Tasauf

Nama SUFI Sudah Dikenal Zaman Pra Islam

Bantahan Terhadap Orang Yang Berkata : “Kami Tidak Pernah Mendengar Nama Sufi Sebelumnya dan Nama Itu Tentu Nama Baru Diciptakan”

Jika ada seseorang bertanya, “Kami tidak pernah mendengar istilah ash-Shufiyah dikalangan sahabat Rasulullah saw., tidak juga di kalangan kaum setelah mereka (tabi’in). Sedangkan yang kami ketahui hanyalah sebutan ‘Ubbad (Ahli Ibadah), Zuhhad (Ahli Zuhud), Sayyihin (para pengembara) dan fuqara’ (orang-orang fakir). Tidak pernah ada riwayat yang menuturkan, bahwa salah seorang di antara para sahabat dipanggil dengan sebutan Sufi”.

Maka kami perlu menjawab, (semoga Allah memberikan taufik kepada kita) bahwa bersahabat dengan Rasulullah saw itu memiliki kehormatan dan kekhususan tersendiri. Sehingga tidak mungkin ada sebutan (nama) lain yang lebih mulia dari sebutan sahabat yang diberikan kepada mereka. Karena hal itu merupakan kehormatan dan kemulyaan Rasulullah saw. Apakah Anda tidak melihat, bahwa mereka adalah imam-imam kaum yang zuhud, ahli ibadah, penuh tawakal, orang-orang miskin, ridha, bersabar, penuh khusyu’ dan seterusnya. Mereka mendapatkan itu semua hanyalah karena berkat persahabatan mereka dengan Rasulullah saw. Tatkala mereka dinisbatkan pada persahabatannya dengan Rasulullah yang merupakan kondisi spiritual paling mulia, maka tak mungkin ada sebutan lain yang lebih mulia daripada sebutan sahabat, Semoga Allah member taufik kepada kita semua.

Adapun pendapat orang yang mengatakan, bahwa sebutan (nama) Sufi adalah nama baru yang diciptakan oleh orang-orang Baghdad, maka hal ini sangat mustahil. Sebab nama ini sudah dikenal pada zaman Hasan al-Bashri. Sementara Hasan al-Bashri sempat menjumpai sekelompok orang dari sahabat Rasulullah saw. Dan diriwayatkan darinya, bahwa ia berkata, “Saya pernah melihat seorang Sufi ketika sedang tawaf di Ka’bah. Kemudian saya memberinya sesuatu, namun dia tak mengambilnya. Lalu ia berkata, ‘Saya masih memiliki empat keeping dananiq (mata uang yang nilainya 1/6 dirham), cukuplah apa yang saya miliki ini’”.

Diriwayatkan dari Sufyan ast-Tsauri (rahimahullah) ia berkata, “Andai bukan karena Abu Hasyim as-Shufi (seorang Sufi) saya taka an mengerti rahasia-rahasia riya’ yang sangat pelik dan sangat samar”.

Dalam kitab yang mencatat seluruh perihal kota Mekkah, dari Muhammad bin Ishaq bin Yasar dan dari yang lain, disebutkan, “Bahwa pada zaman sebelum Islam, sesuatu ketika kota Mekkah pernah kosong tanpa penghuni, hingga tak seorang pun yang tawaf di Ka’bah. Suatu saat datang seorang Sufi dari sebuah negeri yang jauh, kemudian ia tawaf di Ka’bah dan kemudian pergi”.

Jika cerita ini benar maka hal itu menunjukkan bahwa sebelum Islam nama Sufi ini sudah dikenal. Sebuah nama yang dinisbatkan untuk orang-orang saleh yang memiliki sifat-sifat utama. Dan hanya Allah Yang Mahatahu.

Sumber : Al-LUMA’ (Lajnah Nasyr at-Turats ash-Shufi), Karya Abu Nashr As-Sarraj.

Sumber Gambar : maskunaryatun.blogspot.com

4 Comments

  • arkana

    Di masa Rasulullah, sufi adalah sebuah realitas tanpa nama, sekarang, sufi adalah sebuah nama, tetapi hanya sedikit yang mengetahui realitasnya

  • Ruslianto

    •Sufi-Sufi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, (Sufi-Sufi di Zaman Nabi Isa,AS dan Nabi Yahya As) Bagian pertama.

    FAKTA SEJARAH ~ Dua temuan besar (Desember 1945, dan 1947) yang menggegerkan ummat beragama utamanya ummat Kristiani telah terjadi, Pertama temuan Desember 1945 tentang ditemukannya didalam gentong yg sangat tua oleh warga Mesir bernama Muhammad Ali,…berisikan 13 lembar kulit dan 50 risalah , pada bagian akhir dari risalah kedua di codex II koleksi risalah terdapat sebuah judul teks yg telah hilang selama ribuan tahun : Peuaggelion Pakta Thomas, Injil menurut Thomas (Manuskrip Koptik berisikan Injil Thomas yg berasal dari tahun 350 masehi),.
    Injil Thomas (ini) diperkirakan dari tahun 100 M, edisi paling awal diperkirakan dari tahun 50-60 M. (Perlu diketahui bahwa Injil Thomas tdk berbentuk cerita naratif seperti 4 injil lainnya, namun berisi perkataan-perkataan Yesus), kalau dibaca oleh seorang Muslim seperti penulisan hadist namun tanpa sanad.
    Para Sarjana Bible mulai mengkaji dan membandingkan-NYA dgn 4 injil sinoptik yg diakui oleh Gereja (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes),…. Semangat “mereka” ialah menjawab pertanyaan umum “apa sih yang sebenarnya yang di sabdakan oleh Yesus pada zaman itu ?,……. pertanyaan akhirnya terjawab dalam sebuah kesimpulan dalam laporan mereka (The Five Gospel Thn.1993), bahwa dari injil-injil yang ada, hanya terdapat 18% saja yang “asli” perkataan Yesus. Lalu sisanya …?
    Hasil kajian ini tentu saja membuat geger dunia Kristiani, Lain dari pada itu, yang patut dicatat bahwa, dari 114 sabda Yesus dalam Injil Thomas (hasil temuan tsb), tidak satupun ada pernyataan ataupun isyarat tentang doktrin “penyaliban” atau penebusan dosa melalui kematian Yesus di tiang kayu salib.
    Siapakah orang-orang yang mendiami wilayah Qumran, antara pertengahan abad ke-2 SM hingga pertengahan abad 1 M, yang menyembunyikan manuskrip-manuskrip misterius di gua-gua Laut Mati ? Para ilmuwan sepakat bahwa naskah kuno tulisan tangan yang ditemukan di Qumran itu adalah milik sekte Yahudi yg menamakan diri mereka “Esenes”.
    Profesor Abbas Mahmud Al-Aqqad dalam buku “Hayat al-Masih”, edisi ke-2 menyatakan:

    “Pendapat yg paling akurat dari berbagai tesis yg ada bahwa sekelompok orang-orang khusyu, yang menghuni rumah peribadatan di Qumran itu adalah sekelompok esenes, salah satu sekte konsepatif dan sangat keras mempertahankan hokum-hukum agama yahudi, yg menantikan keselamatan mereka dengan kedatangan Sang Juru Selamat yang dijanjikan., merupakan kelompok bani israel yg paling bersih dari perbuatan perbuatan dosa dan hawa nafsu. Mereka beriman kepada hari kiamat, kebangkitan dan kerasulan Al Masih, dan pendapat kami bahwa nama Esenes berasal dari deripasi “asi” yang artinya tabib”.

    Wass. (Bersambung)…….

  • Ruslianto

    .Sufi-Sufi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, (Sufi-Sufi di Zaman Nabi Isa,AS dan Nabi Yahya As) bagian kedua

    Penemuan menggemparkan kedua tahun,1947 di Qumran (dekat Laut Mati). Yang kedua penemuan tsb yg kemudian dikenal dengan Gulungan Naskah Laut Mati (the Dead Sea Scrolls) yg ditemukan oleh seorang anak pengembala kambing bernama Ad-Dib, Gulungan manuskrip yang ditemukan berisi tulisan kitab Perjanjian Lama, oleh sebuah komunitas yg diidentifikasi sebagai salah satu sekte Yahudi, yaitu sekte Esenes dan memberikan gambaran tentang masa-masa awal sejarah kristen dan terkaitan gerakan Nazaren (pengikut Yesus dari Nazaret) dgn sekte tsb.
    Dalam gulungan tsb menceritakan sebuah komunitas yang terdapat seorang Nabi yang sezaman dengan Yesus yaitu Yahya As, atau Yohanes Pembabtis-menurut tradisi Kristen.
    Dalam penemuan tsb, tergambar bahwa Sekte Esenes terbagi menjadi dua kelompok; PERTAMA, hidup layaknya seperti rahib dan tidak menikah, sedangkan kelompok KEDUA ; hidup bersahaja dan menikah. Meskipun di antara keduanya ada perbedaan, namun semua penganut Esenes mempunyai semangat menjauhkan diri dari dunia materi dan kesenangan hidup, Tidak ada diantara mereka kelompok kaya dan kelompok miskin, karena semuanya menjadi satu dalam hal kepemilikan. Esenes meyakini bahwa wujud materi yakni jasad manusia adalah wujud temporal yang fana. Sedangkan wujud yang hakiki ada di alam kehidupan arwah, dan oleh karena itu mereka tidak takut mati, karena hakekat kematian telah mereka rasakan dikala hidup didunia dan mempercayai adanya Hari Kiamat.
    Orang- kelompok Esenes hidup dalam kelompok-kelompok secara bersahaja, mengenakan selendang putih sebagai ciri khas. Rutinitas keseharian mereka dimulai dgn bagun pagi untuk melaksanakan “shalat fajar” kemudian pergi ke ladang karena sebagian besar mata pencarian mereka adalah bercocok tanam, Mereka mengerjakan shalat yang kedua saat Matahari tenggelam dan sesudah itu berkumpul bersama anggota keluarga untuk makan malam, yang umum terdiri dari roti dan satu macam jenis sayuran. Bersuci dengan menggunakan air sebelum melakukan shalat, merupakan tradisi ibadah yang sangat penting dan dipegang teguh oleh Para pengikut Esenes.
    Bukan hal yg sederhana bagi siapapun untuk menjadi anggota sekte (ini) khususnya wanita ,karena kelompok ini tidak menerima keanggotaan dari kaum hawa. Orang-orang Esenes (Jemaat ini diperkirakan sudah ada sejak puluhan tahun sebelum kelahiran Nabi Isa AS) mempunyai kebiasaan yang sangat unik, yaitu memanfaatkan sebagian besar waktu malam untuk membaca Taurat juga kitab nabi-nabi, khusus kitab Yeyasa.Mereka menafsirkan kitab suci mereka secara “metaforis”, bukan harfiah . Esenes mengharamkan para pengikutnya untuk melakukan sumpah, kecuali hanya satu jenis sumpah yaitu sumpah menjaga kerahasian sekte pada saat diterima sebagai anggota kelompok, kerahasiaan ini berkenaan dengan nama-nama Malaikat, yang menjadi kewajiban anggota untuk menghafal-nya, dan perlu kiranya diketahui; bahwa penganut Yahudi pada umumnya “tidak percaya adanya malaikat”.

    Penemuan Arkeologi ini akhirnya mendorong sekian banyak pemerhati Kristologi untuk mengkaji naskah-naskah tsb. Kajian-kajian tentang “The Dead Sea Scrolls” amatlah banyak, “diantaranya” yang membuat geger dunia Kristen yaitu Laporan Barbara Theiring, dalam bukunya “Jesus the Man” yg artinya Jesus (itu) adalah manusia, dan dlm penelitian selama 20 thn terhadap naskah tsb; bahwa Yesus adalah seorang manusia biasa (Yg diberi gelar oleh kelompok esenes sbg “Guru Bijak”), yang pemikirannya berseberangan dgn “Pendeta Jahat” (yaitu Kelompok Pendeta Jahudi Ortodok di zaman Yesus) dan menyata- kan dgn gamblang bahwa Yesus melakukan pernikahan (dengan Maria Magdalena ?) bahkan berpoligami, … Tonton Film Dapinci code.

    * Penjelasan ttg shalat fajar : bahwa munajat kelompok Sekte Esenes dilakukan dgn gerakan membungkuk pada saat menjelang terbit dan tenggelam matahari (itu tentu bukan shalat seperti kaum muslimin shalat) tetapi “gerakan munajat” seperti itu sudah dikenal sejak/ sebelum 2000 tahun yang lalu… (Fakta sejarah).

    Bersambung ?? Wass.

  • Ruslianto

    . Sufi-Sufi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, (Sufi-Sufi di Zaman Nabi Isa,AS dan Nabi Yahya As) bagian ketiga.

    Manuskrip Laut Mati yang ditulis abad ke-2 SM, dimaksud merupakan kumpulan tulisan tangan kuno (berbahasa Aramik ~ Ibrani) yang berhasil ditemukan (tak sengaja) antara tahun 1947-1956 di dalam gua-gua tersembunyi di pegunungan yang terletak di sebelah barat Laut Mati, antara lain ; kawasan Qumran, Muraba’at, Khirbat, Mrd, Ein Jeda dan Masada. Penemuan tersebut, khususnya yg berasal dari wilayah Qumran atau Umran (wilayah Tepi barat Jordania yg berjarak hanya beberapa kilo meter selatan Yerikho/Areeha, yg merupakan daerah komplik berkepanjangan antara Palestina dan Israel) Hal mana yang semenjak setengah abad yg lalu, membawa dampak serius bagi pola pikir peneliti-peneliti Yahudi dan Kristen di seluruh Dunia dan aneh nya bagi sebagian besar umat Muslim, menganggap temuan ini biasa- biasa saja (mungkin menganggap urusan keyakinan/agama “orang lain”) padahal Allah SWT sedang “menguak tabir” sejarah masa lampau dan membenarkan apa-apa yang tersirat maupun tersurat dalam Al Qur’an, terutama ttg sosok Isa.As, Yahya As, DAN adanya suatu keyakinan Kelompok Esenes Yang memiliki kehidupan sehari-hari dgn ajaran tasawwuf dan orang-orang Esenes adalah Sufi dizaman itu DAN sekaligus “membuka takbir” bahwa Kitab Injil yg sekarang beredar adalah campur tangan (diubah) oleh manusia, (Maha Benar Allah Dengan Segala Firman NYA) dan Penemuan arkeologi itu tidak didapati adanya “doktrin penyaliban”.

    Penemuan-penemuan spektakuler itu, secara pasti membawa perubahan, dan berdampak pada banyak struktur kepercayaan yang selama ini diyakini, terutama di Palestina.
    Ramai-nya opini yg berkembang sehubungan dengan penemuan naskah-naskah Laut Mati, nyaris melalaikan adanya “penemuan lain” yang tidak kalah penting-nya (pula) di wilayah pegunungan (pada jajaran di-150 gua-gua) di Nag Hamadi pinggiran Mesir sebelah selatan, yang dua tahun lebih awal sebelum ditemukannya naskah-naskah Qumran, yang tertulis dalam bahasa Koptik.
    Naskah-naskah Koptik yg berhasil ditemukan di Nag Hamadi (Mesir) itu sesungguhnya berisi tulisan-tulisan yg dibuat oleh Jemaat-jemaat yg muncul pada awal abad pertama Masehi, yang dikenal dengan sebutan “al-arifin”, yang memiliki kemiripan besar dengan Thariqat Sufi pada zaman sekarang, Jemaat ini menganut paham “dualisme wujud” jasad dan ruh yg senantiasa dalam pergulatan sepanjang masa. Jemaat Arifin (ini) bercita-cita untuk sampai kepada makrifat hakiki ,Yang dalam pandangan mereka-bukan makrifat yang dicapai melalui eskperimen dan indera, karena itu bersifat jasadi. Namun makrifat yang sesungguhnya adalah mencapai pengetahuan tentang ruh illahi yang tinggi. Dan tidak akan mampu mencapai derajat ini kecuali melalui makrifat manusia pada diri sendiri. Jemaat Arifin-lah yang mula-mula merumuskan dasar-dasar Ilmu Jiwa.
    Kutipan dalam naskah hasil temuan tsb diungkapkan ; Untuk bisa mencapai makrifat hakikat diri,orang-orang Jemaat Arifin tidak segan-segan meninggal- kan harta kekayaan dan profesi mereka untuk “hidup menyendiri” dan hidup sebagai ahli ibadah (ber~uzlah ?). Mereka hanya makan sepotong roti dan seteguk air, menurut kepercayaan mereka, makrifat ruhiyah menuntut adanya penundukan jasad dan hawa nafsu hingga mampu mencapai derajat kebeningan jiwa. Sebagian besar waktu dipergunakan untuk beribadah, serta membaca tulisan-tulisan Jemaat, atau menulis hal- hal baru dan membacakannya pada setiap pertemuan reguler.
    Lebih penting lagi, dalam manuskrip tersebut terdapat peng~ingkaran jemaat “Arifin” terhadap kisah penyaliban Romawi terhadap Yesus dan pemakaian kunci kehidupan Mesir sebagai lambang kebangkitannya. Mereka mengatakan bahwa Yesus tidak menampakkan diri di depan para murid dalam wujud jasad, tetapi penampakannya adalah penampakan rohani.

    Yesus bersabda :
    “Lihatlah kerajaan di langit, niscaya burung-burung langit akan mendahuluimu kesana. Jika mereka mengatakan kepadamu; Kerajaan itu di dalam air, niscaya ikan-ikan akan mendahuluimu kesana. Kerajaan itu berada di dalam dirimu,… ketika kalian semua mengenali diri kalian, saat itu kalian akan menjadi mengerti (Arifin)… Tetapi, jika kalian tidak mengenalinya, kalian akan hidup dalam kefakiran, bahkan kalian adalah kefakiran itu sendiri”.
    Begitulah sebagian “kecil” terjemahan naskah kuno huruf/bahasa koptik kuno yang ditemukan di Nag Hamadi (Mesir selatan), yang Para Peneliti menyebutnya sebagai “perpustakaan besar” karena (didaerah itu) menyimpan 52 buah naskah dalam 1152 halaman yang terbagi menjadi 13 jilid yang tertulis dari ribuan lembaran kertas papirus yang diawetkan.

    Sumber : The Dead Sea Scrolls (Misteri Naskah Laut Mati) Diterjemahkan dari judul asli “Makhtutat al-Bahr al-Mayyit” Karya Ahmad Osman~asy-Syuruq, Cairo~1996.

    Demikian dulu, mohon maaf ~Wass;

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca