Motivasi,  Tasauf

SADAR HAMBA

sadar-hambaNabi Muhammad SAW mengisi malam-malam yang Beliau lewati dengan ibadah tanpa henti, baik shalat maupun dzikir kepada Allah, hal ini yang membuat ‘Aisyah menjadi heran. Sebagai istri tentu Aisyah ingin suaminya beristirahat ketika malam datang layaknya manusia yang lain karena siang hari Nabi juga tidak sempat beristirahat, mengajar dan membimbing para sahabat jika memang tidak dalam kondisi perang. Ketika perang Nabi sering berada di garis depan, ikut serta bersama kaum muslim berjihad membela agama Allah.

Melihat Nabi sangat tekun beribadah dan seolah-olah melampaui kemampuan fisik Beliau, maka suatu malam  ‘Aisyah berkata, “Ya Rasulullah, bukankah engkau telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?” Jawab baginda dengan lunak, “Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.

Jawaban Rasulullah SAW kepada ‘Aisyah, “Bukankah aku ini hanyalah seorang hamba?” adalah sebuah jawaban dari hati orang yang sangat dekat dengan Allah SWT dan senantiasa merendahkan diri kepadaNya, dalam setiap tempat dan waktu. Nabi tidak ingin hilang kesadarannya sebagai hamba Allah karena itulah Beliau setiap malam mengisi dengan ibadah-ibadah panjang agar Beliau selalu sadar bahwa Beliau adalah seorang Hamba.

Dari kisah ini maka kesadaran yang wajib dibangun oleh ummat Islam bukanlah kesadaran lain seperti kesadaran Kaya, kesadaran berkuasa, kesadaran memiliki dan tentu bukan kesadaran duniawi lainnya akan tetapi kesadaran yang membuat seorang Nabi khawatir sehingga setiap malam selalu beribadah, yaitu SADAR HAMBA.

Manusia dalam sejarah penciptaan dari awal memang sudah memilih jalan sebagai pemberontak atau pembangkang. Adam AS ketika berada di surga dengan segala kenikmatan diberikan Allah SWT, semua dimiliki dan semua boleh dilakukan oleh Adam AS. Allah SWT hanya melarang satu hal saja, tidak banyak, yaitu dilarang mendekati buah Khuldi. Tetapi kitab suci memberitahukan kepada kita bahwa larangan yang hanya satu itu pun dilanggar oleh Adam AS sehingga Beliau terusir dari nikmat Allah, terusir dari karunia Allah dan dalam istilah awam disebut terusir dari Surga.

Sifat memberontak ini sudah menjadi sifat dasar manusia dan dalam sejarah manusia yang panjang membuktikan kepada kita bahwa berulangkali manusia melakukan kesalahan yang dibuat Adam di surga, berulang kali pula Allah SWT mengirimkan utusanNya untuk memberikan kesadaran kepada manusia akan tujuan hakiki penciptaannya yaitu untuk menghambakan diri kepada Allah.

Tidak kurang 120.000 Nabi diturunkan oleh Allah SWT dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengingatkan manusia agar SADAR akan diri sebagai Hamba, ditengah dunia yang menyilaikan dan melalaikan ini. Al-Qur’an dengan tegas menyampaikan pesan dari Allah SWT akan pentingnya kesadaran sebagai hamba, ”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)

 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah Thogut (sesembahan  yang disembah selain Allah yang diri ridha disembah –ed)” (QS. An-Nahl : 36)

Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (Qs. An-Nisa’:36)

 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Qs. An-Nisa : 48)

Allah SWT memberikan kepada kita contoh-contoh manusia yang SADAR KAYA tapi lupa kepada SADAR HAMBA sehingga akhir hidupnya menjadi gelap dan harta yang dimiliki tidak memberkan pertolongan sedikitpun di dunia apalagi di akhirat.

Karena enggan membayar zakat dari hartanya, Qarun bin Yashar bin Qahit akhirnya mendapat azab dari Allah SWT. Ia berserta seleuruh harta kekayaannya musnah dan hilang ditelan bumi.
Kisah Qarun dan hartanya yang ditelan bumi ini diabadikan dalam Al Qur’an untuk menjadi pelajaran bagi umat islam dan bahkan umat yang lain.

Allah SWT berfirman, “Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”

Dikisahkan bahwa pada mulanya Qarun ini hanya manusia yang miskin. Ia bekerja sebagai pegawai kerajaan yang dipimpin oleh Raja Fir’aun. Namun demikian, Qarun termasuk orang yang licik dan munafik. Di depan Raja Fir’aun, ia menyatakan pengabdiannya, namun di depan Nabi Musa a.s ia menyatakan beriman kepada Allah SWT.

Pada suatu kesempatan, ia meminta Nabi Musa untuk mendoakannya kepada Allah SWT agar ia diberi kekayaan. Permintaan tersebut akhirnya dikabulkan oleh Allah SWT. Dalam waktu yang singkat, Qarun menjadi kaya raya. Dia memiliki ribuan gudang harta berisikan emas dan perak. Qarun sangat kaya sehingga kunci-kunci harta bendanya harus dipikul oleh beberapa orang yang kekar.

Suatu ketika, Nabi Musa a.s mendapat perintah dari Allah SWT agar orang-orang kaya yang ada di Mesir membayar zakat. Karena sejak lama Qarun menyatakan beriman, maka Musa pun menyampaikan perintah Allah tersebut kepadanya.

Qarun menanggapi aturan zakat itu dengan sinis dan dingin.

Bahkan ia mencoba untuk berkolusi dengan Nabi Musa. “Aku mau membayar zakat, tetapi 1 dinar untuk 1.000 dinar dari hartaku, bagaiamana?” kata Qarun menawarkan kepada Nabi Musa.
Aku tidak boleh mengambil keputusan di luar ketentuan Allah SWT. Sebagaimana telah aku sampaikan sebelumnya kepadamu, bahwa Allah mewajibkan kepada kita untuk membayar zakat seperempat dari seluruh harta yang dimiliki,” kata Nabi Musa.

Apa-apaan ini, kalau seperempat dari harta yang ada, alangkah besarnya,” keluh Qarun.
Secara tegas, Qarun pun menolak peraturan itu. Semenjak itu, permusuhan Qarun dengan Nabi Musa a.s. mulai muncul ke permukaan. Qarun mulai terang-terangan mengajak orang-orang kafir untuk membangkang dan memusuhi Nabi Musa dan pengikutnya.

Bahkan tidak hanya itu, Qarun sengaja menciptakan fitnah kepada Nabi Musa. Ia membayar mahal seorang wanita untuk mengaku pernah berzina dengan Nabi Musa. Mengetahui dirinya diftnah, Nabi Musa ingin menayakan langsung kepada si wanita tersebut yang disaksikan oleh orang banyak.

Demi Allah yang telah menciptakanku, katakan yang sebenarnya, apakah aku pernah berzina denganmu?” tanya Nabi Musa.

Wahai Musa, demi kebenaran, maka akau akan menjawabnya secara jujur. Sesungguhnya tuduhan itu tidak benar. Beberapa waktu yang lalu, Qarun telah mengajakku mengakui bahwa engkau pernah berzina denganku sampai hamil. Lalu dia menjanjikan untuk imbalan seribu dirham. Setelah aku pikir, maka aku lebih memilih takut kepada Allah SWT daripada menuduh utusan-Nya berbuat zina,” kata wanita itu.

Nabi Musa terharu mendengar pengakuan wanita itu. Ternyata masih ada wanita malam yang berhati jujur dan takut kepada Allah SWT. Ia lalu langsung sujud syukur kepada Allah SWT yang telah menolongnya dari permainan Qarun yang curang dan buruk itu.

Nabi Musa a.s. berdiri kembali.

Ia berkata kepada orang-orang yang ada di sana untuk terus beriman kepada Allah SWT.

Wahai Bani Israil, barang siapa yang mendukung Qarun, maka tetaplah di sini. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah SWT maka marilah pergi dari sini untuk mengikutiku,” kata Nabi Musa a.s

Sebagian orang yang menjadi pengikut Qarun masih tetap bertahan di tempat itu.

Sedangkan Musa dan para pengikutnya pergi meninggalkan mereka. Sesaat setelah meninggalkan mereka, Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT agar bumi menelan Qarun dan pengikutnya. Seketika itu juga bumi menjadi terbelah. Tanah tempat berpijak Qarun dan pengikutnya menelan mereka sampai ke dasar bumi.

Di zaman Nabi Muhammad SAW juga ada kisah serupa yaitu Tsa’labah yang di doakan Nabi menjadi orang kaya kemudian dia lupa akan dirinya sebagai Hamba Allah dengan berbagai kewajiban termasuk kewajiban membayar zakat, sehingga Allah mengambil kembali harta yang telah dititipkan kepada Tsa’labah.

Kisah-kisah itu hendaknya menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa yang terpenting dalam hidup ini adalah SADAR HAMBA, bukan sadar yang lain, sebab jika sadar hamba terus dijaga maka yang lain akan ikut serta sebagai hamba, baik harta maupun jabatan. Allah SWT tidak melarang manusia untuk kaya dan berkuasa, tapi Allah SWT lewat para Nabi dan Rasul memberikan peringatan dengan tagas akan tujuan manusia diciptakan yaitu HANYA sebagai HAMBA bukan sebagai yang lain. Kaya, miskin, rakyat jelata, raja dan penguasa adalah peran-peran yang dimainkan manusia ketika hidup di dunia dan segala peran itu adalah bagian dari peran besar manusia didunia yaitu peran sebagai Hamba Allah dan kelak hanya hamba-hamba-Nya yang diterima dengan mesra di surga-Nya, sisanya akan dimasukkan ke dalam neraka dan abadi disana.

9 Comments

Tinggalkan Balasan ke SufiMudaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca