Tasauf

Saya Bukan Orang Musyrik!

6-162Allah Maha Besar lagi Sempurna Kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah. Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan wajahku kehadirat Yang menciptakan langit dan bumi dalam keadaan lurus dan menyerahkan diri, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang Musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata hanya untuk Allah Tuhan sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku adalah golongan orang-orang Muslim.

Hari Jum’at yang penuh berkah ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt atas segalah nikmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada kita, disadari atau tidak selama 24 jam kita selalu berada dalam “pelukan-Nya” yang mendekap kita dengan kasih dan sayang-Nya.

Kutipan di awal tulisan di atas adalah sesuatu yang tidak asing bagi ummat Islam, bacaan yang dibaca ketika mengawali salah satu ibadah pokok yaitu Shalat. Setiap memulai shalat kita selalu membaca bacaan tersebut, sebelum membaca surah al-Fatihah. Kalau surah al-Fatihah adalah proses dialog antara hamba dengan Tuhan nya, maka iftitah ibarat janji awal, meneguhkan tauhid bahwa kita adalah hamba dan Dia adalah Tuhan, tiada sekutu bagi-Nya, inilah yang disebut Tauhid, meng-Esa-kan Tuhan.

Seluruh agama (terutama Islam, Kristen dan Yahudi) pada dasarnya adalah mentauhidkan Tuhan, menyembah Tuhan yang satu dengan cara yang berbeda. Kristen dengan Trinitas tetap meyakini bahwa Tuhan Allah adalah Satu, Memandang yang satu dari 3 jendela berbeda. Yesus, Roh Kudus dan Allah pada hakikatnya adalah Satu. Ketika ummat Kristen meyakini Yesus sebagai Tuhan, bukan berarti ada dua Tuhan, tapi dalam diri Yesus ada roh Allah, pada hakikatnya adalah Allah sendiri. Roh Kudus, Roh Allah, Cahaya Allah, Nur Muhammad adalah perbedaan istilah yang kesemuanya untuk mengungkapkan bagian dari Allah yang terpancar kemudian diterima oleh hamba, dengan demikian dalam diri hamba ada Tuhan.

Aku adalah Ahmad tanpa Mim” yang diungkapkan oleh Nabi Muhammad menunjukkan bahwa dalam diri Beliau pada hakikatnya telah bersemayam Nur Muhammad yang merupakan pancaran dari cahaya Allah, dengan itulah beliau menjadi utusan-Nya, yang di utus adalah cahaya-Nya yang merupakan bagian dari Dia.

Zaman dulu sulit untuk menjelaskan hakikat Ketuhanan, hal ini juga yang disadari oleh Nabi, karena di zaman tersebut belum ada teknologi yang bisa dijadikan sebagai contoh. Ulama kemudian dengan sederhana menggambarkan Nur Muhammad ibarat cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah lewat atap, kalau atap rumah bocor berbentuk bulat maka cahaya matahari akan Nampak bulat, kalau atau rumah bocor berbentuk segitiga maka cahaya akan berwujud dalam bentuk segitiga. Apakah bentuk matahari itu segitiga? Tentu saja tidak, tetapi cahaya yang masuk ke dalam rumah akan mengikuti bentuk wadah yang dilewatinya.

Sama halnya dengan seorang Nabi, Muhammad bahwa seluruh Nabi adalah wadah dari cahaya Allah, lewat diri Beliau cahaya tersebut terpancar keseluruh dunia, terpancar ke dalam dada orang-orang yang meyakini Beliau sebagai utusan-Nya. Muhammad bin Abdullah adalah manusia biasa, sama seperti kita, tapi karena Beliau telah diberi Al-Qur’an yang pada hakikatnya adalah cahaya Allah maka Beliau menjadi seorang Rasul, sangat berbeda dengan manusia biasa. Kalau manusia biasa memiliki sifat lupa, lalai dan melakukan kesilapan, seorang Rasul tidak demikian, apa yang dilakukannya pasti di ridhai oleh Allah. Makna Maksum (terbebas dari dosa) bukan berarti Nabi tidak melakukan dosa, tapi apa yang dilakukan Nabi walaupun dalam pandangan awam salah tapi tidak termasuk ke dalam dosa. Membunuh adalah termasuk dosa besar, tapi Nabi Khidir membunuh anak kecil tidak termasuk dalam dosa. Maka tidak layak bagi manusia biasa misalnya memberi penilaian terhadap Nabi apalagi menilai hanya berdasarkan kesejarahan semata.

Nabi Muhammad menikah dengan anak dibawah umur seperti yang di tuduhkan oleh sejarawan barat, (walaupun faktanya tidak demikian), andai pun Nabi menikah dengan anak dibawah umur seperti yang dituduhkan, lalu kenapa? Andai nabi membunuh pun Allah tetap menjadikan Beliau sebagai kekasih-Nya. Itulah sebabnya agama tidak cukup hanya dipahami dengan akal, diperlukan iman tanpa protes untuk bisa memahami hakikat agama. Kalau ingin di kritik, seluruh Nabi mempunyai aib, kekurangan, tapi justru itu menunjukkan kemulyaan mereka di mata Tuhan.

Saya senyum-senyum sendiri ketika ada isu tentang apakah Nabi dijamin masuk surga atau tidak. Apa yang di sampaikan Qurais Shihab bahwa Nabi Muhammad pun tidak ada jaminan masuk surga, itu benar karena yang dibicarakan sosok manusianya. Muhammad bin Abdullah tidak dijamin masuk surga, seperti juga manusia yang lain. Tapi Muhammad Rasulullah SAW? Beliau tidak perlu masuk surga karena dari sejak lahir ruhani Beliau sudah di surga. Dalam diri Beliau ada surga, apakah perlu lagi masuk kesana?

Musa as dalam al-kitab digambarkan sebagai sosok Nabi yang pemarah, tentu sangat cocok diturunkan untuk bani Israel yang suka “ngeyel”, dinasehati tidak mempan, sangat cocok dibentak-bentak, apalagi hidup berpuluh tahun dalam padang pasir yang tandus tanpa tersentuh dengan budaya luar. Nabi Musa pernah dalam keadaan marah menarik dengan keras janggut Nabi Harun, hal yang tidak wajar terjadi zaman sekarang. Itulah repotnya kalau kita menilai Nabi dari sudut pandang zaman sekarang.

Kembali ke tauhid, setiap shalat selalu kita mengucapkan “Kuhadapkan wajahku kehadirat Yang menciptakan langit dan bumi dalam keadaan lurus dan menyerahkan diri, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang Musyrik”. Untuk bisa meng-esakan Tuhan, tentu kita harus mengenal dengan baik terlebih dahulu yang kita esakan, kalau tidak bagaimana mungkin kita bisa tahu bahwa saat ini sedang dalam kondisikan mentauhidkan-Nya atau sedang menyekutukan-Nya?

Ibarat hubungan antara suami dan istri, dia ucapkan, “Aku hadapkan wajah ku kepada wajah mu yang cantik, hanya kamu di hati ini, tidak ada wajah lain yang aku ingat siang dan malam, aku tidak akan pernah manduakan mu”. Suami yang mengucapkan kalimat tersebut kepada istri tentu saja dia kenal dengan baik istrinya, dia juga kenal baik selain istrinya sehingga tidak pernah salah dalam memandang. Lalu bagaimana dengan Allah? Apakah sudah benar-benar kita kenal Wajah-Nya sehingga dalam shalat dengan mesra kita berjanji untuk tidak menduakan-Nya? Atau jangan-jangan tanpa sadar kita terus menerus menduakan, mentigakan bahwa me-ribukan-Nya. Setiap saat jari telunjuk menuduh orang lain sebagai orang Musyrik, tapi empat jari menunjuk diri sendiri sebagai orang yang menduakan bahkan meribukan Tuhan.

17 Comments

  • sayyid

    Assalamualaikum wr.wb,

    Allah berfirman kepada nabi musa a.s pada surat taha ayat 11-14.
    “Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: “Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku” [QS. Thaha : 11-14].

    Sudah tentu nabi musa kebingungan saat itu bahwa api dapat berbicara,apakah ini Tuhan pikirnya dan dia bertanya dlm hatinya dari mana datangnya suara ini? tambah kebingungan beliau,tetapi setelah Allah berfirman kepadanya :Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku”

    barulah beliau sadar bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.
    dan barulah beliau sadar bahwa Allah sedang berbicara pada qalbunya.

    wassalamualaikum wr.wb,
    sayyid

  • sartika

    Belum bangda.. Aku belum mengenal wajahNya jika itu adlh raut parasnya. Apa sebenarmya yg dimaksud wajah ? Apakah bentuk dr rautnya ato isi dan kandungan yg tersirat dr rautnya ?
    Apa yg daksud dg menduakannya ? Jika dlm perjalanan kehidupan selalu memburunya bahkan saat buruk dilihat org lain bgm bs memduakanNya ? Sungguh sampai transmitter otak sy timbul jaringan barupun sy tak habis fikir betapa hebatnya Allah memyayangi kami.
    Bangda.. Tolong jelaskan kami takut salah persepsi. Terimakasih abang.. Salaam dan sejahtera selalu untukmu.. Aamiin

  • akbar alghozali

    setuju bang,tp ad yg ganjal dhati ni ttg tauhid islam kristen yahudi itu sama.kalo demikian anda setuju dg tauhid yahudi dan nasrani,tapi kenapa nabi juga berperang dg kristen,seumpama nabi membenarkan tauhid kristen tentunya beliau tidak mau berperang dong,gmana tuh bang

  • Ruslianto

    Semua (itu) ada Allah-nya,….. Dimana saja engkau memandang disitu ada Wajah Allah,… Nuh a.s disebut Nabiyullah,…Ibrahim a.s disebut Khalilullah,… Musa.a,s disebut Kalamullah,….. Isa a.s disebut Ruhullah,.. Muhammad s.a.w disebut Habibullah,…. Mengapa ada Allah-nya diujung nama Beliau ? Semua (itu) sungguh agar engkau “memandang” ada Wajah Allah.
    Kehidupan antar jasmani dengan jasmani berjarak bisa ratusan tahun bahkan ribuan tahun,… namun jasmani yang diawetkan (pembalseman contoh mummy di Mesir), dan kita yang hidup dimasa sekarang masih bisa menyaksikan sosok jenazah (mummy) tersebut.
    Konon apalagi “Ruh” yang ditiupkan Allah SWT ? (Ruh Ciptaan/Produksi Allah) – Sesunguhnya Nabi Muhammad s.a.w itu masih hidup, dan menjawab orang beriman yang membaca selawat kepada Beliau.,……. Dan sungguh orang yang berrabithah kepada Gurunya yang Mursyid Kamil Mukamil itu, telah menyambung (pula) kepada Rasulullah.
    Guru Mursyid Kamil Mukamil disebut = Wali Allah.
    Maaf, Wass.

  • Ruslianto

    Quran Surah Al Baqarah ayat 186; Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu dari hal-Ku maka (katakanlah), bahwasanya Aku adalah dekat,…..

    Doeloe (itu) Guruku pernah berkata dalam fatwaNya, yang meng-ibaratkan ada seseorang ingin berkenalan dengan Beliau, Lalu Guruku itu mengulurkan tangannya,… tapi terkesan orang yang ingin berkenalan (itu) sperti ada rasa kurang puas, (dan ingin lebih dari itu) …., Lalu Beliau berkata; “Eh,… tanganku ini sudah Aku itu,… Anda mau apa rupanya,..?”.
    Renungkanlah, wahai sobatku Sartika.
    Wass.

  • fathur

    Assalamu’alaikum…
    Bang sufie muda..salam kenal dari saya Fatkhurrrohman, dari pos Pondok áren Tangerang Selatan..saya baru bebera minggu mengamalkan Tarekat, dan tulisan abang sangat membantu saya utk lebih yakin dlm bertarekat…trimakasih bang…ditunggu tulisan2 berikutnya…
    Ijin folow dan share ya bang..

  • Yoga Pratama

    maaf komentar saya diatas mohon untuk dihapus…

    hanya mau edit komentar saya menjadi begini…
    didalam susu ada protein
    tetapi apakah susu itu disebut protein?

    nabi muhammad Saw yang paling makrifat daripada ahli makrifat bekata…diriku hanya manusia biasa seperti kalian

    Nabis isa as berkata yang dicatat didalam al-qur’an…aku hanya hamba dan di utus untuk jadi nabi

    jadi gimanakah cara pandang kita mengenai tauhid yang sesuai dengan baginda nabi muhammad Saw?

  • Bayu Aji

    Nabi juga seorang manusia, ada benar dan salah….
    Ajaran kasih sayang dan akhlak yang wajib dijalankan pengikutnya untuk memcapai keselamatan.

Tinggalkan Balasan ke budisufiBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca