Tasauf

Setelah Shalat Subuh (2)

Pagi ini badan saya terasa sudah membaik dan segar kembali setelah selama seminggu lebih kondisinya kurang stabil. Saya merasakan kondisi yang benar-benar segar, setelah selesai shalat shubuh tadi saya teringat untuk mencoba menulis karena sudah sekian lama saya tidak menulis. Tentang shalat subuh saya teringat nasehat Guru, “Tidak ada hakikat untuk orang yang meninggalkan shalat maghrib dan subuh” dan saya belum pernah melihat Guru meninggalkan shalat dalam kondisi sakit sekalipun terutama  shalat subuh dan magrib. Tentang menulis, bagi saya menuangkan apa yang saya ketahui dalam bentuk tulisan sudah menjadi kebutuhan dan memberikan perasaan bahagia tersendiri bagi saya. Tanggal 20 Juni lalu saya memaksakan diri dalam kondisi sakit untuk berziarah ke makam Guru dalam rangka mengikuti sebuah acara yang menurut saya wajib di hadiri oleh murid yang sudah menemukan kesadarannya sebagai seorang murid.

Berziarah ke makam wali itu merupakan bagian dari tradisi Islam yang sudah berlangsung sejak awal Islam itu tumbuh dan itu terus dipelihara sampai saat sekarang. Seperti dalam sebuah hadist disebutkan bahwa syuhada, ulama dan Nabi itu pada hakikatnya mereka tidak mati, mareka hidup kekal disisi Allah. Menziarahi makam wali yang tidak kita kenal atau tidak memiliki hubungan berguru langsung dengan kita pun memberikan nilai sangat tinggi konon lagi menziarahi Guru yang semasa hidup pernah kita bersama Beliau.

Ketika Guru hidup akan memberikan kita fatwa yang berguna sebagai petunjuk dalam menjalankan ibadah dan kehidupan dunia maka setelah Beliau meninggal dunia tetap memberikan petunjuk meskipun tidak semua telinga dan hati bisa menangkap petunjuk-petunjuk tersebut. Pengalaman para pengamal tarekat yang sudah menjalani suluk minimal 3 kali hampir sama ketika berziarah ke makam Rasulullah saw, ketika mereka mengucapkan salam maka Rasulullah saw menjawab salam mereka, hal ini yang membuat orang-orang yang mengalami terkadang menjadi histeris, menangis dengan suara keras, kerinduan mereka kepada Rasulullah menjadi memuncak, inilah karunia Allah swt yang tidak ternilai harganya.

Makam para wali akan tetap di ziarahi oleh murid-murid dan juga oleh kaum muslim-muslimah di seluruh dunia, ini menunjukkan bahwa seorang Aulia Allah yang dimuliakan dan dicintai oleh Allah akan tetap dimulyakan dan dicintai oleh segenap manusia sepanjang dunia ini masih ada. Tentang makam atau kuburan, menarik kisah dialog Nabi Musa dengan Iblis dalam sebuah pertemuan yang tidak terduga yang saya kutip dari sini.

Dalam sebuah kitab diterangkan bahwa sesungguhnya Iblis telah datang pada Nabi Musa a.s. dan berkata: “Wahai Musa, engkau adalah seorang yang telah diutus oleh Allah s.w.t. dan dan bisa berkomunikasi langsung dengan-Nya.” Kemudian Nabi Musa a.s. menjawab: “Memang benar apa yang kamu katakan, kamu ini siapa dan apa yang kamu inginkan dariku?

Lalu Iblis berkata: “Aku adalah Iblis! Wahai Musa aku mau minta tolong, katakan kepada Tuhanmu bahwa seorang makhluk-Nya ingin minta taubat kepadaNya.” Lalu Nabi Musa a.s. berdoa kepada Allah s.w.t. dan menyampaikan apa yang dikatakan oleh Iblis, lalu Allah s.w.t. pun menurunkan wahyu : “Wahai Musa, katakan padanya bahwa sesungguhnya Aku bisa menerima permohonannya itu dengan syarat harus terlebih dahulu dia (Iblis) sujud di kubur Adam, kalau dia mau sujud maka aku sedia mengampuni segala dosanya.

Setelah Nabi Musa a.s. menerima wahyu dari Allah s.w.t. maka Nabi Musa a.s. pun terus memberitahu Iblis tentang apa yang telah Allah perintahkan.

Setelah Nabi Musa a.s. selesai memberitahu segala perintah Allah s.w.t. maka dengan sombong dan congkak Iblis berkata: “Wahai Musa, ketika adam masih di surga saja, aku tidak mau bersujud, bagaimana mungkin aku mau sujud kepadanya sesudah dia mati.

Menarik untuk dibahas, kenapa syarat taubat Iblis harus sujud kepada kuburan Nabi Adam, kenapa tidak langsung saja Allah memerintahkan Iblis untuk melakukan ibadah tertentu agar taubatnya diterima. Sesuai dengan dosa Iblis yang membantah perintah Allah untuk sujud kepada Adam maka Allah perintahkan kembali Iblis untuk sujud kepada Kuburan Adam sebagai ujian bagi Iblis dalam menundukkan rasa kesombongannya yang tidak disukai Tuhan.

Allah memerintahkan Iblis sujud kepada kuburan Nabi Adam karena seperti pada jasad Adam yang telah ditiupkan ruh-Nya, telah ada Nur Allah disana maka di dalam kuburan Adam nur itu masih ada dan tetap ada selamanya. Hal itu bukan hanya berlaku untuk Nabi Adam saja, seluruh Nabi juga memiliki hal yang sama dan itu juga berlaku untuk kuburan para Wali Allah, kuburan mereka tetap disinari dengan cahaya Allah sehingga orang yang datang kesana akan menerima limpahan cahaya tersebut. Ketika cahaya terlimpah kedalam hati, maka kegelapan akibat dosa dan maksiat yang dilakukan akan sirna, musnah oleh kegemilangan Nur Allah. Kalau dosa Iblis yang besarnya tidak sanggup kita membayangkannya bisa terhapus dengan sujud kepada kuburan Nabi Adam, tentu saja dosa-dosa manusia yang kelasnya dibawah Iblis lebih bisa terhapus lagi dengan bersujud kepada Kuburan Nabi Muhammad saw dan kuburan para Kekasih Allah yang membawa Nur Muhammad saw dari semasa hidup sampai meninggal dunia.

Jadi kalau hidup anda sudah sedemikian rumit, kegelisahan melanda hati, bayangan akan dosa-dosa yang telah anda lakukan menghantui siang dan malam, barangkali tidak salah mencoba rahasia yang diberikan Allah kepada Musa, tapi anda jangan mencari kuburan Nabi Adam yang sampai sekarang tidak diketahui, berziarah dan sujudlah ke Makam Rasulullah saw yang keutamaan Beliau di atas Nabi Adam as. Jika anda belum memiliki kemampuan untuk berziarah ke makam Rasulullah saw maka berziarahlah ke makam Ulama Pewaris Nabi, ke makam para Auliya Allah yang anda kenal, alangkah lebih bagus kalau Wali Allah itu adalah Guru anda atau Guru dari Guru anda atau mempunyai hubungan keguruan dari Tali Wasilah yang bersambung sampai kepada Rasulullah. Maka berziarah kepada makam Nabi dan Wali akan memberikan anda cahaya yang gemilang yang bisa memusnahkan segala was-was di hati.

Saya ingin membahas secara panjang lebar tentang keutamaan berziarah ke Makam Nabi dan Makam Wali karena ini merupakan hal yang sangat pokok dan ini pula menjadi sorotan dari orang-orang yang tidak memahami dan menganggap ziarah ke Makam Wali sebagai tindakan yang bertentangan dengan ajaran Agama. Saya mengakhiri dulu tulisan ini, Insya Allah nanti siang atau sore akan saya lanjutkan lagi. Semoga Tulisan ini memberikan manfaat kepada kita semua, Amin ya Rabbal ‘Alamin!

12 Comments

  • mohammad taufiqur Rohman

    alhamdulillah pencerahan dipagi hari untuk bekal sepanjang hari.Kutunggu kelanutannya abang SM.

  • hafed Muhsin

    @admin SM
    ” Jadi kalau hidup anda sudah sedemikian rumit, kegelisahan melanda hati, bayangan akan dosa-dosa yang telah anda lakukan menghantui siang dan malam, barangkali tidak salah mencoba rahasia yang diberikan Allah kepada Musa, tapi anda jangan mencari kuburan Nabi Adam yang sampai sekarang tidak diketahui, berziarah dan sujudlah ke Makam Rasulullah saw yang keutamaan Beliau di atas Nabi Adam as”.
    Komen sy : admin menulis “………..sujudlah ke Makam Rasulullah saw ……” Semoga kalimat ini hanya sabqul qalam dan bukan unsur kesengajaan. Atau mungkin ada penjelasan lain, mohon share ilmunya untuk pencerahan.

    • hafed Muhsin

      @admin
      assalamu ‘alaikum wr.wb
      Mana nih tanggapan @admin u coment sy di atas?. Dlm urf syara’ kata sujud tentu bermaksud dengan merendahkan kepala dlm keadaan tersungkur sbg yang kita ketahui. Setahu sy sujud tidak diperbolehkan kepada selain Rabbul arbab hatta ulama yg membolehkan tawassul tak pernah sy jumpai tulisan tentang bolehnya sujud waktu ziarah makam. Bagaimana mungkin sdr. @admin menulis kata sbg yang sy kutip dlm coment di atas. Klu @admin mau menghapus kata ‘ sujudlah’….tapi klu tidak ya haatu burhanakum….

      • SufiMuda

        Wa’alaikum salam
        Tentang sujud sebagai penyembahan dan sujud sebagai penghormatan yg menjadi bahan perdebatan ulama ini sudah pernah saya bahas disini walau tidak secara menyeluruh.
        Terimakasih atas pertanyaannya yg menggugah saya untuk menulis sebuah tulisan untuk menjawab dan menguraikan pertanyaannya tentang sujud ke makam Nabi.
        Salam

    • cakdi

      sujud dan menyembah rasanya tidak sama.. Allah memerintahkn iblis sujud kepada Nabi Adam a.s.. bukan berarti menyuruh iblis menyembah kpd Nabi Adam? tentunya hanya Allah yng patut disembah… Hanya bahan renungan.
      Bismlah WAlhmdlh

  • Rinaldi Mokoz

    Terimakasih abang SM, semoga senantiasa di karuniai kesehatan agar dpt terus menulis.. oya, bukunya dah nyampe. Wsalam.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca