Nasehat

Belajar Dari Pohon

Suatu ketika, seorang guru bertanya pada Sang Maha Guru, “Wahai Maha Guru, aku ingin menjadi guru yang sejati bagi anakku, juga bagi murid-muridku. Apakah Maha Guru memiliki pesan untukku, agar setiap kali mengajar aku akan selalu teringat pesan bijaksanamu?”

Sang Maha Guru terdiam sejenak. Lalu sambil tersenyum arif ia bertanya, “Apakah kamu pernah melihat pepohonan di sekitarmu?”

“Ya, tentu saja,” kata si guru.

Sang Maha Guru bertanya kembali, “Apakah kamu benar-benar melihat dan memperhatikan apa yang mereka lakukan?”

Si guru menggaruk-garuk kepalanya, “Setahuku mereka diam saja dan tidak melakukan apa-apa.”

Sang Maha Guru tersenyum lagi, lalu mulailah ia berpesan :
“Jadilah seperti pohon. Perhatikanlah, ia diam tak banyak bicara hingga kamu tidak menyadari apa yang dilakukannya. Padahal ia selalu memberimu udara untuk dihisap. Lihatlah bagaimana ia memberi udara pada semua orang tanpa memandang apakah kamu miskin atau kaya. Atau apakah kamu lahir dari kelompok etnik tertentu. Ia memberi udara bagi semua orang tanpa memandang agama, ras dan suku bangsa. Apakah kamu bersedia membagi ilmumu untuk semua orang tanpa pilih kasih?”

“Jadilah seperti pohon. Ia tidak banyak berbicara tapi terus bertumbuh setiap hari. Jika sudah tidak bertumbuh maka ia akan mati. Apakah dirimu merasa terus bertumbuh?”

“Jadi seperti pohon. Apabila sudah besar, ia akan menaungi siapa saja yang berada dibawahnya, tak peduli itu manusia atau hewan. Apakah kamu merasa dirimu sudah semakin besar dan menaungi apa saja yang berada dibawahmu?”

“Jadilah seperti pohon yang selalu menyejukkan, memperindah dan mempercantik tempat-tempat gersang. Apakah kamu merasa kehadiranmu telah membuat hati-hati yang gersang menjadi sejuk dan indah kembali?”

“Jadilah seperti pohon. Satu-satu kehidupan yang tumbuh ke atas dan berhasil melawan kuatnya gravitasi Bumi. Apakah kamu merasa dirimu telah berhasil melawan kuatnya godaan dan tantangan akan terus bertumbuh menjadi manusia dan guru yang lebih baik dari hari ke hari?”

“Jadilah seperti pohon yang menyuburkan tanah di sekitarnya dan menyimpan air di bawahnya untuk kehidupan semua makhluk hidup lainnya. Apakah kamu sudah menyuburkan lingkungan sekitarmu?”

“Jadilah seperti pohon, Seandainya sudah mati pun tubuhnya masih berguna bagi kesuburan tanah atau menjadi bahan baku tempat tinggal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.”

Menurut Anda, apakah kita sudah lebih baik dari pohon?

Dikutip dari buku Ayah Edi, “Membangun Indonesia yang Kuat dari Keluarga!”

26 Comments

  • wardiatie soetikno

    Kepingin bs menjadi spt pohon, memang hrs diniatkan ….dan dimulai agr hidup ini bs manfaat bg smua…Aamiin

  • Candra

    Sepertinya perumpamaan pohon ini sungguh luar biasa.
    Saaya yakin hanya beberapa orang saja didunia ini yang bisa seperti itu.

    Terima Kasih Abangda SM
    Seperti biasa artikel2nya selalu memberikan pencerahan.

  • abas julian

    wah, ternyata diri ini bukan apa2, orang penuh luput, lupa dan melakukan sesuatu pun masih ria penuh angkuh dan sombong, harus banyak belajar dan memperbaiki diri, dari pohon yang mungkin tidak kita perhatikan ternyata banyak yang kita petik pelajaran, bagi orang yang memperhatikan lagi memikirkan. Trimakasih pencerahannya.

  • Muhammad Basori

    Thanks…untuk matrei perenungan yang sangat indah…saking indahnya…kita jadi lupa akan pesan sebenarnya yang adadi dalamnya…trims…semoga kita bisa mengikuti jejak…dari pesan “sebuh pohon”…wassalam

  • suhedi ed

    Betul….. Semakin tinggi sebuah pohon maka akarnya juga semakin menghujam ke tanah, kokoh dan kuat. Ilmu makrifat di ibaratkan seperti akar yang menghujam tersebut. Tapi perlu di ingat pohon yang tinggi maka angin yang menerpa juga deras maka perlu ditumbuhkan bibit- bibit baru disekitar pohon itu sehingga tidak mudah tumbang seperti pohon bambu, angin sekeras apapun insayallah dengan izin Allah akan tetap bertahan. Salam

  • deva

    Saya bermimpi Bertemu Nabi Muhammad SAW di dlm mimpi saya beliau selalu membawa anak kecil di daerah itu banyak sekali Pepohonan dan dia disiapkan menjadi Panglima Pasukan nya ada yg bisa menjelaskan mimpi saya aakah Anak itu Imam Mahdi?

    • rifat rif

      kita lihat presiden ketujuh besok……… tidak sembarang orang bisa mimpi bertemu Rosullulloh, smoga anda slalu mendapat rahmat dan ridho Alloh SWT. Amin

  • Eyowae

    Untuk belajar dan bisa belajar seperti itu sangat sulit terkecuali kita udah tau siapa diri ini ,untuk apa kt diciptakan dan apakah kita udah bisa disebut manusia atau blm karna yg disebut manusia itu gaib yg terlihat hanya wujudnya saja nah manusianya mana syarat jd manusia itu harus mempunyai zdat,sifat,asma dan af’al apakah yg semua itu udah sesuai dgn apa yg diperintahkan sang pencipta.

  • Ruslianto

    Ass. Doeloe (thn.1980-an) ada terlintas juga pemikiran seperti (Eyowae) ini, terasa sulit memang jika menyadari jati diri yang belum cukup mumpuni, namun dorongan hasrat dalam jiwa, terus memanggil berupa derunya degub jantung untuk mencari dan ingin bertemu dan mendekatkan DIRI dengan Allah, sangat-lah kuatnya.
    Alhamdulillah, dengan berbisik-bisik/mendekati “teman” lalu sedikit bertanya dan coba pasrah memahami,…saya pun “nyemplung” dijalan thareqat (ini),..Alhamdulillah (lagi) akhirnya apa-apa yang saya merasa kurang, terlengkapi lah sudah,…(seperti) apa yg Eyowae bilang (itu) zdat,sifat,asma dan af’al bahkan lebih dari itu,…Alhamdulillah (lagi-lagi) terasa saya pahami,dan rasakan,… padahal doeloenya saya tak ngerti apa-pun (dibanding sekarang) yang ingin tau banyak tentang ilmu-ilmu Allah,..dan terbuka hijab (insya Allah) dengan mudah.

    Maha Benar MursyidKu itu SesungguhNya Beliau termasuk Wali Allah.
    (Pernyataan/Pengenalan seperti (ini) adalah merupakan hidayah dan Anugerah dari Allah SWT (juga) jika Eyowae memahami).
    Wass.

  • Ruslianto

    Benar,.. semua diminta pertanggungjawabannya baik seorang muslim, kapir,majusi, Jahudi dll. orang yg berakal akan mengambil yg besar,.. (tentu) pahalanya besar (pula).Sesungguhnya Rasulullah saw ingin kita (muslim) yg kuat dan besar.
    Wass.

Tinggalkan Balasan ke wayBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca