Tasauf

Tafsir Al-Hikam Tentang Mengandalkan Amalan oleh Gus Mus

Marilah kita mulai dengan bersama-sama membacagusmus-tempo

Bismillahirrahmaanirrahiim!

Min ‘alaamatil i’timaadi ‘alal ‘amali Nuqshaanur rajaa-i ‘inda wujuudiz zalal

(Termasuk tanda pengandalan pada amal ialah berkurangnya harapan ketika ada kesalahan)

Kita dituntut beramal, namun untuk keselamatan dan kebahagiaan abadi kita, kita tidak boleh mengandalkan amal kita. Bahkan Rasulullah SAW sendiri ketika ditanya apakah seorang mukmin dapat masuk surga dengan mengandalkan amal-ibadahnya, beliau menjawab tegas: “Tidak”. Bahkan beliau juga menegaskan “Walaa anaa illa an yataghammadaniyaLlahu birahmatiHi wamaghfiratiHi” (Tidak juga aku, kecuali Allah melimpahiku dengan rahmat dan ampunanNya).

Bagi kalangan sufi, mengandalkan amal merupakan sikap angkuh yang tidak bisa dimengerti. Pertama, karena hamba yang beramal tidak tahu pasti apakah amalnya diterima atau tidak oleh Allah; kedua, karena ia bisa beramal semata-mata karena Allah. Lagi pula biasanya orang yang mengandalkan amalnya, akan merasa puas diri dan mengecilkan sesamanya yang dipandangnya tidak atau kurang beramal seperti dia.

Nah, apakah kita termasuk orang yang mengandalkan amal kita ataukah kita termasuk hamba yang tahu diri dan hanya mengandalkan Allah, syeikh Ibn ‘Athaillah memberi petunjuk mengenai tanda-tanda orang yang mengandalkan amalnya yakni antara lain: berkurangnya harapan (istilah tasawufnya: rajaa) orang yang beramal itu ketika dia berbuat kesalahan. Rajaa, berharap kasihsayang dan fadhal Allah merupakan imbangan dari khauf, cemas atau khawatir akan hukuman dan murka Allah. Seorang hamba Allah, bagaimana pun keadaannya tidak boleh kehilangan rajaa. Karena kehilangan rajaa sama dengan berburuk sangka terhadap Allah. Para ‘aarifiin, mereka yang makrifat kepada Allah, tidak pernah kehilangan rajaa; karena mereka tidak mengandalkan –bahkan tidak melihat—kepada amal mereka.

Sumber : Bayumariachi

14 Comments

    • arifin

      Ya dari hati tembus ke hati, seperti ombak laut dan air laut, ombak hanya bentuk sebenarnya air, hati manusia hanya bentuk namun sebenar “…..” 😀

  • imet abduh

    assalamualaikum….pak ustad yg ahli sufi tolong dong yg ditampilkan foto yg agak beretika dan sopan..kan islam itu akhlaqqul karimah bukan pamer2 foto dengan menjepit rokok..kayak foto artis yg sedang iklan rokok…hehehe…apakah seperti ini sosok ulama yg patut ditiru dan diikuti..????

    • TEMON

      Iya menurut saya.. kenapa..?
      karena dialah ulama yg mengajarkan kebajikan
      karena dialah ulama yg melarang santri dan pengikutnya mengkafirkan sesama ahlus syahadatain
      karena dialah ulama yang membimbing santri dan umatnya untuk menghargai umat agama lain
      karena dialah ulama yang istiqomah dalam kezuhudan
      karena dialah ulama yang tidak pernah mengaku ulama

      kalau ada seseorang yg mengaku ahlus syahadatain tetapi berkata tidak senonoh kepada seorang pewaris Nabi yang wara’..maka dimana orang itu meletakkan syahadatnya…?

      kata DIA..”Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya”..

      Yaa ALLAH…Yaa Robb…sungguh KAU MAHA KUASA akan segala sesuatu..KAU berikan karunia kepada siapapun yang KAU kehendaki dan KAU tutup hati siapapun yang KAU kehendaki…

      ALLAH Yaa Rohman Yaa Rohim…ampunilah kami

  • febrian mirdani

    Assalamualaikum, maaf sebelumnya, semoga Allah selalu melindungi dan merahmati, saya ingin bertanya bagaimana cara kita mencari guru mursyid, karena selama ini saya hanya bertanya-tanya pada orang-orang dan mencari tahu dari buku-buku, saya takut apabila nanti akan salah, dan sesat karena kurangnya pemahaman, terimakasih, wassalam. 20 Nov 2013 18.08, “febrian mirdani” menulis:

    > C >

    • Arrieve

      Shalat istikharah dan berdoa. Jangan lupa, bertanya kpd sahabat.
      Kisah salman al farisi r.a. ketika mencari Rasul Akhir Zaman mungkin bisa jadi teladan.

  • Dina

    Bagi orang orang Ma’arifat Tasawuf memandang seseorang bukan dari zahirnya tetapi bathinnya krn Allah SWT tdk memandang manusia sengan penampilannya tetapi dgn keImanannya
    “Pandang 1 pandang yg banyak pandang yg banyak pandang yg 1”

Tinggalkan Balasan ke imet abduhBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca