Tasauf

Lebih Dalam Tentang Mursyid dan Wasilah (2)

allah-muhammadDalam tulisan Lebih Dalam Tentang Mursyid dan Wasilah telah kita uraikan bahwa Guru Mursyid pada hakikatnya adalah nur (cahaya) dan pengertian nur disini adalah “irsyad” petunjuk kepada Allah SWT. Jadi definisi cahaya dalam hal ini adalah akibat balik dari sesuatu. Nur yang dimaksud disini bukan seperti cahaya yang kita lihat dengan panca indera lahir, melainkan nur yang relatif abstrak yang mempunyai kekuatan dan getaran tak terhingga. Dengan kekuatan nur itu manusia yang menempuh jalan spiritual di bawah bimbingan guru mursyid akan mencapai tingkat ma’rifat (kenal) dengan Allah Ta’ala. Dengan nur itu pula mereka dapat mengetahui hakikat dari sesuatu hal.

Sering muncul pertanyaan bagaimana supaya kehebatan nur (energi Ilahi) tersebut bisa membawa peranan dalam kehidupan manusia terutama dalam menghampirkan diri kepada Allah SWT?. Sebuah pertanyaan yang cukup baik. Nur itu harus dimasukkan ke dalam jiwa sampai ia meragasukma di dalamnya, bukan dimasukkan ke dalam akal atau pikiran. Kenapa? Alasan logisnya karena akal manusia bersifat lupa dan lalai dalam hidupnya.

Bila energy Ilahi tersebut masuk kemudian meragasukma di dalam jiwa, maka ia akan menjadi bagian dari jiwa atau sukma itu sendiri. Karena sukma mempunyai dimensi yang lebih tinggi dari pada akal dan pikiran. Bila nur itu dimasukkan ke dalam akal, jangankan bisa terbawa mati, di dalam tidur pun sudah pasti terlupakan. Akal termasuk katagori jasmani, maka ia tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau rahasia ketuhanan yang ada di alam mahahalus – alam metafisika. Derajat alam gaib dengan alam fisik terdapat perbedaan yang cukup besar.

Begitu pula meragasukmakan energi Ilahi di dalam diri, tentu tidak semudah yang dibayangkan, ada metodologinya. Metodologi itu ada dalam Tarekatullah yang haq dan harus melalui petunjuk seorang guru yang mursyid. Setelah itu barulah manusia dapat ber-tajalli dengan Tuhan, bukan hulul (menyatu diri). Mahatinggi Allah SWT dari menyatu dengan sesuatu yang selain dia.

Mengapa diperlukan petunjuk dari seorang guru mursyid? Jelas, karena guru mursyid adalah khalifah Rasul, sekaligus sebagai terompet Rasul, yang telah teruji secara historis dan dalam konteks ilmiah mewarisi nur/energy Ilahi langsung dari Rasulullah. Dengan nur itu maka rohaninya dapat berpengaruh seperti pencahayaan dari satu lampu ke berbagai lampu. Cahaya itulah yang membua tabir rahasia yang ditinggalkan tertutup oleh Rasulullah.

Para Nabi dan Imam dan Imam memang memiliki persepsi yang tinggi. Hanya mereka yang bisa melihat kemulyaan Allah. Itu satu keunggulan nyata yang diberikan Allah secara khusus kepada orang-orang pilihan-Nya. Orang pilihan Allah adalah manusia yang dilindungi dan dicintai-Nya, yang dicirikan secara khusus, serta ditunjuk untuk mewujudkan tindakan-tindakan-Nya. Mereka, secara istimewa dianugerahi bermacam-macam keajaiban (karamah), disucikan dari hawa nafsu, sehingga segenap pikirannya tertuju kepada Allah semata. Allah Ta’ala telah memuliakannya atas hamba-hamba yang lain.

Bukti kemulyaan itu oleh penganut ajaran sufi telah dikaji secara naqli dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka tak heran jika kemudian guru mursyid diyakini sebagai perwakilan dari wujud Allah, hidupnya adalah pengganti dari hidup Allah, sifatnya adalah pengganti dari sifat Allah, kekuasaannya adalah pengganti kekuasaan Allah, kehendaknya adalah pengganti kehendak Allah, pendengarannya adalah pengganti pendengaran Allah, penglihatannya adalah pengganti dari perkataan Allah, dan ilmunya adalah pengganti dari ilmu Allah.

Keyakinan kaum Sufi tersebut cukup normatif sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis Nabi berikut :

  1. Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka (QS. Al-Fath).
  2. Wajah Allah di atas wajah mereka (Hadist)
  3. Kalau mereka melihat Aku-lah matanya (Hadist Qudsi, HR. Bukhari)
  4. Kalau mereka berjalan, Aku kakinya (Hadist Qudsi, HR. Bukhari)
  5. Kalau mereka mengambil, Aku tangannya, (Hadist Qudsi, HR. Bukhari)
  6. Kalau mereka digempur musuh, Aku lawannya, (Hadist Qudsi, HR. Bukhari)
  7. Rahmat-Ku Aku titipkan padanya untuk ditaburkan pada ummat-Ku. (HR. Al Qudha’ie dari Abi Said).
  8. Mereka man-syafaati seperti Rasul mensyafaati mensyafaati (HR. Ibnu Majjah).
  9. Kalau mereka duduk, Aku temannya, (Hadist dalam Al-Atsar Ihya Ulumuddin).
  10. Mereka yang (rohnya berisikan Nuurun Alaa Nur bersama-sama) sederetan duduknya dengan para Nabi. (QS. An-Nisa : 69).
  11. Kalau namanya disebut, Ummat pun telah menyebut nama-Ku dan sebaliknya jika nama-Ku disebut ummat, telah turut disebut nama di dalamnya. (HR. Tabrani, Al Hakim dan Abu Naim).
  12. Bumi dan langit-Ku tak berdaya menjangkau Aku, namun Aku telah dijangkau oleh Ruh/Hati hamba-Ku yang Ku-kasihi (yang Ruhnya berisikan Nurun Ala Nurin) (HR. Ahmad).

Kemudian bukti signifikan bahwa guru mursyid sebagai ulama pewaris Nabi (al ulama warasatul ambiya), terlihat dari jejaknya yang menapaki jejak Nabi sendiri. Mulai dari bentuk alamanya sampai pada soal rupanya. Keduanya memiliki rupa yang qadim dan juga azali. Hidupnya berada dalam dua alam sebagaimana di isyaratkan oleh Nabi dalam sabdanya :

“al-mu’minu hayyun fiad-darin” (Orang-orang mukmin itu hidup di dua alam).

Namun demikian, keduanya tetap memiliki perbedaan dan pembatas yang jelas. Misalnya dalam hal kenaikan dalam pencapaian spiritual, nabi-nabi terjadi secara menyeluruh, sementara para wali-wali hanya terjadi secara bathiah atau dengan rohani saja. Badan seorang nabi menyerupai hati dan roh seorang wali mursyid dalam kesucian dan kedekatan dengan Tuhan. Inilah satu keunggulan nyata. Bilamana seorang wali terkuasai perasaannya ia lepas dari dirinya melalui tangga rohani dan didekatkan kepada Tuhan. Semua bukti itu terbentuk dalam pikirannya dan ia memperoleh pengetahuan tentang bukti-bukti itu.

Sebenarnya persoalan ini telah Allah tunjukkan dalam peristiwa isra’ dan mi’rajnya Rasulullah, tapi jarang manusia yang mau mendalaminya. Rasulullah tidak akan sampai kehadirat Allah SWT tanpa energi Ilahi, nur Ilahi, wasilah Allah, atau yang dikiaskan sebagai Al-Buraq. Energi Ilahi mempunyai kecepatan dan kekuatan yang tak terhingga. Energi inilah yang ditanamkan oleh Allah dalam diri Rasulullah.

Demikian uraian singkat tentang Guru Mursyid dan insya Allah pembahasan ini nanti akan saya lanjutkan lagi. mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan manfaat untuk kita semua dan saya pribadi selalu bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya berkenan memperkenalkan kekasih-Nya kepada saya sehingga dengan bimbingan yang penuh kasih sayang dari kekasih-Nya tersebutlah yang membuat saya bisa memahami tentang Tuhan. Pembahasan tentang mursyid beserta dalil-dalilnya dan keutamaan mempunyai Guru Mursyid serta pendapat para ulama tentang keutamaan berguru sudah pernah saya tulis di sini. Dibawa ini saya cantumkan 12 tulisan tersebut, silahkan dibaca semoga bermanfaat!

  1. Syarat dan Kriteria Mursyid Menurut Prof. Dr. S.S. Kadirun Yahya MA. M.Sc
  2. Pendapat Imam Al Ghazali Tentang Pentingnya Mursyid
  3. Rabithah MURSYID
  4. URGENSI KEMURSYIDAN
  5. Siapa Yang Tidak Memerlukan Pembimbing (Mursyid)?
  6. NUR MUHAMMAD
  7. Ber Wasilah kepada MURSYID
  8. Berguru Kepada MURSYID
  9. Wasilah, Cara Berkenalan Dengan Allah (Bag. 1)
  10. Wasilah, Cara Berkenalan Dengan Allah (Bag. 2)
  11. WASILAH, Cara Berjumpa Dengan Allah
  12. Siapakah Wali Allah itu?

27 Comments

  • Rinto

    Salam hormats n salam sejahtera tuk bang Sufi muda,bs dikatakn smua artikelnya dah sy baca n sangat menambah wawasan,thanks,,lanjutkn..

  • Candra

    Terima Kasih Abg SM.
    Sungguh suatu Kemuliaan bagi Kami membaca setiap tulisan2 SM.
    Dizaman sekarang ini sangat jarang ulama membahas bagaimana cara atau metode untuk mengenal dan mendekatkan diri kpd ALLAH.
    Maju terus SM:-)

  • Ruslianto

    SEKEDAR PEMBERITAHUAN, atau menurut firasat saya,… 2013 ini Bg.Sufi Muda sedang berada di DALAM dan MENGGALI LEBIH DALAM,… seMOGA ALLAH SWT memberi lagi ILMU kepada beliau dan bermanfaat bagi “kita” penggemar tharekat.
    ammiinn.

  • iman fhatoni

    asalamualaikum wr wb…semua artikel sufi muda hampir semua sdh sy bc…!!!dan isi,nya jg bgus2..!di sni sy ha,nya,ingin menyampaikan saran,mudah2an sufi muda dalam menyampaikan artikel telah memenuhi..ADAB kpda GURU panjenengan..>apa2 yg boleh dan tidak di sampaikan secara umum,karena dalam bljar ilmu tarekat adalah sesuatu yg tidak umum..kecuali kpda sdra yg telah ber bai,at(baik satu ilmu terlebih yg satu guru)untuk saling asah,asih,dan asuh…demikian terima kasih,mohon maaf bila ada kta2 yg tidak baik…terus berkarya u sufi muda…salam dari korea.

    • SufiMuda

      Wa’alaikum salam wr. wb.
      Terimakasih atas kunjungan dan sarannya.
      Alhamdulillah kontak hubungan rohani saya dengan Guru masih terjalin dengan baik. Tidak satupun tulisan ini muncul kecuali telah mendapat izin dari Beliau.
      Yang dilarang oleh Guru adalah menyampaikan amalan-amalan zikir, karena kalau diamalkan oleh orang yang belum mempunyai Guru Mursyid akan bisa disusupi setan dan mengambil power dari setan pula.
      Kemudian tidak boleh menyampaikan kaji-kaji suluk, dimana kaji tersebut hanya boleh disampaikan ketika suluk dalam kondisi se penerima bersih dan si pemberi bersih.
      Saya disini tidak secara terang terangan menyebutkan siapa Guru saya. Bisa jadi kita satu Guru bisa jadi tidak. Yang kita tonjolkan bukan sosok manusianya tapi Mursyid secara umum sehingga semua pengamal tasawuf merasa nyaman untuk membacanya.
      Kalaupun ada kesalahan dari apa yang saya sampaikan, itu semua kesalahan dan tanggung jawab saya pribadi. Karena saya masih seorang murid dan akan tetapi menjadi seorang murid sampai akhir hayat, maka tentu peluang untuk saya salah sangat besar.

      Sekali lagi terima kasih, semoga Allah memberkahi kita semua, amin

  • penjahat liar

    Assalamualaikum…
    Bg sufi muda, aq pengen nanya ne . . .
    Apa semua orang bisa mendapatkan nur Allah ?
    Dengan cara apa kita bisa mendapatkannya ?
    Dan klo kita melakoninya, seperti apa tanda tandanya ?, mohon kiranya bg sufi muda berkenan memberi bimbingan kepadaku, aq orang yg belum mengerti ttg hal ini, mhn kiranya di beri penjelasan walau sedikit, demikian, mhon maaf bila ada kata yg kurang berkenan

  • Ruslianto

    Si Penjahat Liar; bertanya : “Apakah semua orang bisa mendapatkan nur Allah?” (Maaf Bg.SM, saya coba menjawab sekiranya kurang sempurna, yah itu-lah saya).
    Tidak semua orang dapat nur Allah, setidak-tidaknya orang tersebut hendaklah di”bersih”kan dulu “diri” nya, Diri yg mana ? terutama adalah diri yg bathin (rohani) nya, Dan Allah mengatakan bahwa mereka yg membersihkan diri (itu) adalah termasuk orang yg beruntung;
    Al Qur’an Asy Syam 8,9 dan 10 :
    Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha Qad aflaha man zakkaha, wa qad khaba man dasaha.
    Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kepasikan dan ketaqawaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

    Dan Setelah berusaha membersihkan “rohani” dengan metode dari “Orang pilihan” yang Kamil MUkamil dan tentu Ia Seorang Mursyid. Maka isi rohani itu dengan dzikrullah; sesuai Perintah Alah ;
    Al Qur’an Al-A’laa ayat 14-15 :
    Kad aflaha man tajaaka, wa jakarassmaa robbihi fa sholaa.
    Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan dia berdzikir menyebut nama Allah lalu dia sembahyang.

    Hal yg demikian-lah Orang beriman agar mencontoh apa-apa yg diperbuat Rasulullah s.a.w :
    Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (berdzikrullah).

    Maka, berhak-lah seorang yg beriman “menerima” Qur’an yg hakiki, karena Al Qur’an yg nur akan mendatangi “nur” yg suci (pula);
    Al Qur’an Suraah Al Waqiah ayat 77 – 81 :
    Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, dalam kita yang terpelihara, tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang di sucikan, Diturunkan dari Tuhan Semesta Alam. Maka apakah kamu menganggap remeh sahaja Al Qur’an ini ?

    Wass: semoga menjadi renungan, mohon maaf Bang SM, jika ada kekurangan dan sikap mendahului.

    • Ruslianto

      (all Boy) keliru ?? Allahu alam bi sawwab,.. Menurut hemat saya lebih kepada “partner” yg dalam riyadhoh menuju Illahi Rabbi.

  • edy

    Salam kenal bang SM, tulisan Saudara sungguh2x banyak manfaat bagi saya. Semoga kedepan bisa semakin bertambah manfaatnya.
    Ada satu pertanyaan yg muncul seketika dan ingin sy ajukan ke bang SM (syukur jika bang SM berkenan menjawab), yaitu maksud dari kata2x =“bahagia setelah selamanya”.
    Terus terang pertanyaan tsb diajukan kepada saya oleh teman saya, tapi sampai saat ini sy belum bisa menjawabnya. Jangankan menjawab, sedangkan pertanyaannya sendiri sy blm paham.
    Mudah2an sy dapat penvcerahan…

  • taufik

    Assalamualaikum.Wr.Wb.
    Maha suci Allah…. dengan segala firmanNya.
    Sungguh luarbiasa artikel yang anda tulis sangat logika bagi saya. Ini artikel anda yang saya kutip

    “Sering muncul pertanyaan bagaimana supaya kehebatan nur (energi Ilahi) tersebut bisa membawa peranan dalam kehidupan manusia terutama dalam menghampirkan diri kepada Allah SWT?. Sebuah pertanyaan yang cukup baik. Nur itu harus dimasukkan ke dalam jiwa sampai ia meragasukma di dalamnya, bukan dimasukkan ke dalam akal atau pikiran. Kenapa? Alasan logisnya karena akal manusia bersifat lupa dan lalai dalam hidupnya.

    Bila energy Ilahi tersebut masuk kemudian meragasukma di dalam jiwa, maka ia akan menjadi bagian dari jiwa atau sukma itu sendiri. Karena sukma mempunyai dimensi yang lebih tinggi dari pada akal dan pikiran. Bila nur itu dimasukkan ke dalam akal, jangankan bisa terbawa mati, di dalam tidur pun sudah pasti terlupakan. Akal termasuk katagori jasmani, maka ia tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau rahasia ketuhanan yang ada di alam mahahalus – alam metafisika. Derajat alam gaib dengan alam fisik terdapat perbedaan yang cukup besar.

    Begitu pula meragasukmakan energi Ilahi di dalam diri, tentu tidak semudah yang dibayangkan, ada metodologinya. Metodologi itu ada dalam Tarekatullah yang haq dan harus melalui petunjuk seorang guru yang mursyid. Setelah itu barulah manusia dapat ber-tajalli dengan Tuhan, bukan hulul (menyatu diri). Mahatinggi Allah SWT dari menyatu dengan sesuatu yang selain dia”

    Artikel anda sangat sangat logika bagi saya. Ilmu Allah yang maha halus begitu sempurna bagi orang orang yang berfikir.

    Sebuah filsafah yang saya dapatkan mengatakan ” jika hatimu bertanya maka jawablah dengan nuranimu tapi akalmu jangan sampai tahu. Wassalam.

Tinggalkan Balasan ke edyBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca