Tasauf

Dahulukan Adab mu

cium-tanganAdab yang kita bicarakan disini adalah sopan santun dan budi baik dari penempuh jalan kepada Allah (thareqatullah). Adab memiliki peringkat lebih tinggi dari sopan santun karena adab tidak hanya berupa gerak fisik tapi juga di ikuti oleh gerak hati. Seorang murid harus menjaga adab nya kepada Guru agar dia memperoleh ilmu dari Gurunya dan adab ini harus didahulukan dari yang lain. Guru berpesan, “Dahulukan Adab mu sebelum engkau ber-amal (berdzikir)”.

Nabi SAW di utus oleh Allah dengan tujuan utama untuk mengajarkan akhlak yang baik kepada segenap manusia dan Beliau menjadi contoh dari akhlak yang baik tersebut. Beliau bersabda “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”.

Karena tujuan utama ber-agama adalah untuk mendidik akhlak menjadi baik dan mulia, maka dalam ajaran Tasawuf kedudukan akhlak ini mendapat porsi yang utama pula. Seorang Guru mendidik para murid untuk memiliki perilaku mulia, baik terhadap Guru, sesama teman maupun untuk orang lain.

Guru menasehati kami untuk selalu mendoakan orang lain dengan doa yang baik dan tidak menyimpan dendam walaupun kepada orang yang telah menyakiti hati. Kisah-kisah berikut kiranya bisa menjadi pelajaran bagi kita semua betapa luar biasa akhlak para sufi, sesuatu yang harus kita teladani.

Diceritakan bahwa Ibrahim bin Adham pergi ke salah satu padang pasir yang luas. Tiba-tiba seorang tentara muncul di hadapanya dan bertanya. “Di mana kampung paling ramai?” Ibrahim menunjuk ke kuburan. Tentara itu lalu memukul kepala Ibrahim bin Adham. Ketika akhirnya ia melepaskan Ibrahim, seseorang mengatakan kepadanya, “Itu tadi Ibrahim bin Adham. Sufi dari Khurasan.” Tentara itu lalu meminta maaf kepada Ibrahim. Ibrahim berkata. “Ketika engkau memukulku, aku berdoa kepada Allah swt. agar memasukkanmu ke dalam surga.” Tentara itu bertanya, “:Mengapa?” Ibrahim menjawab, “Sebab aku tahu bahwa aku akan memperoleh pahala karena pukulan-pukulanmu itu. Aku tidak ingin nasibku menjadi baik dengan kerugianmu, dan perhitungan amalmu menjadi buruk karena diriku”.

Diriwayatkan, ada seoraog laki-laki mengundang Sa’id bin Ismall al-Hiry ke rumahnya. Ketika Sa’id muncul di muka pintu rumah orang im, orang itu mengatakan kepadanya. “Wahai Syeikh, ini bukan waktu yang baik bagi Tuan untuk masuk ke dalam rumahku. Aku benar-benar menyesal. Maaf, silahkan pergi.” Ketika Sa’id datang lagi ke rumahnya, orang itu menyuruhnya pergi lagi seraya mengatakan, “Maaf Tuan.” Ia meminta maaf kepada Sa’id dan menyuruhnya supaya datang lagi pada suatu waktu tertentu. Sa’id pun pergi. Ketika datang lagi, orang itu mengatakan hal yang sama. (Peristiwa itu sempai berulang empat kali). Akhirnya orang itu menjelaskan, “Wahai Syeikh, aku hanya ingin menguji Anda.” Ia lalu meminta maaf kepadn Sa’id dan memuji-mujinya. Sa’id menjawab, “Jangan memujiku karena sifat yang juga dimiliki oleh seekor anjing: jika anjing dipanggil, ia datang; jika diusir, ia pergi.”

Diceritakan bahwa Abdullah al-Khayyath mempunyai pelanggan jahitan baju seorang Majusi. Orang itu biasa membayarnya dengan uang dirham palsu dan Abdullah menerima saja uang palsu itu. Suatu hari ketika Abdullah sedang sibuk di suraunya, orang Majusi itu datang untuk mengambil pakaian pesanannya dan mencoba membayarnya dengan dirham-dirham palsu, yang diberikan kepada muridnya, namun oleh murid itu ditolaknya. Akhirnya si orang Majusi itu membayar dengan uang dirham asli. Ketika Abdullah kembali, ia bertanya kepada muridnya, “Di mana pakaian pesanan orang Majusi itu?” Si pembantu menceritakan apa yang telah terjadi. Abdullah memarahinya. Katanya, “Engkau telah melakukan kesalahan. Selama beberapa waktu, kami telah melakukan bisnis dengan caranya itu, dan aku bersabar saja. Dirham-dirham palsu itu biasanya kulemparkan ke dalam sumur agar ia tidak menipu orang lain, selain diriku.” (Sumber : cahayamukmin)

Kisah-kisah para sufi di atas memberikan inspirasi kepada kita bahwa kualitas pribadi seseorang sangat dipengaruhi oleh akhlaknya. Akhlak baik dan mulia tidak lahir dengan serta merta, akan tetapi diperoleh lewat perjalanan panjang, setelah mengalami jatuh bangun sehingga dia menjadi kuat dalam berbagai terhadap apapun yang menimpanya.

Guru berkata, “Kesusahan, perlakuan buruk yang menimpa mu akan menjadikan dirimu menjadi kuat, asalkan engkau sabar dan terus berjalan. Terpenting dari semua itu bukanlah hasil, akan tetapi proses yang kau jalani”.

Menutup tulisan ini, saya ingat sekali ucapan Guru tentang nasib Iblis yang memiliki ilmu namun miskin adab. “Ilmu tidak akan menyelamatkan mu bahkan tidak akan bermanfaat jika Adab tidak kau miliki. Iblis sangat hebat ilmunya dan sangat tekun beribadah, tapi semua tidak mampu menolongnya ketika Adab kepada Allah dilupakan. Iblis menentang perintah Allah untuk sujud kepada Adam karena dia merasa tidak pantas melakukan disebabkan dia merasa lebih mulia dari Adam”.

sMoga bermanfaat..

7 Comments

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca