Tokoh Sufi

Sang Wali Akbar

taksiTahun 1974, Seorang Guru Sufi menunaikan ibadah haji ditemani 4 orang murid Beliau. Beliau berangkat dengan kloter 28 dari bandara Polonia Medan. Setelah menunaikan ibadah haji, tiba-tiba Beliau ingin pulang lebih cepat dengan kloter 1. Beliau mengatakan kepada muridnya, “Saya mendapat firasat kalau kloter-1 akan mengalami kecelakaan, dengan saya berada disana mudah-mudahan bencana itu bisa terhindari”.

Murid Beliau bingung, bagaimana cara mengubah jadwal keberangkatan. Guru Sufi berkata, “Cari taksi, kita berangkat ke Jeddah sekarang”. Salah seorang murid sekaligus menantu Beliau keluar mencari taksi, setelah sekian lama menunggu tidak satu taksi pun nampak. Kemudian dia masuk ke rumah dan melapor kepada Guru Sufi bahwa tidak satupun taksi ada diluar, benar-benar sepi. Guru Sufi berkata, “Keluar lagi, nanti taksi nya ada”.

Benar, tidak lama berdiri dipinggir jalan, maka lewat taksi dan murid Guru Sufi memberhentikan taksi tersebut. Kepada sopir Taxi Beliau mengatakan ingin ke Jeddah. Sopir taksi terdiam sejenak dan berkata,

“Memangnya siapa yang ingin ke Jeddah?

Mertua saya!” Jawab murid

Sopir taksi setuju dan kemudian murid Guru Sufi masuk kedalam melaporkan bahwa taksi sudah ada. Kemudian Guru Sufi dan murid Beliau masuk ke dalam taksi. Murid yang tadi memesan taksi heran, sopir taksi yang sebelumnya banyak bicara sekarang diam seribu bahasa tanpa mengucapkan sepatah katapun sepanjang perjalanan sampai mereka di Jeddah.

Sesampai di Jeddah kemudian Guru Sufi meminta muridnya untuk mengurus perpindahan keberangkatan dari kloter 28 ke kloter 1 yang hari itu langsung berangkat. Setelah selesai murid melaporkan kepada Guru Sufi bahwa mereka bisa berangkat hari ini. Kemudian ada permintaan dari Guru Sufi yang membuat murid Beliau sulit sekali memenuhinya yaitu Beliau tidak ingin turun dari taksi tapi langsung dengan taksi ke pesawat terbang, hal yang mustahil dilakukan di negeri orang.

Dalam keadaan bingung murid menceritakan kepada sopir taksi yang sudah turun dari taksi tentang keinginan penumpang untuk diantar langsung ke pesawat tanpa melalui pemeriksaan lewat ruang tunguu seperti penumpang pada umumnya. Sopir taksi berkata kepada murid Guru Sufi:

“Kamu bohong, tadi kamu bilang penumpang yang akan saya antar mertua kamu, kamu tahu Beliau siapa? Beliau itu Wali Akbar, saya bisa merasakan getaran dahsyat dari Beliau”

Murid Guru Sufi menjelaskan, “Beliau benar mertua saya karena anak kandung Beliau nikah dengan saya”.

Sopir Taksi : “Saya sebenarnya bukan sopir taksi, taksi ini milik adik saya yang kebetulan lagi kurang sehat, saya hanya jalan-jalan keliling sampai tadi jumpa kamu

Kebetulan sopir taksi tersebut adalah salah seorang anggota keluarga kerajaan Saudi dan dia mengurus ke bandara agar taksinya bisa masuk sampai ke tangga pesawat.

Singkat cerita, setelah selesai mengurus semua dan mengantar Guru Sufi sampai ke tangga pesawat, Guru Sufi memberikan uang sebagai ongkos taksi. Sopir taksi itu menolak pemberian Guru Sufi, “Tuan Syekh, saya tidak mau menerima uang dari tuan, saya mengantar tuan dengan ikhlas, kalau tuan berkenan, berikanlah kepada saya kunci Uang”.

Guru Sufi kemudian mengambil uang koin dari saku dan Beliau doakan, kemudian uang koin tersebut diberikan kepada sopir. Guru Sufi juga memberikan roti untuk sopir taksi, dan roti tersebut tidak di makan tapi dibawa pulang untuk diberikan kepada keluarganya sebagai keberkahan, roti dari sang Guru Sufi, sosok yang diyakininya sebagai Wali Akbar yang doanya sudah pasti makbul

Kisah yang saya ceritakan ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa sulit mengenal Wali kecuali orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Guru Sufi yang disebut sebagai Wali Akbar oleh sopir taksi di Arab Saudi tersebut tidak lain adalah Maulana Saidi Syekh Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi yang akrab dipanggil oleh murid-murid Beliau sebagai Ayah Guru, sebutan yang akrab di telinga orang-orang Indonesia, Negeri tempat Beliau lahir, tinggal dan berdakwah. Beliau wafat tanggal 9 Mei 2001 dan dimakamkan di daerah Arco, Jawa Barat.

sskadirunyahyanaqsCerita ini saya dapat ketika berziarah ke Makam Beliau tanggal 20 Juni dan diceritakan oleh salah seorang anak kandung Beliau, Bang Iper (Muhammad al-Faruqi) dalam acara ramah tamah di rumah Ayahanda Guru disamping makam Beliau.

Saya mohon maaf kalau cerita yang saya sajikan ini mungkin ada kekurangan di sana sini, semoga Allah SWT selalu membimbing dan menuntun kita ke jalan-Nya yang lurus dan benar, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

34 Comments

  • dindin

    bang sufi muda saya masih blm dapat gambaran jawaban dari artikel
    untuk apa kita ada? dan di artikel ini saya juga ga paham untuk merujuk tujuanya apa?…maaf klw lancang mohon pencerahanya….

  • aris

    Subhanallah….beruntung sekali bagi yg pernah dekat dan mengenal beliau…
    Semoga saya yg hina & penuh dosa ini, dituntun Nya utk mendapatkan Waliyam Mursyidan. Amiin.

  • firman

    subhanallah..tak terasa air mataku merembes keluar dengan sendirinya ketika membaca artikel diatas,tentunya artikel diatas ditulis atas Ijin dari Allah SWT..badan saya sampai gemetar ketika membacanya.Allahu Akbar.Allahummasalli Ala Saidina Muahammad waala Ali Saidina Muhammad.ijin Copas Abangda.

  • Andre

    aneh sekali, seorang yg dianggap sholeh tapi ingin diistimewakan… Rasulullah SAW saja manusia paling mulia kekasih Allah yg telah dijamin surga tidak minta diistimewakan, ini kisah tidak dapat dipertanggungjawabkan krn kisah berantai dan pelakunya sudah meninggal. ghuluw

    • SufiMuda

      Tidak ada yang aneh, tergantung sudut pandang..
      Sang Guru Sufi dalam kisah di atas sampai akhir hayat tidak pernah menceritakan kisah keistimewaan Beliau, 13 tahun setelah Beliau tiada maka kisah ini diceritakan oleh anak kandungnya sebagai pelajaran untuk kita semua. Banyak kisah kekeramatan dan kemulyaan Wali Allah di dunia ini sebagai bukti kasih sayang Allah kepada mereka. Nabi tidak mau diistimewakan, begitu juga Wali Allah. Pertanyaannya kalau Nabi tidak ingin di istimewakan, lalu apakah ummatnya menganggap Beliau biasa-biasanya saja? Seluruh ummat Muhammad bershawalat kepada Beliau sampai saat ini.
      Kisah ini kalau ingin diambil pelajaran, intinya bahwa tidak semua orang mengenal Wali Allah kecuali orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Kenapa orang Arab tersebut yang didaerahnya pada umumnya berpaham wahabi bisa mengenal Guru Sufi sebagai Wali Akbar? karena Allah memberi petunjuk!.
      Dalam hadits qudsi, “Allah berfirman yang artinya: “Para Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan Taufiq HidayahNya”
      Abu Yazid al Busthami mengatakan: “Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya“.
      Sahl Ibn ‘Abd Allah at-Tustari ketika ditanya oleh muridnya tentang bagaimana (cara) mengenal Waliyullah, ia menjawab: “Allah tidak akan memperkenalkan mereka kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka – untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya.”
      Demikian…

    • denydewan

      kisah berantai dan pelakunya sudah meninggal…klu itu alasannya ma dihadist2 juga berantai dan pelakunya udah meninggal juga…intinya hikmah untuk kita dari sebuah cerita yg kita baca sebagai bahan pembelajaran…tidak lebih tidak kurang..klu baik ambillah,klu sekiranya tidak baik tinggalkan saja…

    • Denbil

      Bagaimana dengan hadist-hadist yg ada sampai saat ini itu juga berantai dan pelakunya sudah meninggal juga, buka pikiran jangan berpikiran sempit….dasar kutu kupret lu

  • Ruslianto

    Hanya jutawan yang sanggup mengeluarkan materi berjuta-juta dan milyarder pula yang sanggup mengeluarkan bermilyar-milyar,
    Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Wa Lillahi-ilhamd.

  • Muslim Batam

    Asy Syaikh Abdul Aziz bin Nashir Ar Rasyid rahimahullah memberi kesimpulan bahwa sesuatu yang di luar kebiasaan itu ada tiga macam:
    1. Mu’jizat yang terjadi pada para rasul dan nabi
    2. Karamah yang terjadi pada para wali Allah
    3. Tipuan setan yang terjadi pada wali-wali setan
    (Disarikan dari At Tanbihaatus Saniyyah hal. 312-313).

    Sedangkan untuk mengetahui apakah itu karamah atau tipu daya setan tentu saja dengan kita mengenal sejauh mana keimanan dan ketakwaan pada masing-masing orang yang mendapatkannya (wali) tersebut.

    Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila kalian melihat seseorang berjalan diatas air atau terbang di udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.” (A’lamus Sunnah Al Manshurah hal. 193)

  • andy

    Mereka yg menganggap biasa2 aj terhadap para wali allah hny org2 wahabi saja baiknya mrka tidak ditmpatkn di indonesia yg masyarkatnya penuh dg adab sopan santun dn tata krama lebih baik mrk dibuang aja kelaut..allahu akbar

  • Budak baonk

    Asslmualikum dulur sadayana,,alhamdulillah walau saya tida sempat mengenal beliau,tapi saya yakin beliau adalah salah satu wali dari wali” yg masih ada di muka bumi ini,husus nya di indonesia,,,

Tinggalkan Balasan ke winzcompBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca