasawuf adalah untuk membersihkan jiwa manusia (Tazkiyatun Nafs) dan yang harus dipahami pembersihan jiwa itu bukan satu-satunya tujuan bertasawuf. Pembersihan Jiwa hanyalah langkah awal untuk mencapai maqam-maqam lebih lanjut sampai para penembuh jalan mencapai Makrifat Kepada Allah. Hanya jiwa yang suci yang bisa mendekat kepada Sang Maha Suci. Juga harus dipahami bahwa Makrifatullah bukanlah akhir dari perjalanan, itu adalah langkah awal untuk melakukan perjalanan lebih lanjut. Ketika melangkahkan kaki berjalan sendiri maka setelah makrifat akan berjalan bersama Allah SWT.

Apakah pembersihan atau penyucian jiwa itu bisa dilakukan dengan kajian-kajian tasawuf? Atau dilakukan dengan membaca buku-buku tasawuf? Jawabannya tentu jauh panggang dari api. Pelajaran Tasawuf yang kita pelajari lewat mendengar dan membaca itu hanya berupa ilmu saja bukan tasawuf yang sebenarnya. Membaca seribu buka tentang buah jeruk tidak membuat kita dengan serta merta makan buah jeruk.

Maka sangat keliru orang yang belajar tasawuf dari buku atau belajar tasawuf di universitas sudah merasa menjadi seorang sufi. Seberapa banyak pun buku atau kitab tasawuf yang anda baca tidak pernah akan bisa mengantarkan kepada apa yang ditulis di dalam kitab tersebut. Para penulis kita tentu saja para pengamal yang sudah berpengalaman kemudian dituangkan di dalam buku.

Tasawuf yang sebenarnya harus dipraktekkan lewat Tarekatullah dibawah bimbingan Guru Mursyid yang kamil mukamil yang bisa menyalurkan cahaya Allah ke hati para muridnya. Jasmani hanya bisa mensucikan jasmani tidak bisa mencucikan rohani. Sebagai contoh untuk membersihkan badan bisa menggunakan sabun, air dan lain sebagainya tapi ketika jasmani bersih apa otomatis rohani menjadi bersih? Jawabanya adalah TIDAK. Karena rohani memiliki unsur yang sangat berbeda dengan jasmani.
Untuk bisa mensucikan sekalian rohani harus dengan arwahul muqadasyah Rasulullah SAW yang disalurkan lewat Waliyammursyida, dengan itulah segenap rohani bisa disucikan. Maka di dalam Tarekat, Rabithat Mursyid adalah mutlak terutama di dalam berdzikir, karena disaat Rabithah itulah terjadi proses transfer energi dari alam tak terhingga ke sanubari sang murid lewat Guru Mursyid nya.

Karena proses ini demikian halus dan licin maka tidak sembarang orang bisa menjadi Guru Mursyid. Guru Mursyid bukan orang yang banyak membaca kitab tasawuf, bukan pula yang pandai berceramah, tapi dia mampu menjadi pembawa wasilah akbar dari Rasulullah SAW. Seorang Guru Mursyid tidak lain adalah khalifah Rasulullah yang mempunya misi melanjutkan dakwah Rasulullah SAW untuk mensucikan sekalian arwah ummat.

Apa yang kami tulis ini akan mudah dipahami oleh orang yang telah menekuni tarekat, akan membuat kening berkerut bagi orang yang belum menekuni tarekat dan membuat mata merah orang yang selama ini anti tarekat. Saya dengan rasa sayang menganjurkan kepada orang yang selama ini anti tarekat segera bertaubat sebelum ajal tiba karena keyakinan keliru anda tersebut adalah ulah dari musuh-musuh Islam yang menyusup ke dalam Islam untuk melemahkan Islam dari dalam dan anda tanpa sadar menjadi agennya.

Islam akan sangat mudah dihancurkan ketika tasawuf sebagai ruhnya dicabut dari badan. Maka ummat Islam akan menjadi mayat-mayat berjalan sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin mayat bisa berdaya? Bagaimana mungkin Islam yang sekian lama pinsan bisa bangkit sementara ruh nya yaitu tasawuf dicabut dari hati ummat dan kita semua dijauhkan.
Para orientalis berhasil mempengaruhi sebagian ummat Islam untuk menjauh dari Tasawuf dan Tarekat, sehingga ajaran Islam menjadi kering dan gersang. Syariat Islam yang mencakup Fiqih, Tauhid dan Tasawuf tidak akan mungkin bisa dilaksanakan dengan sempurna dan baik kalau tidak lewat tarekatullah.

Tarekat adalah medotodologi untuk melaksanakan syariat sehingga sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Ibarat memakai rumus yang sama maka hasilnya akan sama. Kalau para sahabat Nabi mengalami kekeramatan dan kemenangan di mana-mana maka seharusnya ummat Islam juga haru smengalami yang sama. Tentu kita patut mencurigai kenapa ummat Islam ini kalah dimana-mana, terjajah dan tidak bisa bangkit dari keterpurukan.

Jawabannya karena ummat Islam telah lama meninggalkan hal yang sangat pokok dan Maha Penting yaitu Ilmu Tasawuf yang dipraktekkan dengan Tarekat dibawah bimbingan Guru Mursyid yang Kamil Mukamil, Khalis Mukhlisin.

Percaya atau tidak, selama ummat Islam tidak melaksanakan agamanya sesuai dengan metodologi yang tepat yaitu Tarekatullah maka sampai kapan pun ummat ini hanya menjadi buih dilautan, banyak tapi terombang ambing selamanya.
Ibarat orang salah minum obat maka semakin obat itu diminum akan semakin sakit badannya bahkan bisa menyebabkan kematian. Begitu juga dalam mengamalkan ilmu agama, kalau resep nya salah, mempraktekkannya juga salah maka hasilnya adalah salah. Ibarat berhitung tentu awalnya harus benar karena kalau salah maka seluruh hitungan akan tetap salah. “Awaluddini Makrifatullah” awal beragama adalah Bermakrifat kepada Allah. Jika kita sudah puluhan tahun beragama namun belum bermakrifat kepada-Nya, maka kita belum memulai berhitung atau berhitung dengan rumus yang salah.

Tulisan ini kami cukupkan dulu disini, Insya Allah akan kami lanjutkan lagi dilain waktu. Semoga seluruh orang yang membaca tulisan ini mendapat rahmat dan karunia dari Allah SWT di hari Jumat yang penuh berkah ini. Amin..Amin.. Amin.. Ya Rabbal ‘Alamin.

11 Comments

  • Pahmi hidayat

    Ass. Salam ta’zim untuk abgda. Haqqul yaqin bg. Kita yakin gula itu manis kalau kita sdh mencoba mencicipinya tapi amat disayangkan byk yg tdk mau karena selalu ditakut takuti kalau gula itu pupuk urea kalau dimakan bs mati, bgt jg dg tarekat byk yg menakut nakuti kalau tarekat itu sesat padahal dg tarekat inilah bs menyampaikan kita kepada ras yg tdk mungkin diungkapkan dan jg tidak mungkin untuk ditulis. Selamat mencoba. Wassalam

  • Imron Rosadi

    Assalamualaikum Ustad Mohon saran dan petunjunya. Ana butuh  seorang pembimbing untuk  mengarahkan menuju jalan menuju allah. Salam Imron rosadi Sumbawa

  • Supriadi

    Ass ww salam bahagia dari saya, saya supriadi reg 5480 thn 1999.di Baitul Amin .semenjak Ayahanda GURU berpulang berlindung kepada ALLAh ,saya sdh tidak aktif lagi . tapi rabitoh tetap saya pegang teguh hingga skrg .semoga Abang2 Saya di Surau mohon mendoakan saya Agar AYAHANDA GURU tetap memberi syafaatnya ke pada saya Aminn. Mohon maaf be ribu2 maaf.

  • Ihsan Yasril Taufiqurrahman

    Assalamua Alaikum warahmatullahi wabarakatuh…..
    Kajian yang amat dalam smoga hijab semakin terangkat dan merasakan bagaimana NIKMAT & MANISnya ber TUHAN….
    Sukses dan sehat sllu semua abangda, semakin teguh dalam perjalanan ini, aamiin 37x
    Terima kasih

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca