Nasehat

Khilaf…

Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan baik disengaja ataupun tidak karena memang sifat alamiah manusia itu pada dasarnya penuh kekurangan sehingga tidak menutup kemungkinan melakukan kekeliruan. Agama diturunkan Tuhan untuk menuntun dan mengarahkan manusia agar kesalahannya menjadi minimal.

Hanya Nabi yang tidak melakukan kesalahan, dan andaipun Nabi melakukan kesalahan maka kesalahannya itu akan dianggap benar oleh Allah. Misalnya Nabi Khidir membunuh anak kecil dalam pandangan manusia itu kesalahan atau dosa besar namun dalam pandangan Allah Beliau benar.

Sebagai Hamba Allah, kita harus punya rasa bersalah kepada-Nya dan begitulah layaknya seorang hamba bersikap. Ketika rasa bersalah itu hilang, yang dikawatirkan akan muncul sesuatu yang lebih berbahaya yaitu Sombong. Nabi Bersabda, “Kalau kalian merasa tidak melakukan kesalahan, yang aku kawatirkan kalian melakukan dosa yang lebih besar yaitu ‘Ujub”.

Iblis terusir dari surga dan dikutuk oleh Allah bukan karena mencuri, berzina atau membunuh tapi karena dia sombong kepada Allah SWT. Kesombongan itulah yang menyebabkan dia terusir dari surga. Allah Berfirman dalam Hadist Qudsi, Sombong itu selendangKu. Siapa yang memakai selendangKu niscaya dia tidak akan mencium bau surga.

Nabi dalam sehari semalam puluhan bahkan ratusan kali melakukan Istiqhfar, mohon ampun kepada Allah, itu menandakan Beliau setiap saat dengan penuh kesadaran merasa bersalah dan terus merendahkan diri dihadapan Allah dengan memohon ampun kepada-Nya. Memohon ampun atau membaca Istiqhfar itu adalah salah satu cara merendahkan diri atau menegatifkan diri dihadapan yang Maha Positif yaitu Allah. Apabila kita mendekatkan kepada Maha Positif (+) dengan cara Positif (+)/ Sombong maka otomatis kita akan tertolak dan jauh dari Allah dan apabila kita mendekatkan diri dihadapan Allah dengan cara negatif maka secara otomatis pula akan ditarik mendekat kepada-Nya.

Suatu saat Tuhan akan membuat kita melakukan kesalahan dan dengan kesalahan itu akan menyadarkan diri kita yang hina dhaif dan papa sehingga terus menerus memohon ampun kepada-Nya. Anda tidak akan mungkin mengerti dan memahami makna “Mohon Ampun” sampai anda benar-benar melakukan kesalahan yang membuat anda sangat menyesal. Doa Nabi Yunus dalam perut ikan adalah, “Tiada Tuhan selain Engkau, Engkau Maha Suci sesungguhnya aku telah berbuat Zhalim”. Dengan doa itupula Beliau selamat dan derajat Beliau menjadi tinggi dihadapan Tuhan.

Ketika anda melakukan kesalahan dan dosa, segeralah kembali kepada-Nya karena Dia akan terus membuka tangan-Nya menyambut anda. Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang yang Rahmat-Nya selalu mendahului murka-Nya. Ketika anda merasa bersalah dan ingin bertaubat memohon ampun kepada-Nya pada saat itu Dia telah membuka pintu taubat-Nya.

Akhir tulisan singkat ini saya mengutip syair dari seorang Penyair Sufi Hamzah Fanshuri: “Kembalilah menjadi diri agar menjadi berarti”. Maka kembalilah menjadi “diri”, mengenal “diri” dengan sebenarnya agar anda bernilai dihadapan-Nya.

Semoga tulisan ini bermanfaat terutama untuk orang-orang yang ingin “Kembali Menjadi Diri”.

Salam…

12 Comments

  • AndR3...S.O.S

    bagai kuda tanpa pelana
    ku berlari tak terken
    dali..
    menghantam dikedua sisi
    mencari arti jati diri..

    hitam putih silih berganti
    berpijak pada sesuatu yg tak pasti..

    YA..ALLAH… YA..ROBBY..ampunilah budakMU yg hina ini
    dan sampaikanlah aku pd Guru sejati..
    sebagai penganti sang nafsu…
    yg selama ini menunggangiku…

  • Candra Kirana

    terima kasih ABANGDA SUFIMUDA untuk artikel yang sangat berarti bagi kami pendosa ini:-)
    TUHAN ampunilah kami yang hina daif dan papa ini.
    Amin YRA.

  • Bang Uddin

    Al-khilaf (perselisihan pendapat) di antara manusia adalah perkara yang sangat mungkin terjadi. Yang demikian karena kemampuan, pemahaman, wawasan dan keinginan mereka berbeda-beda. Namun perselisihan masih dalam batas wajar manakala muncul karena sebab yang masuk akal, yang bukan bersumber dari hawa nafsu atau fanatik buta dengan sebuah pendapat. Meski kita memaklumi kenyataan ini, namun (perlu diingat bahwa) perselisihan pada umumnya bisa menyeret kepada kejelekan dan perpecahan. Oleh karena itu, salah satu tujuan dari syariat Islam yang mudah ini adalah berusaha mempersatukan persepsi umat dan mencegah terjadinya perselisihan yang tercela. Tetapi, karena perselisihan merupakan realita yang tidak bisa dihindarkan dan merupakan tabiat manusia, Islam telah meletakkan kaidah-kaidah dalam menyikapi masalah yang diperselisihkan, berikut orang-orang yang berselisih, serta mencari cara yang tepat untuk bisa sampai kepada kebenaran yang seyogianya hal ini menjadi tujuan masing-masing pribadi. Para salaf (generasi awal) umat Islam telah terbukti sangat menjaga adab di saat khilaf, sehingga tidak menimbulkan perkara yang jelek, karena mereka selalu komitmen dengan adab-adab khilaf.
    (Kata pengantar Dr. Mani’ bin Hammad Al-Juhani terhadap kitab Adabul Khilaf hal. 5)

Tinggalkan Balasan ke Tjatoer TenanBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca