Tasauf

Tasawuf Tanpa Tarekat (1)

Tulisan yang terbagi menjadi 4 bagian ini saya tulis untuk menjawab pertanyaan dari beberapa orang pembaca baik yang dikirim melalui email saya (sufimuda@gmail.com) maupun lewat komentar di blog. Pertanyaanya apakah tasawuf harus mengamalkan tarekat bagaimana kalau ilmu tasawuf tanpa terekat?

Disudut kanan blog ini saya membuat sebuah poling tentang ini dengan pertanyaan yang sama, “Apakah Belajar Tasawuf Harus Dibimbing Guru Mursyid?”. Hasilnya (17 Maret 2012) dari  6.898 orang yang ikut poling sebanyak 6.286 atau 91,13% memberikan jawaban YA,  353 orang atau 5,12 % memberikan jawaban TIDAK dan sisanya 259 orang atau 3,75% memberikan jawaban TIDAK TAHU.

Dari hasil poling tersebut memberikan gambaran bahwa sebagian besar pembaca sufimuda adalah orang yang setuju bahwa untuk belajar tasawuf harus ada pembimbing yaitu Guru Mursyid artinya sebagian besar pembaca disini adalah orang-orang yang telah menemukan Guru Mursyid atau paling tidak dari referensi yang pernah dibaca memberikan keyakinan kepadanya bahwa dalam mengamalkan tasawuf harus menekuni tarekat dimana Guru Mursyid adalah pemimpin yang selalu menuntun dan membimbing para murid dalam setiap amal-amal zikir dengan demikian para murid akan terhindar dari kesalahan.

Tarekat di dalam ilmu Tasawuf ibarat sebuah bengkel tempat orang-orang mempraktekkan apa yang menjadi teori di dalam ilmu Tasawuf sehingga dihasilkan suatu produk seperti yang tertulis dalam kitab-kitab Tasawuf. Tarekat di dalam Tasawuf juga ibarat sebuah laboratorium tempat orang-orang yang mempelajari teori tasawuf mempraktekkan ilmunya dibawah bimbingan orang yang telah ahli di bidangnya sehingga ketika dia keluar dari laboratorium bisa meng-aplikasikan ilmunya ke dalam kehidupan sehari-hari dengan demikian akan memberikan manfaat kepada dirinya, keluarga dan lingkungannya.

Di Laboratorium bernama Tarekat itu, para murid mempraktekkan segala ilmu yang menjadi teori dalam tasawuf, lewat zikir dan ubudiyah, dimulai dengan taubat kemudian berlanjut kejenjang berikutnya sehingga apa yang disebut Ikhlas, Ridha, Kauf, Mahabbah dan lain-lain tidak sekedar menjadi tulisan saja akan tetapi telah merasuk kedalam hati sanubarinya dan akan dibawa kemana saja.

Ibarat sebuah bengkel, seperti umumnya bengkel lain seringkali apa yang dipraktekkan disana tidak seindah dan semudah dalam teori dan seringkali sekilas seperti bertentangan dengan teori. Misalnya teori membuat mobil, di dalam kitab mobil dijelaskan tentang cara membuat mobil dan kalau kita hanya membaca teori satu malam akan siap akan tetapi jika dipraktekkan di bengkel memerlukan waktu berbulan bulan barulah bisa menghasilkan sebuah mobil. Disinilah diperlukan kesabaran dan ketekunan dari murid untuk bisa menghasilkan karya terbaik dan tentu saja harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Sang Ahli. Murid yang baik tidak akan berdebat dengan Sang Ahli tentang teori-teori akan tetapi dia mengikuti dengan penuh keyakinan apa yang diperintahkan oleh Sang Ahli tanpa membantah sedikitpun.

Antara teori dan praktek perbedaannya jauh bahkan sangat jauh, kalau sepintas lalu dilihat aktifitas dalam bengkel seolah-olah bertentangan dengan  aturan dalam Kitab Induk Mobil, yang kita dengar adalah kebisikan, suara palu, percikan api dan orang-orang yang terkesan tidak ramah karena sibuk dengan urusannya masing-masing. Orang yang pertama sekali masuk ke bengkel pasti heran tidak jarang langsung menolak apa yang ada dalam bengkel, ada yang bertahan di hari pertama, minggu pertama bahkan ada yang sudah satu bulan kemudian menyerah dan menyatakan apa yang dilakukan di dalam bengkel adalah sia-sia bahkan dia menyalahkan dengan mengatakan apa yang dilakukan di dalam bengkel tidak sesuai dengan petunjuk KITAB SUCI MOBIL.

Di dalam teori membuat mobil tidak disinggung sama sekali tentang percikan api, kebisingan, orang-orang yang kurang peduli terhadap lingkungan sekitar (karena fokus kepada tugas masing-masing) sehingga siapapun yang pertama sekali masuk ke dalam bengkel akan terasa asing.

Pengalaman Saya di Tarekat

Begitu juga pengalaman saya ketika pertama sekali masuk ke Bengkel Tasawuf bernama Tarekat, saya heran dan menolak semua kegiatan-kegiatan disana. Saya dari kecil di didik di lingkungan Muhammadiyah tentu terkejut ketika harus menghadirkan Mursyid  ketika berzikir, bukankah zikir yang ada dalam tasawuf itu bertujuan untuk mencapai ketenangan dan kedamaian dalam rangka menggapai ridha Allah, lalu kenapa mesti diganggu dengan harus menghadirkan sosok manusia bernama Mursyid?

Belum lagi harus membaca Kaifiyat (tata cara zikir) yang isinya menurut saya tidak sesuai dengan apa yang pernah saya baca dan pelajari. Kenapa mengucapkan Istighfar harus dihadapan Mursyid atau diiktikadkan ada dihadapan Mursyid, kenapa harus minta Syafaat (pertolongan) Guru Mursyid dan seterusnya. Belum lagi sikap orang-orang di Tarekat yang selalu menganggap Gurunya paling hebat, bukankah kedudukan manusia di mata Allah itu sama? Kenapa Guru Mursyid harus diposisikan terlalu tinggi?

Selama 3 bulan terjadi pergolakan dalam diri saya dan hampir saja saya angkat kaki dari Surau tempat saya belajar terekat. Kegiatan rutin di surau adalah tawajuh (zikir bersama) setiap malam Selasa dan malam Jum’at dan hari Minggu diadakan Khatam Tawajuh ba’da Asar. Kawan yang mengajak saya masuk tarekat adalah kawan satu kampus dan dia begitu semangat setiap ada kegiatan surau baik tawajuh rutin, khatam tawajuh maupun acara-acara lain selalu menjemput saya di tempat kost. Pernah suatu malam ketika saya sudah mulai ragu dengan tarekat berniat tidak ikut tawajuh dan dengan diam-diam keluar dari kamar kost dengan tujuan kalau kawan yang ngajak saya masuk tarekat datang tidak jumpa sehingga saya tidak ikut tawajuh. Kebetulan ketika keluar dari kamar kost dan ingin kunci pintu, kawan saya seperti biasa datang dengan sepeda motor tua memakai jas hujan (kebetulan sedang hujan) dan dia mengajak saya ikut tawajuh. Saya lihat wajah dia jadi kasihan juga, akhirnya malam itu saya ikut lagi tawajuh dengan hati seper empat ikhlas.

Setelah 3 bulan saya menekuni tarekat kemudian saya mengalami pengalaman-pengalaman ajaib yang belum pernah saya alami sebelumnya. Pengalaman-pengalaman tersebut tidak saya ceritakan disini dan intinya di hati saya diberi sebuah keyakinan oleh Allah bahwa kalau bukan ini sebuah kebenaran tidak mungkin saya mengalami hal-hal seperti itu.

6 bulan kemudian saya mengikuti Suluk/Iktikaf di Surau Guru saya yang jaraknya satu malam naik bus dari surau tempat saya masuk tarekat, setelah itulah saya meyakini 100% bahwa yang saya jalani ini adalah benar. Pengalaman dalam suluk sulit diceritakan lewat kata dan tulisan dan saya merasakan bahwa saya sedang melaksanakan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW. Saya rajin berzikir dan jika ada hal-hal yang tidak saya ketahui, saya memberikan sedekah kepada Guru dan semua pertanyaan-pertanyaan yang berat sekalipun saya menemukan jawaban baik langsung dari Guru maupun lewat kawan-kawan seperguruan bahkan jawaban itu datang dari orang luar. Saya mendapat apa yang disebut sebagai salah satu jaminan bagi orang berzikir yaitu Mendapat ilmu langsung dari Allah yang sering disebut ilmu Laduni dimana Allah sendiri yang akan mengajarkan kita.

Di tahun pertama saya menekuni tarekat, banyak sekali hambatan dan rintangan mulai dari masalah fisik sampai kepada masalah finansial. Menjelang Suluk pertama saya mengalami sakit berat, diare selama 3 hari 3 malam tanpa henti dan tidak sembuh walaupun sudah ke dokter dan minum obat dan nyaris saya merasakan mati. Ketika saya akan berangkat suluk kembali bisikan-bisakan was-was datang ke dalam hati. Selalu ada bisikan yang mengatakan bahwa apa yang saya ikuti adalah salah dan sesat. Tapi syukur Alhamdulillah Allah masih berkenan membimbing dan menuntun saya sehingga kemudian baru saya sadari bahwa Guru saya adalah seorang Wali Allah, sosok yang saya cari sejak kecil.

Bersambung…

55 Comments

    • Azka Al Sabihat

      Saya mengalami hal yang sama, bahkan saya sempat keluar karena pergolakan batin dan belum banyak mengerti hal spt diatas karena saya masih muda waktu itu, 14 tahun berselang saya dapat panggilan batin untuk kembali,….wakh saat kembalo sangat luar biasa pengalaman saya dan tdk bs sy ungkapkan, dan tak pernah aku lupakan seumur hidupku.

  • Savitri

    Sepertinya proses spt ini dialami sama semua yg belajar didampingin Guru Mursyid ya. Kurang lebih saya jg mengalami hal yg sama. 🙂

  • Fie

    Iy ni..kok jd pada g mengerti y..yg sy baca..tasawuf dengan tarekat dan rangkaiannya..saya tidak tarekat yang sy g tau tarekat itu apa..dan sy cuman punya ustd yang selalu buat sy bertanya..dan sy jg g tau mengapa sy bisa berubah dulu sampai sekarang..yg sy tau sy cuman belajar agama ; Islam, berpedoman Al Quran, hadist dan Nabi Muhammad SAW..g boleh menyimpang..walau sy punya kemampuan yg lain yang semula sy takut sekali..sy cuman ingin punya kepastian kalau sy g sendiri ..

    • iyan

      Nih saya kasih tau yah hidup aja yang baik benar dan jujur ikuti apa kata Qur’an dan hadist sama bapak ustadz anda itu ikhlas ibadah karna Alloh nanti juga tau ini dan itu hehehehe jangan pusing yah santai aja

  • Fie

    Iya, tks mas iyan..mungkin karena saya perempuan kali y..suka kebawa perasaan..dan takut kalau diasingkan sama orang2x karena lain sendiri dari orang kebanyakan..

  • Ruslianto

    Di dunia ini tidak sedikit orang yang meng “aku-aku” dia-lah yang paling Muhammadiyah sejati, paling tau benar dengan segala apa apa yang diajarkan Rasul, sehingga terlalu yakinnya dia, sebagai umat Muhammad sehingga tak pernah berdzikir lagi, … Lalu dengan seyakin-yakinnya dengan suara yang cukup lantang mengatakan bahwa ” Muhammad SAW adalah Nabi Ku” ,dan mudah-mudahan aku mendapat safaat diakhirat nanti……..

    Tapi aneh bin ajaib,….Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW meninggalkan “umatnya ini” , dan karena disuruh meninggalkan umat ini kita yakin bahwa umat ini tidak akan mendapat safa’at Rasulullah kelak di akhirat.
    Mau tahu siapa umat yang disuruh Allah agar ditinggal kan ?

    Al Qur’an Suraah An Najm – 29 :
    Fa a’rid ‘am man tawallaa ‘an zikrinaa wa lam yurid illal-hayatad-dunyaa.
    Maka berpalinglah Hai Muhammad dari orang yang berpaling dari dzikir kepada Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan dunia.

    Wahai Sobat-ku setelah anda membaca ini, jangan tinggalkan dzikir lagi, agar Rasulullah tak berpaling darimu.

    Lha dzikir yang bagaimana ???
    …Lihat Suraah An Nahl 43 :
    Lantaran itu tanyalah kepada ahli dzikir jika kamu tidak tau,…

    Wassalam-mohon maaf jika tidak berkenan

  • Ruslianto

    Yaa ayyuhallazina aamanudkhulu fis-silmi kaffataw wa laa tattabi’uu khutuwatisy-syaitan, innahu lakum ‘aduwwum-mubiin.
    Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara kesuluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan.
    Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.
    (aLQur’an Al Baqarah208) :
    MASUK-LAH KE DALAM ISLAM SECARA KESELURUHAN. :
    # Secara LAHIR dan BATHIN / Jasmani dan Rohani
    # Dengan Metode : Syariat – Hakekat – Thareqat
    # Temui WASILAH , Sesuai “Perintah” Allah SWT (QS.Al Maidah 35)
    # Belajar kepada Waliyam Mursida (Mursyid Kamil mukamil) Wajib hukumnya, agar dapat petunjuk dan tidak sesat (QS.Al Kahfi 17)
    # ALLAH PERINTAHKAN JANGAN MEMALINGKAN PANDANGAN KEPADA MURSYID KAMIL MUKAMIL (QS.Al Kahfi 28).
    # DZIKRULLAH adalah “amalan” orang ber-thareqat, Orang yang tidak berzikir , hidupnya menjadi sempit dan di hari Kiamat dihimpun dalam keadaan BUTA.(QS.Thaha-124)
    # BUKAN SEMBARANG BERDZIKIR-Berdzikir dengan bertanya kepada “AHLI DZIKIR” (QS.An-Nahl-43)

  • iyan

    Banyak yang hafal Al-Qur’an dan haditsnya tapi suka mengafirkan yang lainnya Kafirnya sendiri tidak dipedulikan Jika masih kotor hati dan akalnya

  • anak emak

    asslmkum ahli ibdah…wah bner y manusia pinter smpe detail…saya mau tny gan hidup manusia hijaiyahnya dmn?wslm

    • iyan

      hha anak emak disini tempat nya orang berbagi ilmu bukan tempat ngadu ilmu cari lawan sana hha aya-aya wae.

  • newbie

    perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..perdamaian…..

  • wong alit

    dari empat tahapan ilmu yang lebih penting saya rasa kembali lagi kepada syareat amalkan apa yang tertulis pada Alqur’an wahyu suci beserta Al Hadits tuntunan Rasul jika lau ada amalan amalan yang tidak dicontohkan Rosul lebih baik ditinggalkan. Berdzikirlah sesuai contoh Nabi Muhammad jangan berdzikir atau bersholawat yang tidak dicontohkan Nabi Muhammad itu lebih aman……salam dari saya wong alit.

    • SufiMuda

      Seluruh dzikir dalam tarekat sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist dan dibimbing oleh Ulama Pewaris ilmu Nabi sehingga tidak ada keraguan dalam mengamalkannya.

  • orang hina dan pendosa

    susah menjelaskan pnglman kt.lebih baik di coba aja.klw kt guruq riset,riset,riset.tak beriman kau klw tak mencoba.kt pak ustat islam tuh maha menang.itukan baru katany bkn kt sy.

  • Deddy Mardi Soleh

    Ya Allah…
    Pertemukanlah hamba dgn seorang mursyid yg dpt mengantarkanku utk mengenal dan mencintai-MU…

    Utk saudara2 saya seiman.., tolonglah saya utk hilangkan ”kegelisahan” saya ini.., agar mempertemukan saya dg seorang mursyid yg dpt menuntun saya agar mengenal lebih dekat dg ”Tuhan” saya…

  • abu aly sidoarjo

    Jgn gitu ah….masa para asatidz yg bukan mursid di kategorikan setan…ndak lah…memang zaman akhir ini sulit kita menemukan mursyid haqiqi…klo mursyid yg hanya sekedar mimpin dzikir,doa,itu sih banyak…jangankan mursyid klo ingin jadi murid aja harus meninggalkan dunia atau tdk boleh cinta dunia…sedangkan skrg banyak kita jumpai org yg sdh di sebut mursyid masih senang dgn dunia…apa dunia itu…uang kedudukan pengaruh masyarakat itu salah satu dari dunia.

  • wong blitar

    Alloh akan selalu membimbing setiap niat ikhlas kita,sekalipun ingin mengungkapkan,tapi indahnya rasa sangatlah sulit terlukiskan,sekalipun kita masuk kedasar bumi ,keatas langit ,didalam tubuh yang ada isi perut yang kotor,semua hampa dan sunyi.AKUlah satu satunya yang ADA.Semoga menemukan hidup yang sejati.wassalam

    • yannur

      tidak perlu salah menyalahkan kalau emang udah yakin laksanakan sesuai keyakinan karna pada manusia tidak ada hak untuk menghakimi apakah si a masuk surga atau neraka tapi hak allah swt , karna tidak semua orang akan mendapatkan hidayah dari allah tapi tergantung kepada yang allah kehendaki saja.

  • yoga

    saya setuju, kita hrs berguru pada yang mursyid, baik lahir maupun bathin. agar kalau kita salah jalan, ada yang negur, ada yg bimbing,caranya masuk aja ke sala satu tarekat ….. maaf kau salah…

  • mujiyanto

    Awaly q gk prnah nyari gru, dluy q mnusia yg sllu brbuat mksiat tpi lm klmaan hatiq brbisik dan brkt y Allah np q hruz hdup sprti ini truz jjr hati q tk sk q brmaksiat tpi aq mrsa aq tk brdya, hri dmi hri tk ad sorangpun yg tw bhwa aq sllu brtnya pd hatiq sndri dlm glisah aq pasrah dan aq pun protez pd Allah sat it hatiq brkta y ALLAH jka engkaw mmg ad mka bimbinglah aq djlnmu,,, subhllah lmbt laut ad so2k mnusia yg dtg pdq dan mmintaq agr mlkukan swtu amlan, sat it aq gk tw tntang ap2 artiy aq bdoh tk prnh mmbntah sdkitpn, q jlnkn amln it tnpa ptuz shripun q jlnkn lbh kurang 2thn mmg tdklah mdah krn aq ingin mrubah msallu q, alhmdllah stlah it aq brtmu dgru mursyid truz aq dprlihatkn dgn sswtu yg saaaaangat indah bnr2 ad dhdpn q subhnallah cahaya d ataz cahaya dan kni hati q dpt mlihat n tdk buta lg, alhmdllah hdup q sat ini bs brmanfaat ntx bnyk org, n aq bkrja pd dri q sndri hahahahaha buanglah smua kraguan n bruk sgka bila engkaw prcaya Tuhan Maha Penolong hihi kni aq bhagia…

  • mhasanb

    bang Admin ini sama sepertiku,
    tahun 2012 ana diajak saudara sowan (mampir) ke kyai, ana baca dirumahnya ada tulisan Jam’i Ahlu Thoriqoh. nah ana ga begitu mudeng sama yang gituan, tapi ana cari referensi di Internet, banyak sekali di internet mengatakan bahwa Tasawuf/Thariqah/Sufi adalah sesat, ana malah sering baca kajian manhaj salaf di internet dan kebetulan di rumah juga ana sering nonton siaran Rodja, Wesal dll yang intinya kajian islami.
    tahun 2014 ana mau ngelamar seorang akhwat (santri) tapi orang tua akhwat tidak setuju karena kami sama sama anak pertama, ana jadi tambah benci sekali dengan orang NU (meskipun ana dari lingkungan NU, dan tidak semua seperti itu), malah jadi sering baca baca kajian salafi di internet, download di playstore, dan lihat siaran tv nya, suatu ketika ane tanya sama umiku, bu kalau hitungan adat itu gimana? kata ibu : itu orang yang agamanya kurang,
    kenapa ibu bisa bilang gitu padahal orang tua akhwat juga santri, otomatis pasti juga tau lah hukum syari. (setelah masuk tarekat ana baru tau hakekatnya Allah, dan Allah masih merahasiakan jodohku, tapi tetep ana berfikir walau hitungan adalah salah kalau udah takdir mau menolak rencana Allah)
    pada suatu hari ana diajak ke pengajian di rumah orang lain yang ana anggep seperti orang tua sendiri. setelah kumpul kita berdzikir sama pak yai yang dulu ana jumpain 2012 lalu, dan setelah selesai ana diajak ngobrol, besok 1 bulan lagi ke Ponpes Al Falah Somalangu Kebumen untuk dibai’at, ana iyain daripada membuat sakit hati orang, kemudia ana pulang dan berfikir, ini bid’ah dan sesat, dan ngapain juga harus ada bai’at, 1 bulan kemudian ana diteleponin terus, apa boleh buat ana angkat dan katanya besok berangkat, ana punya macam macam alasan untuk tidak ikut, tapi apa dikata akhirnya ana ikut karena tak mau nyakitin perasaan orang yang sudah ana anggap orang tua sendiri, ana disana dibai’at kemudian disuruh ngamalin ini, setelah dibai’at ana pulang, ana berfikir “duh bagaimana ini ana ngikutin yang salaf itu apa thariqah ini” ana cari referensi di internet tentang tasawuf, ana cari Syeikh Syeikh Sufi terutama syadziliyah, ana ketemu syeikh athaillah asy sekandari al syadzili seorang ahli fiqih maliki, yang awalnya tidak suka akhirnya setelah mendatangi syeikh Abul Abas Al Mursy ia melihat majlisnya bahwa abul abbas yang kelak jadi gurunya sedang mengajarkan ilmu ilmu syari’at, dan Syeikh Atha’ berkata bahwa Abul abas memperoleh ilmu dari tuhan, dan dirinya nya pun jadi sufi besar, kemudian cari referensi lain, tentang ulama fiqih yang menyetujui ternyata banyak sekali, bahkan 4 imam madzab yang awal menolak punya guru tasawuf bahkan Syaikhul Izzudin bin Abdussalam, Ibnu Taimiyah dll. akhirnya ana tau mengapa ajaran manhaj yang ana baca alergi dengan Ulama yang mengikuti tassawuf.
    ana jadi yakin dan ana coba amalin, awal awal saat dzikir badan ane kaya ada yang nusuk nusuk, berat dan merinding, esoknya ane sakit sekitar 2 harian min, rasanya lemes kaya mau pinsan, pokoknya kunang kunang, ana jadi heran jangan jangan ini setan lagi karena ana baca amalan dzikir thariqah yang katanya bid’ah, ketika sembuh, ana sowan ke pak yai waktu itu 4 orang, ini yang 2 malah dari warga Muhammadiyah anehnya yang ikut thariqah ana sempet berfikir demikian, malah yang ngajak dari lingkungan Muhammadiyah, ana terus dengerin pak yai yang sekarang jadi guru yaiku sedang mengajarkanku lewat Al Qur’an dan Hadist, ana berfikir lagi orang thoriqoh juga berpegang Al Qur’an dan Hadist, ana jadi tambah yakin bahwa ini seperti kata Syeikh Atha’illah Asy Sekandari al Syadzili bahwa ini guru yai dapat ilmu dari Allah.
    Alhamdulillahirrabil’alamin
    Salam Mas untuk Jam’i Ahlu Thariqah Naqsyabandi, salam untuk guru yainya mas admin, do’ain ana ya mas dan salamin ke abah juga ya mas, semoga ana jadi orang yang Istiqomah dalam menjalinya, diberi kemudahan dan kelancaran.
    Salam Mas
    Wallahul muffiq ila aqwamit tariq
    http://ahlithoriqoh.blogspot.com

  • zainalmastergm

    CARA MENGENAL ALLAH
    ASSALAMMUALAIKUM wrtullah

    Syeikh Ahmad Arifin berpendapat bahwa setiap yang ada pasti dapat dikenal dan hanya yang tidak ada yang tidak dapat dikenal. Karena Allah adalah zat yang wajib al-wujud yaitu zat yang wajib adanya, tentulah Allah dapat dikenal, dan kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah terlebih dahulu mengenal kepada yang disembahnya, barulah ia berbuat ibadah sebagimana sabda Nabi :
    أَوَلُ الدِّيْنِ مَعْرِفَةُ اللهِ
    Artinya: “Pertama sekali di dalam agama ialah mengenal Allah
    Kenallah dirimu, sebagaimana sabda Nabi SAW
    مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ وَمَنْ عَرَفَ رَبَّهُ فَسَدَ جَسَدَهُ
    Artinya: “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.
    Lalu diri mana yang wajib kita kenal? Sungguhnya diri kita terbagi dua sebagaimana firman Allah dalam surat Luqman ayat 20 :
    وَأَسْبَغَ عَليْكُمْ نِعَمَهُ ظَهِرَةً وَبَاطِنَةً
    Artinya : Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat zahir dan nikmat batin.
    Jadi berdasarkan ayat di atas, diri kita sesungguhnya terbagi dua:
    1. Diri Zahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan dapat diraba oleh tangan.
    2. Diri batin yaitu yang tidak dapat dipandang oleh mata dan tidak dapat diraba oleh tangan, tetapi dapat dirasakan oleh mata hati. Adapun dalil mengenai terbaginya diri manusia
    Karena sedemikian pentingnya peran diri yang batin ini di dalam upaya untuk memperoleh pengenalan kepada Allah, itulah sebabnya kenapa kita disuruh melihat ke dalam diri (introspeksi diri) sebagimana firman Allah dalam surat az-Zariat ayat 21:
    وَفِى اَنْفُسِكُمْ اَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
    Artinya : Dan di dalam diri kamu apakah kamu tidak memperhatikannya.

    Allah memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan ke dalam dirinya disebabkan karena di dalam diri manusia itu Allah telah menciptakan sebuah mahligai yang mana di dalamnya Allah telah menanamkan rahasia-Nya sebagaimana sabda Nabi di dalam Hadis Qudsi :
    بَنَيْتُ فِى جَوْفِ اِبْنِ آدَمَ قَصْرًا وَفِى الْقَصْرِ صَدْرً وَفِى الصَّدْرِ قَلْبًا وَفِى الْقَلْبِ فُؤَادً وَفِى الْفُؤَادِ شَغْافًا وَفِى الشَّغَافِ لَبًّا وَفِى لَبِّ سِرًّا وَفِى السِّرِّ أَنَا (الحديث القدسى)
    Artinya: “Aku jadikan dalam rongga anak Adam itu mahligai dan dalam mahligai itu ada dada dan dalam dada itu ada hati (qalbu) namanya dan dalam hati (qalbu) ada mata hati (fuad) dan dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan dibalik penutup mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia (sirr) dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”. (Hadis Qudsi)
    Bagaimanakah maksud hadis ini? Tanyalah kepada ahlinya, yaitu ahli zikir, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nahal ayat 43 :
    فَاسَئَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ
    Artinya: “Tanyalah kepada ahli zikrullah (Ahlus Shufi) kalau kamu benar-benar tidak tahu.”
    Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini termasuk perkara yang dilarang untuk menyampaikannya dan haram pula dipaparkan kepada yang bukan ahlinya (orang awam), seabagimana dikatakan para sufi:
    وَلِلَّهِ مَحَارِمٌ فَلاَ تَهْتَكُوْهَا
    Artinya: “Bagi Allah itu ada beberapa rahasia yang diharamkan membukakannya kepada yang bukan ahlinyah”.
    Nabi juga ada bersabda :
    وَعَائِيْنِ مِنَ الْعِلْمِ اَمَّا اَحَدُ هُمَا فَبَشَتْتُهُ لَكُمْ وَاَمَّااْلأَخِرُ فَلَوْبَثَتْتُ شَيْئًا مِنْهُ قَطَعَ هَذَالْعُلُوْمَ يَشِيْرُ اِلَى حَلْقِهِ
    Artinya: “Telah memberikan kepadaku oleh Rasulullah SAW dua cangkir yang berisikan ilmu pengetahuan, satu daripadanya akan saya tebarkan kepada kamu. Akan tetapi yang lainnya bila saya tebarkan akan terputuslah sekalian ilmu pengetahuan dengan memberikan isyarat kepada lehernya.
    اَفَاتُ الْعِلْمِ النِّسْيَانُ وَاِضَاعَتُهُ اَنْ تَحَدَّثْ بِهِ غَيْرِ اَهْلِهِ
    Artinya : “Kerusakan dari ilmu pengetahuan ialah dengan lupa, dan menyebabkan hilangnya ialah bila anda ajarkan kepada yang bukan ahlinya.”
    Adapun tentang Ilmu Fiqih atau Syariat Nabi bersabda:
    بَلِّغُوْا عَنِّى وَلَوْ اَيَةً
    Artinya: “Sampaikanlah oleh kamu walau satu ayat saja”.
    Adapun Ilmu Fiqih tidak boleh disembunyikan, sebagaimana sabda Nabi SAW:
    مَنْ كَتَمَ عِلْمًا لِجَمِّهِ اللهِ بِلِجَامٍ مِنَ النَّارِ
    Artinya: “Barangsiapa yang telah menyembunyikan suatu ilmu pengetahuan (ilmu syariat) akan dikekang oleh Allah ia kelak dengan api neraka”.
    Adapun ilmu hakikat atau ilmu batin memang tidak boleh disiar-siarkan kecuali kepada orang yang menginginkannya. Memberikan dan mengajarkan ilmu hakikat kepada yang bukan ahlinya ditakuti jadi fitnah disebabkan pemikiran otak sebahagian manusia ini tidak sampai mendalami ke lubuk dasarnya yaitu ilmu Allah Ta’ala. Ibarat kayu di hutan tidak sama tingginya, air di laut tidak sama dalamnya, dan tanah di bumi tidak sama ratanya, demikian halnya dengan manusia. Maka ahli Zikir (ahlus Shufi) inilah yang mendekati maqam wali-wali Allah yang berada di bawah martabat para nabi dan rasul. Inilah makna tujuan Allah memerintahkan supaya bertanya kepada ahli Zikir, karena ahli Zikir adalah orang-orang yang senantiasa hati dan pikirannya selalu ingat kepada Allah serta senantiasa mendapat bimbingan ilham dari Allah SWT.
    Oleh karena itu, agar kita dapat mengenal Allah, maka kita harus mempunyai pembimbing rohani atau mursyid. Tentang hal ini Abu Ali ats-Tsaqafi bertaka, “seandainya seseorang mempelajari semua jenis ilmu dan berguru kepada banyak ulama, maka dia tidak sampai ke tingkat para sufi kecuali dengan melakukan latihan-latihan spiritual bersama seorang syeikh yang memiliki akhlak luhur dan dapat memberinya nasehat-nasehat. Dan barang siapa yang tidak mengambil akhlaknya dari seorang syeikh yang melarangnya, serta memperlihatkan cacat-cacat dalam amalnya dan penyakit-penyakit dalam jiwanya, maka dia tidak boleh diikuti dalam memperbaiki muamalah”.
    Namun tidaklah ilmu pengenalah kepada Allah ini diperoleh dengan mudah begitu saja seperti mempelajari ilmu syari’at, karena ada satu syarat yang paling utama yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu mengambil ilmu ini dengan dibai’at oleh seorang mursyid yang kamil mukamil yang masuk dalam rantai silsilah para syeikh tarekat sufi yang bersambung-sambung sampai kepada Rasulullah SAW. Oleh karena itu jalan satu-satunya bagi kita untuk dapat mengenal Allah adalah dengan mempelajari ilmu tarekat di bawah bimbingan seorang mursyid.

    Tanya : Mengapa hati memegang peran penting di dalam mengenal Allah?
    Jawab : Bila kita sebut nama hati, maka hati yang dimaksud di sini bukanlah hati yang merah tua seperti hati ayam yang ada di sebelah kiri yang dekat jantung kita itu. Tetapi hati ini adalah alam ghaib yang tak dapat dilihat oleh mata dan alat panca indra karena ia termasuk alam ghaib (bersifat rohani). Tiap-tiap diri manusia memiliki hati sanubari, baik manusia awam maupun manusia wali, begituja para nabi dan rasul. Pada hati sanubari ini terdapat sifat-sifat jahat (penyakit hati), seperti : hasad, dengki, loba, tamak, rakus, pemarah, bengis, takbur, ria, ujub, sombong, dan lain-lain. Tetapi bilamana ia bersungguh-sungguh di dalam tarekatnya di bawah bimbingan mursyidnya, maka lambat laun hati yang kotor dan berpenyakit tadi akan bertukar bentuknya dari rupa yang hitam gelap pekat menjadi bersih putih dengan mengikuti kegiatan suluk atau khalwat secara kontinyu. Manakala hati yang hitam tadi telah berubah menjadi putih bersih, barulah ia memberikan sinar. Hati yang putih bersih bersinar itulah yang dinamakan hati Rohani (Qalbu) atau disebut juga dengan diri yang batin.
    Seumpama kita bercermin di depan kaca, maka kita tidak akan dapat melihat apa yang ada dibalik cermin selain muka kita, karena terhalang oleh cat merah yang melekat disebaliknya. Tetapi bila cat merah itu kita kikis habis, maka akan tampaklah di sebaliknya bermacam-macam dan berlapis-lapis cermin hingga sampai menembus ke alam Nur, alam Jabarut, alam Lahut, hingga alam Hadrat Hak Allah Ta’ala.
    Itulah sebabnya bila kita hanya baru sebatas mengenal hati sanubari saja, maka yang kita lihat hanya diri kita saja, sebab ditahan oleh cat merah tadi, yaitu sifat-sifat jahat seperti: takabbur, ria, ujub, dengki, hasad, pemarah, loba, tamak, rakus, cinta dunia, dan berbagai penyakit hati lainnya. Tetapi bila mana cat merah itu telah terkikis habis, barulah ia akan menyaksikan alam yang lebih tinggi dan mengetahuilah ia segala rahasia termasuk dirinya dan hakikatnya dan juga alam seluruhnya dan akhirnya mengenallah ia akan Tuhannya. Itulah sebabnya para wali-wali Allah itu lahir dari para sufi yaitu orang-orang yang telah berhasil membersihkan hatinya dengan bantuan mursyidnya pada zahir sedang pada hakikatnya dengan qudrat dan iradat Allah Ta’ala. Di sinilah terletak wajibnya mengenal diri untuk jalan mengenal Allah.

  • zainalmastergm

    ASSALAMMUALAIKUM wrtullah
    jangan sekali kali mengajar kepada orang yang bukan ahlinya maka segala amalannya akan terputus..ajaran nabi muhamad dan nabi adam ( riwayatnya)

    اَفَاتُ الْعِلْمِ النِّسْيَانُ وَاِضَاعَتُهُ اَنْ تَحَدَّثْ بِهِ غَيْرِ اَهْلِهِ
    Artinya : “Kerusakan dari ilmu pengetahuan ialah dengan lupa, dan menyebabkan hilangnya ialah bila anda ajarkan kepada yang bukan ahlinya.”

  • Zulman Hendra

    Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh…

    Sudah hampir setahun ini saya menelusuri blognya bg sufi muda, juga komentar2 dari rekan-rekan semua, khususnya mengenai sufi…
    Dari untaian kata-kata bg sufi muda Alhamdulillah saya belum menemukan cela, keluhuran budi terlantun melalui tulisan yang sopan, Islam itu indah dan penuh kedamaian, saya terkagum secara bahasa yang saya tahu.

    Saya sangat tertarik dan ingin mendalami sufi, tapi di dalam fikiran saya masih ada benturan-benturan untuk menjalankan tarekat, saya harap bg sufi muda dan rekan-rekan yang sepemikiran dengan saya mau berbagi langkah-langkah konkret apa yang mesti saya perbuat untuk melakukannya, Wassalam.

  • tobirama

    kelamaan mikirnya sob Zulman Hendra, jgn sampai telat n menyesal kemudian.

    Emang dikira mulus2 aja jalan menuju Tuhan? semua saudara kami mengalami yg namanya cobaan, sekedar berniat untuk ikut saja cobaannya pasti ada saja, jangan dikira setan tinggal diam.

    belum lagi cobaan dari Tuhan sendiri
    “jangan katakan diri kalian beriman sebelum kami uji coba”

    Saya dulu sempat di tantang cerai ma istri..
    “pokokny kalau antum ikut thariqat ini kita cerai!!!”
    wah sy sempat duduk terdiam bebearpa menit memikirkan tantangan ini,
    tp sy balas ucapannya “emang kamu mampu menyelamatkan saya kelak?”, kemudian sy tinggalkan dia (untuk masuk thariqat malam itu), besoknya setelah selesai acara pemasukan dan bertemu istri, eh dia diam2 saja, adem ayem kek ga ada apa2, padahal ane sudah siap2 nih cari bini baru he he….

    Sekedar Melangkah dan Melalui Pintu itu saja banyak yang Takut (ditakut-takuti assaithon). keputusan ada di tangan anda sendiri

    “Apa-apa yang menimpamu adalah dari perbuatan tanganmu sendiri”

Tinggalkan Balasan ke Azka Al SabihatBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca