Tasauf

Bukan Sekedar Nama…

Status BBM (53B096CC) saya tadi pagi “Dzikir itu artinya mengingat, Dzikirullah artinya mengingat Allah, kalau tidak ada yang diingat itu bukan dzikir tapi menyebut/memanggil”, ternyata mengundang banyak pertanyaan dan Alhamdulillah sudah saya jawab semua walau secara singkat. Lewat tulisan ini saya ingin menguraikan sedikit tentang maksud dari kata-kata tersebut.


Di sini sudah banyak saya tulis tentang makna dzikir dan saya tentu saja tidak menulis tentang tata cara dzikir dan sebutan atau bacaan apa saja untuk dzikir karena itu sudah masuk dalam bagian pengamalan yang tidak boleh sembarang disampaikan apalagi lewat online. Dzikir harus ada yang mengajarkan, lebih khusus lagi harus ada yang membimbing agar sampai kepada yang disebut dalam dzikir yaitu Allah SWT.

Mengingat adalah pekerjaan otak, karena itu dengan cara mengingat tidak akan mungkin kita bisa sampai kehadirat Allah SWT yang tidak terjangkau dengan akal fikiran. Lalu bagaimana cara kita bisa “tersambung” kehadirat Allah SWT?

Dzikir tahap awal berupa sebutan atau bacaan yang diajarkan oleh Guru, biasanya berupa nama Allah, karena itu disebut dengan Dzikir Ismu Dzat atau nama dari Dzat. Nama dari Dzat tersebut ditanam dalam qalbu seorang murid, secara akal dia menyebut nama Allah sedangkan secara bathin rohani nya akan tersambung dengan Allah SWT lewat Waliyamursyida, Guru Mursyid yang dalam dirinya telah ada Nur Muhammad, dengan cara itu juga akan tersambung kepada Guru Utama yaitu Rasulullah SAW. Disinilah pentingnya Tali Silsilah, hubungan yang sambung menyambung dari Guru terakhir dengan Guru sebelumnya, sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Tanpa sambungan tersebut, yang dalam al Qur’an disebut dengan “Tali Allah”, maka ucapan Allah hanya berupa sebutan bukan DZIKIR, menyebut nama Allah tanpa tersambung dengan Allah. Nama Allah yang ASLI pada hakikatnya diturunkan lewat Tali-Nya secara sah, nama ini yang bisa menghancurkan bala tentara Iblis yang ada dalam diri manusia, yang telah bersemayam sejak manusia lahir dan bala tentara ini tidak akan bisa terusir dengan ucapan-ucapan dzikir yang hanya meniru bunyi saja, persis seperti burung beo.

Sebagai ilustrasi, nama presiden Indonesia Joko Widodo, apa bisa di tiru? Jawabannya SANGAT MUDAH!, anak SD yang sudah bisa membaca dan menulis bisa menulis dengan cepat nama presiden Indonesia. Pertanyaan berikut apakah nama presiden yang ditulis anak SD itu bisa dianggap resmi? Tentu saja tidak, namanya benar tapi TIDAK SAH. Nama presiden yang ditulis anak SD atau siapapun tanpa ada izin dari lembaga resmi Negara tidak memiliki power apa-apa, hanya sekedar nama. TAPI nama presiden Indonesia, Joko Widodo, yang dikeluarkan secara resmi oleh lembaga Negara bisa menggerakkan tentara dan seluruh pasukan Indonesia untuk berperang, bisa membuat harga BBM naik dan turun seketika, bisa membuat menteri diperhentikan dalam hitungan detik, itulah nama ASLI presiden yang memiliki power kenegaraan.

Begitu juga nama Allah, semua bisa menyebutnya, bahkan atheis sekalipun, pertanyaan menarik apakah nama yang disebut itu sudah diriset akan keampuhannya, akan kedahsyatannya, akan Kemaha-akbar-nya, atau hanya sekedar menyebut saja, tanpa terhubung secara resmi dengan Sang Pemilik Nama. Dua ayat Al-Qur’an dibawa ini kiranya bisa memberikan gambaran tentang kedahsyata Kalimah Allah, kedahsyatan menyebut nama Allah yang tersambung langsung dengan Allah lewat tali-Nya.

Andaikata Al Quran ini kami letakkan di atas bukit, engkau akan melihat bukit itu hancur berantakan karena takutnya kepada Allah subhanahuwata’ala dan perumpamaan ini kami jadikan untuk manusia agar mereka merisetnya”. (Surat Al-Hasyir, 21)

Dan sesungguhnya andaikata ada suatu bacaan (kitab suci) yang dapat membuat gunung-gunung berjalan/berguncang dahsyat atau bumi dipotong potong/dibelah-belah atau orang-orang mati diajak bicara/dapat berbicara (niscaya kitab suci itu ialah Al-Qur’an. Dan mereka pun tidak juga mau beriman).”(QS.Ar-Ra‟ad,31)

Apakah kita sudah meriset, meneliti nama Allah yang selama ini kita sebutkan siang dan malam yang sering kita yakini sebagai dzikir? Atau hanya termasuk orang yang ikut-ikutan, meneruskan tradisi yang sudah ada dari zaman nenek moyang dulu, hanya menjadi sebuah budaya.

Begitu dalamnya makna yang terkandung dalam al-Qur’an, begitu luasnya samudera ilmu yang tersimpan disana sehingga tidak cukup umur kita untuk memahami makna yang sebenarnya, seperti firman Allah, ”Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Luqman,27).

Karena begitu dalam dan tentu saja akan memakan waktu lama untuk meriset apalagi mempraktekannya, maka diperlukan pembimbing yang ahli yang tersambung sampai kepada pemilik Nama, Pemilik Ayat sehingga memudahkan kita untuk memahami makna-makna yang tersembunyi dalam ayat-ayat tersebut. Diperlukan kerendahan hati untuk selalu mau belajar dan mencari orang yang lebih paham dari kita, sikap ini akan membuat kita menjadi lebih bijaksana, karena menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seluruh manusia, kewajiban dari lahir sampai meninggal.

Kembali kepada nama, sudah saatnya kita meneliti akan keaslian nama yang selalu kita sebutkan, karena nama bukan sekedar nama, nama yang asli setiap diucapkan akan tersambung kepada yang punya nama dan akan menggetarkan hati yang mendengar, menggetarkan jiwa yang tersentuh dan mendamaikan dunia ini, itulah makna yang disebut dalam hadist, “Dunia ini tidak akan kiamat selagi masih ada yang menyebut nama ALLAH..ALLAH..ALLAH”. Nama yang asli yang langsung diturunkan dari sisi-Nya, bukan hanya mampu memadamkan neraka dalam diri tapi bisa membuat kiamat tertunda…

28 Comments

  • Sularno Ndeso

    Al Quran-nya yaqin pasti benar, berbagai teori & metoda untuk mengenal Allah banyak ditawarkan & menurut saya baik & tidak masalah selama tidak menyalahi garis2 syariat. Masalahnya apakah benar teori2 & metoda2 yg ditawarkan itu benar2 bisa menyampaikan diri kita pada pengenalan & keinsyafan akan Allah yg sesungguhnya …?

    Apakah istilah “guru mursyid” yg mampu mengenalkan kita pada Allah itu emang bener2 ada dijaman yg serba materi seperti sekarang ini… ? Kalau emang seperti itu kenapa paman nabi tak diijinkan mengenal Allah lewat Rasulullah. Padahal Rasulullah saw sangat mencintai pamannya & berharap sekali diberikan hidayah oleh Allah swt…

    Lagian kenapa guru mursyid itu seperti bersembunyi & sulit ditemui …? Sedangkan Rasulullah yg gurunya para muryid saja sangat mudah ditemui oleh siapapun dan dimanapun bahkan sangat rendah hati & sangat menyayangi ….

    salam & mohon maaf

    • SufiMuda

      Yang mudah ditemui itu Muhammad bin abdullah, bukan Rasulullah.
      Itulah sebabnya kenapa abu jahal tidak masuk islam krn dia hanya menemui sosok zahir manusia bernama muhammad bin abdullah bukan muhammad rasulullah.
      Di zaman Nabi menurut penelitian ummat manusia berjumlah 100jt, yg memeluk islam hanya puluhan ribu, tidak sampai 0,01 %, pertanyaannya apakah nabi muhammad bersembunyi atau manusia yg tidak terbuka hijab?
      Di kalangan penduduk mekkah pun zaman itu lebih banyak yg tidak mengakui muhammad sebagai rasul.
      Sama dgn zaman sekarang, bisa jadi tiap hari kita jumpa dgn seseorang, tapi kita tidak tahu bahwa orang tersebut adalah Guru mursyid.
      Dakwah sehebat apapun kembali semuanya kepada Allah, Dia lah pemilik hidayah..

  • imam subagio

    Alhamdulillah menjadi semakin jelas,.. sekarang yang menjadi sangat mutlak pentingnya adalah mengetahui dan menemukan seorang Waliyamursyida, kemudian mohon penjelasan bang SM Mursyid tersebut harus masih hidup atau boleh juga meskipun beliau sudah meninggal dunia ?. mohon maaf dan terima kasih sebelumnya.

  • nisma sbmi

    Assalamu’alaikum Wr.Wb.Bang Sufi Muda. Mohon di infid PIN BBM saya 7E6F70DD atau WA 081337493340.Syukron Kathir atas kesediaannya Bang Sufi MudaWassalam’alaikum Wr.WbNisma AbdullahSurau Batul Amin 6 Bekasi

  • budi

    Janganlah mensyiarkan/menyebar-luaskan pengetahuan tentang Allah swt secara terbuka, selain apa yg diajarkan dalam Al-qur’an dan Hadist Rasulullah. Mengingat hal itu bisa menimbulkan fitnah dan terjadinya kesalah-pahaman dalam diri Umat Islam. Sejarah telah mencatat : Husain ibn Mansur al-Hallaj, Syeh Siti Djenar, dll, adalah tokoh – tokoh sufi terkenal yg menjadi korban kekerasan, karena apa yg diajarkan dirasa menyimpang dari ajaran Islam.
    Disamping itupula, bukankah ilmu ma’rifat itu sifatnya sangat pribadi ? Misalnya begini : ” Semalam saya bertemu Rasulullah dalam mimpi, dan beliau mengatakan …………. ” Jika hal ini diceritakan ke umum, bisa menimbulkan fitnah ditengah masyarakat. Untuk itu hendaklah kita bersikap bijak dalam memahami Islam.

    • SufiMuda

      Mas Budi…
      Ini salah satu bentuk pendapat umum kaum wahabi yang sangat berbahaya bagi ummat Islam, seolah olah apa yang disampaikan oleh kaum sufi menyimpang dari Al Qur’an dan mereka yang paling mengikuti sunnah.
      Ilmu berhubungan dgn Allah adalah ilmu yg paling wajib, kalau ini tidak disampaikan maka akan gelap ummat ini, beribadah hanya sebagai rutinitas dan budaya semata.
      Memangnya tentang dzikir tidak diajarkan dalam alQur’an? Coba anda baca ulang ayat yang saya kutib di atas..
      Harus di ingat, bukan hanya mansur al halaj dan siti jenar yg jadi korban kobodohan, para Nabi mengalami hal yg sama, bahkan atau yg terbunuh. Tidak terkecuali Nabi Muhammad, mendapat perlakuan kasar dan jadi sasaran pembunuhan, apakah Beliau mundur dari dakwah? Jawabannya TIDAK!
      Tugas kita semua untuk menyampaikan ajaran Islam yang benar agar tidak semakin banyak orang tersesat, tersesat oleh propaganda musuh Islam yg menyusup dalam Islam sejak 100 tahun lalu.
      Harus di ingat siti jenar dan al halaj dibunuh bukan krn ajarannya tapi karena faktor politik, coba baca lagi sejarahnya.
      Tentang pengalaman mimpi dgn Rasulullah dll, sekelas Imam Ghazali, Syekh Abdul Qadir Jailani dgn terang terangan menceritakan dlm karya2 mereka, agar ummat dapat pelajaran, lalu dimana salah nya?
      Apa yang sy tulis di sufimuda.net bukan hakikat apalagi makrifat, yg sy tulis hanya ilmu untuk memahami keduanya, hakikat dan makrifat adalag “rasa” jadi gk mungkin bisa ditulis.
      Mari kita memerdalam ilmu agar bisa lebih bijak memandang perbedaan, sehingga mendapat hal baru, hal yg bermanfaat.
      Salam

  • Linda Asriani

    Assalamu’alaikum guru, maafkan saya jika saya lancang memanggil guru, kenapa saya memanggil demikian karena saya banyak belajar dari postingan postingan sufi muda. Pin bbm saya 7D62CEB9, mohon di terima ya guru undangan bbm saya. barusan saya undang pin bb guru.

    Terima kasih, Wassalam

  • HERTA

    Assalamualaikum wr wb bang..diatas dijelaskan klau sdh menyangkut amalan zikir itu sendiri tdk boleh diajarkan online hrs ada yg membimbing.tapi di blog sebelah pernah sy baca tentang zikir tarekat,syareat,hakikat dan zikir makrifat bahkan di ajarkan bacaannya serta tatacaranya.sy penasaran dan coba sy praktekkan pengalamannya “beda beda”.sy mau tanya mengapa harus ada yg membimbing? bagaimana klau yg membimbing gak pernah ketemu dan hrs menunggu sampai kapan kalau gak ketemu apa gak jadi belajar bagaimana klau keburu meninggal.ini cuma pendapat saya selagi kita sadar apa yg kita lakukan dan bisa mengontrol diri kita kenapa gak dicari tahu sendiri dulu.menuruti kata hati bukan menuruti akal pikiran.Bang sufi muda sy banyak belajar dari postingan disini trimakasih semoga Allah swt membalas kerendahan hati saudara.

    • SufiMuda

      Wa’alaikum salam
      Setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda dalam segala hal termasuk dzikir. Bagi saya dzikir itu bukanlah sekedar amalan yang diucapkan tapi proses perjalanan rohani manusia mendekatan diri kepada Allah. Karena proses tersebut maka amalan dzikir bukan diambil dari buku tapi harus “diturunkan”, sehingga apa yang kita amalkan mendapat izin dari junjungan kita Rasulullah saw dan mendapat izin dari Allah sehingga mendapat ridha-Nya. Kalau di ajarkan di blog itu bukan dzikir tapi hanya ucapan, atau pujian kepada Allah.
      Kenapa harus ada pembimbing, karena perjalanan kepada Allah tidak satupun manusia pernah kesana sebelumnya termasuk Nabi sehingga Beliau sendiri mendapat bimbingan dari Jibril. Kekelas Nabi Muhammad perlu pembimbing tentu saja kita manusia biasa juga lebih memerlukan lagi.
      Kembali kepada Nama asli atau tidak, nama jokowi bisa di dapat di mana saja, bahkan dipinggir jalan sekalipun, cuma itu bukan nama resmi nya..

      • masjay

        Allahumma a‘inni ‘ala dzikrika, wa syukrika, wa husni ‘ibadatika. . Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa dapat mengingatMu, bersyukur KepadaMu dan beribadah untukMu dengan baik.Aamiin

  • HERTA

    Trimakasih penjelasannya bang sy yg awam ini baru sedikit mengerti ttg dzikir. Di Turunkan apakah maksudnya di baiat/baptis dari seseorang kepada orang lain.mudah mudahan perjalanan rohani saya selama ini mendapat izin dari junjungan kita nabi muhammad saw dan ridho dari Allah SWT walaupun hanya ucapan dan pujian dan suatu saat nanti ada yg mau menurunkannya kepada saya.amin….

  • sartika

    Awrwb.. Alhamdulillah sy diperkenankan ktemu bang sufi lg. Terima kasih atas pencerahan dr setiap tulisan, begitu tak terhitung manfaat yg sy dapat bang. Hidup sy jauh lbh ringan dg banyaknya pertanyaan scara pribadi yg terjawab melalui postingan bang sufi. Jika berkenan bang sy invite bbm abang untuk di accept.
    Semoga Allah selalu melimpahkan karunia nikmat ilmu ini dan melindungi abang sufi untuk terus berkarya meneruskan kasih dan sayangNya pd kami. Wassalaaamwr wb.

  • isalisil

    Assalamu’alaikum mas sufimuda
    Saya masih awam dengan Sufisme sebagai sebuah ajaran dalam sebuah tarikat, namun sebagai Muslim saya selalu menanamkan bahwa Tauhid itu adalah kecintaan total kepada-Nya, semisal dalam ibadah bukan hanya karena takut pada pedihnya neraka, dan bukan pula mengingkan indahnya surga, semuanya semata0mata karena cinta kepada-Nya.
    Yang ingin saya tanyakan adalah apakah hubungan kita sebagai individu, kemudian dengan guru mursyid yang tersambung dengan Muhammad dan Allah adalah sebuah pertalian yang harus dilalui?
    Selama ini saya sebagai orang Islam dan secara pribadi memahami bahwa setiap individu memiliki hak untuk secara mandiri menemukan tafsir dan melakukan ijtihadnya sendiri, sesuai dengan kemampuannya. Lantas apakah dalam menemukan cinta-Nya dalam lingkup Sufi harus melalui jalan pertalian seperti yang disebut di atas?
    Terimakasih,
    Wassalamu’alaikum

    • SufiMuda

      Wa’alaikum salam
      Seluruh manusia di muka bumi ini mencari Tuhan dengan berbagai metode. Allah SWT menurunkan agama lewat Nabi agar manusia memudahkan dalam mencari.Lebih spesifik agama meberikan jalan lurus kepadanya, Thareqatullah (Jalan kepada Allah) maka kita wajib mengikuti jalan tersebut agar sampai kepada-Nya. Cinta hanya bisa timbul dengan murni kalau sudah mengenal, kalau hanya sekedar tahu maka di khawatirkan cintanya hanya sebatas angan-angan, begitu juga cinta kepada Allah.
      Jalan teraman untuk berjalan kepada-Nya adalah melalui bimbingan orang yang telah sampai kepada-Nya, dalam hal ini Nabi dan para ulama pewaris Nabi.
      demikian

  • Billy pahreza

    Nabi Muhammad bin Abdullah sudah meninggal14 abad yg lalu …tapi Muhammad Rasullullah SAW tetap hidup dan ada pada setiap diri,…..Muhammad Rasullulah SAW adalah tali penghubung dgn Allah,Muhammad Rasulullah SAW adalah wasilah..hanya dengan syafaat nya kita selamat dunia dan akhirat,..maka jangan syirik kan Allah,barang siapa yg mensyirik kan Allah jangan harap mendapat syafaat Muhammad Rasulullah SAW, bahkan segala amal – amal nya akan sia-sia…..

  • Awan bagdad

    Sufi Muda ‘ anda berani memaparkan ilmu Allah ini walaupun lewat tulisan agar umat ini tahu adab beribadah termasuk saya yang bodoh ini di gili air Pulau lombok ‘ bersyukur kepada allah swt menggerakkan hamba nya yang bernama Sufi Muda

Tinggalkan Balasan ke Billy pahrezaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca