Ahli Baca
Beda orang yang telah menemukan kebenaran dengan orang yang merasa benar adalah dari sikapnya. Orang yang telah menemukan kebenaran akan lebih fokus memperbaiki diri karena dia merasakan karunia luar biasa atas apa yang didapat, rasanya tidak pantas dia mendapat karunia besar itu, makanya sebagai rasa syukur kepada Allah setiap saat dia selalu memperbaiki diri, berakhlak baik sehingga kebenaran tersebut senantiasa bersemayam di dadanya. Sementara orang yang merasa benar akan terlihat dari sikapnya, cenderung mencari kesalahan orang lain dan merasa dialah orang paling benar di dunia ini.
Kebenaran hakiki adalah karunia langsung dari Allah yang dititipkan dalam hati hamba-Nya yang lembut lagi tenang, dengan itu dia merasakan badan di dunia tapi ruhani seakan-akan telah berada di surga, berada selalu disisi-Nya. Tentu hal ini tidak didapat lewat membaca tapi dengan ketekunan melaksanakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang.
Orang yang memperoleh pengetahuan hanya lewat membaca tanpa berguru akan cenderung menjadi orang yang merasa benar sendiri, karena pengetahuan diperoleh tanpa bimbingan, teguran dan arahan. Termasuk dalam hal ini orang-orang yang membaca al-Qur’an kemudian memaknai dengan akal fikiran sendiri dan lebih berbahaya kemudian memberikan pendapat kepada orang lain untuk dijadikan sebagai hukum.
Maka dengan metode membaca ini lahirlah ulama-ulama instan yang memperoleh ilmu hanya lewat membaca tanpa pernah tahu cara mempratekkan apa yang dibaca. Bahkan orang-orang seperti ini hapal al-Qur’an dan membacanya dengan fasih, dengan pengetahuan membaca ini kemudian memberikan pendapat dan menuduh orang lain sesat, bid’ah dan kafir. Kita harus sangat hati-hati dengan orang yang hanya ahli baca ini karena Nabi SAW mengingatkan kita semua lewat hadist Beliau :
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri).
“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka membaca Alquran dan mengiranya sebagai pembela mereka, padahal ia adalah hujjah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” (HR. Abu Dawud).
“Akan ada di akhir zaman suatu kaum yang usianya muda, dan pemahamannya dangkal, mereka mengucapkan perkataan manusia yang paling baik (Rasulullah), mereka lepas dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya, iman mereka tidak sampai ke tenggorokan..” (HR Bukhari)
Bersambung…
6 Comments
Pejuang ilmu sejati
Aku tak ku temukan aku,dmnapun aku mencari aku..sampai aku diperkenalkan dengan aku.ternyata aku lah aku…salam rahayu sufi muda. Jangan merasa aku tp harus adanya aku.nyata dalam nurani yg tak bisa tersebut tanpa kata dan huruf itulah ilmu sejati dan bermanfaat.
kheza
Amin abang sufi, tetapi kadang kala kita belum mengESAkan Tuhan dalam kehidupan ini dalam setiap pandang kita, seharusnya orang yang telah MengESAkan TUHAN dia hanya tersenyum dalam melihat hiruk pikuk Dunia karena yang dipandang Bukan Jasad tapi KeESA Tuhan yang ada dalam dirinya
Muhammad Rapur
Izin Copas Ya Bang Sufimuda
penegakdarma
keblinger kepincut umat di akhir zaman dan ingin menang sendiri.
Pingback:
Pingback: