Pemikiran

Mbah Google

googleBang Sanusi, begitu saya memanggil nama salah seorang teman seperguruan saya di tarekat yang sudah saya kenal sejak 17 tahun silam. Nama lengkapnya Ahmad Sanusi, orang-orang memanggilnya Bang Sanusi, belum pernah saya mendengar dia di panggil “mas sanusi” walaupun di kalangan orang-orang Jawa. Orangnya pendek kulitnya hitam, beberapa kali saya mendengar Guru memanggilnya dengan “Nusi”, namun lebih sering di panggil “Sanusi”.

Ciri khas abang yang satu ini adalah senyum, jumpa siapapun dia berikan senyum terbaiknya, terutama di surau. Kalau di hitung-hitung sudah sangat banyak tabungan amal ibadahnya, kalau memang senyum dimasukkan ke dalam salah satu bentuk ibadah. Saya tahu betul bahwa Bang Sanusi termasuk orang yang tidak begitu paham dengan teknologi, ponsel dia pun hanya untuk telp dan sms saja.

Ketika makan malam bersama 2 bulan lalu, dia cerita tentang bisnis nya di bidang kelapa sawit dan kilang padi (penggillingan padi), strategi dia mendapatkan lahan sawit membuat saya terinspirasi. Hal menarik dari dia adalah manajemen Allah Ta’ala yang di terapkan di bisnisnya.

“Manajemen Allah Ta’ala??” saya Tanya dengan nada agak keras, “Apa maksud abang?”

“Saya serahkan semua usaha saya kepada Allah, kalau saya tidak mengerti tentang sesuatu saya tanyakan secara rohani kepada Guru, walaupu Guru telah tiada, tapi bukankah Beliau hidup kekal di sisi Allah?”

Saya mengangguk-angguk mendengar ceritanya, kalau di pikir-pikir, canggih juga Manajemen Allah Ta’ala yang di terapkan dia sehingga usahanya bisa berkembang pesat. Tidak pernah melupakan sedekah sebagai Hak dari Allah dan juga selalu bermunajat kepada-Nya setiap saat.

“Tapi Bang, ada hal lebih menarik bagi saya…” kata Bang Sanusi..

“Apa itu Bang?” (Dalam Tarekat sudah menjadi kebiasaaan saling memanggil Abang, saling menghormati walaupun usia orang yang kita panggil abang itu lebih mudah dari kita)

“Mbah Google itu hebat ya, saya ketik satu kata, langsung semua ada disana”

“Lho kapan Abang berhubungan dengan Mbah Google?”
“Sudah 6 bulan, ternyata sangat hebat dia, kita ketik apapun langsung dijawab”

Saya dengan senyum, “Bang Sanusi, Mbah Google itu memang hebat, kenapa dipanggil mbah karena dia dianggap banyak tahu dan tua, tapi Abang cukup memanggil dia dengan google aja, kalau abang tambahkan Mbah ntar dia tersinggung”, kami berdua tertawa lepas.

Saya sendiri jadi terinspirasi menulis tulisan ini dari pertemuan dengan Bang Sanusi, seorang yang tidak memahami teknologi, bisa belajar banyak di Google hanya dengan kemampuan mengetik saja, hanya dengan mengetik satu dua kata akan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan.

Google dengan teknologi “Cloud Computing” mengandalkan server nya yang canggih mampu memproses data di seluruh dunia dalam jumlah sangat besar. Kita begitu dimanjakan dengan berbagai produk google yang memudahkan kita semua. Tidak harus memiliki teknologi canggih, yang anda perlukan hanyalah sebuah laptop/ponsel yang mempunyai akses internet, maka anda akan memperoleh informasi apapun dari google.

Kalau Google ciptaan manusia bisa begitu hebat, lalu bagaimana dengan “Produk Allah” yang sudah tercipta dari sejak awal. Bukankah Allah telah menyiapkan server super canggih yang tidak ada batasnya, memproses data dengan super cepat, anda tidak harus menjadi seorang hebat, menjadi orang biasa-biasa saja, hanya dengan “mengetik” beberapa doa, harapan dan munajat, maka semuanya akan terkirim kepada Allah Ta’ala dengan kecanggihan teknologi-Nya.

Seorang hamba yang taat kepada-Nya, secara zahir dia nampak biasa, tapi dalam dirinya setiap saat tersambung secara terus menerus kepada Server Maha Canggih, lewat teknologi Dzikir sehingga apa yang ada di atas sana ada dalam dirinya. Inilah hakikat Insan Kamil, merasa dirinya bodoh tapi segala kecerdasan di atas sana ada dalam dirinya. “Apa yang kau lihat di atas, begitu yang kau temukan di bawah” demikian sebuah pepatah yang pernah saya dengar.

Hakikat dari firman Allah “Bukan engkau melempar (Muhammad), ketika engkau melempar”, adalah penjelasan sangat sederhana dan mudah dipahami dari system teknologi Allah di mana Muhammad hanyalah “robot” dari Allah, segala geraknya adalah gerak Allah. Muhammad hanyalah manusia biasa, sama seperti kita, cuma dalam dirinya ada sebuah teknologi Maha Hebat yang tersambung dengan Sumber Pencerahan di atas sana, itulah yang membedakan Beliau dengan manusia awam.

Malam semakin larut, sebelum berpisah saya sempat berbisik ke Bang Sanusi, “Bang, walaupun Mbah Google itu bisa menjawab semua, tapi kalau sawit Abang di curi orang, jangan abang Tanya mbah google karena saya Haqqul Yakin dia gk bisa menjawab, tanyakan saja kepada Allah Ta’ala”, kami berdua pun tertawa lepas….

20 Comments

Tinggalkan Balasan ke THBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca