Motivasi,  Pemikiran

Menghargai Manusia Dengan Keunikannya (3-Selesai)

menikmati-lelahMenghargai setiap keunikan manusia akan membuat diri kita menjadi arif bijaksana dalam bersikap dan bertindak. Anda tidak mungkin menuduh orang lain sombong dan angkuh ketika anda menyadari keunikan ini. “Inggris kita Linggis, Amerika kita Setrika!” diucapkan Bung Karno dengan suara lantang, apakah Bung Karno Sombong dan Angkuh? TIDAK, Beliau sedang membangkitkan semangat untuk rakyatnya.

Lihatlah ekspresi pemain bola ketika dia berhasil memasukkan bola ke gawang lawan, melompat, berguling, berteriak, mengacungkan tinju dan lain sebagainya untuk menyalurkan rasa senang berlebih yang mereka rasakan. Apakah mereka sombong dan angkuh? TIDAK, itu wujud rasa bahagia dan gembira. Kalau mereka tidak seperti itu bisa jadi jantung mereka akan berhenti berdetak karena aliran darah dengan sangat cepat mengalir ketika bahagia, bisa jadi mereka mati mendadak. Tindakan melompat dan berteriak itu adalah hal yang alamiah dilakukan oleh pemain bola tapi Jangan sekali-kali anda lakukan di mesjid ketika anda senang mendengar Khutbah Jumat 🙂

Kalau anda bisa menerima perbedaan-perbedaan dalam diri manusia maka anda akan lebih bisa mencapai bahagia. Anda akan melihat manusia diluar anda seperti seorang Bapak melihat anak-anaknya dengan segala keunikan. Anda bisa mempelajari karakter-karakter manusia itu lewat alam dan banyak bergaul namuan cara paling cepat lewat seminar-seminar tentang kepribadian yang sekarang banyak dilaksanakan di kota-kota diseluruh Indonesia.

Rasulullah SAW dalam hal ini mewariskan kepada Ulama Para Pewaris Nabi untuk bisa melihat setiap manusia dengan “kacamata” Tuhan sehingga bisa melihat setiap manusia berdasarkan kehendak Tuhan. Cara melihat ini yang paling langka dan tentu saja yang paling benar karena telah menghilangkan prasangka dan praduga.

Melihat manusia dengan “Kacamata” Tuhan ini yang membuat Rasulullah SAW berkata bahwa Umar bin Khattab Kelak akan jadi pembela Islam walaupun saat itu Umar ra adalah salah satu tokoh yang amat memusuhi Nabi.

Itulah sebabnya seorang murid yang selalu bersama Guru Mursyidnya dalam jangka waktu tertentu walau pun secara zahir tidak pernah diajari apa-apa akan tetapi setelah selesai mengabdi kepada Gurunya akan menjadi manusia berbeda, manusia yang tanpa sadar bisa melihat manusia lain dalam pandangan berbeda. Barangkali Guru telah berkenan meminjamkan salah satu teropong langka di muka Bumi, Guru saya menyebutnya sebagai “Teropong Wali”, dengan itu si murid bisa melihat manusia lain dengan pandangan berbeda.

Tulisan ini kalau saya perpanjang akan sangat panjang, tapi saya cukupkan sampai disini dulu. Insya Allah tulisan ini akan saya lanjutkan lagi di lain kesempatan dengan judul yang berbeda. SMoga Allah senantiasa membimbing dan menuntun kita ke Jalan-Nya yang Lurus dan Benar ini. Aamiin 3x ya Rabbal ‘Alamin!

12 Comments

Tinggalkan Balasan ke Hidup MoksaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca