Jejak Cinta

Engkau Wahai Guruku…

Dulu, aku hanyalah seorang anak muda putus asa akibat patah hati, hidup tidak punya arah dan nyaris ingin mengakhiri hidup, kemudian aku  datang kepadamu menyerahkan diri untuk dibimbing menjadi orang yang berguna. Datang dengan niat untuk mengobati luka hati yang tercampakkan oleh dunia yang kejam. Masih aku ingat malam itu, Engkau wahai Guruku membentakku dengan keras karena aku tidak setuju dengan Tarekat karena bagiku Tarekat itu sebuah kata yang tabu, sebuah aliran yang penuh bid’ah dan kesesatan. Hampir saja Engkau mengusirku dan syukur sekali malam itu aku bertahan dan tidak keluar dari Suraumu. Mengingat kenangan itu, aku ingin selalu menangis, air mataku mengalir tanpa bisa tertahan, syukur kepada Tuhan yang Maha Pemurah telah memperkenalkan dirimu wahai Guruku, kekasih Allah dimuka bumi. Sungguh, andai malam itu aku merajuk dan keluar dari suraumu, saat ini aku tidak tahu menjadi apa. Menjadi hamba setan  dan Yang pasti aku menjadi orang yang menyembah Tuhan tanpa pernah kenal dengan Tuhan yang disembah. Seperti sindiranmu kepadaku, “menyembah tuhan kira-kira”.

Aku datang kepadamu, wahai Guruku, dengan kubangan dosa dan masih tersisa lumpur-lumpur kenistaan. Aku tahu jubahmu terpecik oleh kenistaanku dan yang membuat aku selalu menangis karena Engkau berkenan menerima diri hina ini. Menerima manusia yang sakit jasmani dan rohani. Ampuni aku Wahai Guruku, karena malam itu aku berbohong padamu. Karena ketika engkau bertanya, “apakah niat kamu menempuh jalan ini karena Allah?”. Aku jawab, “Iya”, padahal jujur wahai Guru, niat aku malam itu hanya untuk berobat saja. Maka aku bisa menerima bentakanmu karena niatku memang tidak tulus.

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Tinggi, yang telah memperkenalkan dirimu Wahai Guruku, karena kemudian setelah Allah berkenan membukakan hijabnya, ternyata aku baru sadar bahwa engkau adalah Guru Sejati, Wali Qutub, pemimpin para Wali dan cuma ada satu orang disetiap zaman. Sungguh syukur yang tidak terhingga karena engkau yang sungguh teramat mulia berkenan menerima aku sebagai muridmu. Maka disetiap langkah hidup ini, ketika ada yang menanyakan kepadaku apa kebahagiaan dan kemulyaan paling tinggi didunia ini? Tanpa ragu aku jawab, “kebahagiaan dan kemulyaan tertinggi bagiku adalah diterima menjadi murid wali, diterima menjadi muridmu wahai guruku”.

Wahai Guruku teramat mulia, sungguh dirimu adalah kekasih yang disembunyikan Allah sehingga manusia akan terhijab oleh kesederhanaanmu. Manusia pastilah mencari Guru yang jenggotnya panjang, jubahnya meriah sampai ke tanah dan surbannya tebal serta bahasa Arabnya lebih fasih dari orang Arab. Orang pasti mencari kekasih Allah dalam wujud orang yang suka pamer ilmu dan pamer ayat bahkan tanpa sadar menjual ayat-ayat Tuhan.

Engkau wahai Guruku, benar-benar sosok yang selalu menjaga kesucian jiwa, tidak ingin disanjung dan dihormati oleh manusia. Engkau hadir ditengah-tengah manusia layaknya mereka sehingga kami selalu merasa damai bersamamu. Engkau benar-benar sosok yang kami kenal, bukan sosok suci yang menjauh dari kehidupan duniawi.

Engkau Wahai Guruku, mengingatkan aku akan Rasulullah SAW, junjungan alam, yang dalam dirinya tersempunyi Nur Allah yang lewat Beliau para sahabatnya bisa berhubungan dengan Allah SWT. Dalam dirimu aku temukan getaran itu. Getaran yang membuat roh ini melayang sampai kehadirat Allah SWT.

Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku akan Imam Para Sufi, Saidina Abu Bakar As-Shiddiq yang sangat dermawan yang seluruh harta dan hidupnya diserahkan untuk kejayaan Islam. Dirimu wahai Guruku mengabdi 50 tahun kepada jalan kebenaran ini tanpa memperdulikan harta bahkan selama puluhan tahun engkau tidak mempunyai tempat tinggal sama sekali sampai engkau menjadi Guru Sejati.

Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku kepada kemegahan Islam, Saidina Umar bin Khattab yang gagah berani mempertahankan agama Islam. Dalam dirimu aku temukan keberanian Umar, yang tidak pernah mengenal kata menyerah dan putus asa.

Engkau Wahai Guruku, mengingatkan aku akan Sang Corong Ilmu, Saidina Ali bin Abi Thalib Karamalluhu wajhah. Setiap kata yang kau ucapkan penuh makna dan sarat dengan hakikat ketuhanan. Belum pernah engkau tidak bisa menjawab pertanyaanku bahkan sebelum aku bertanyapun telah engkau jawab.

Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku akan Syekh Abu Yazid Al-Bisthami yang sempurna wahdatul wujudnya dan setiap ucapannya bisa membuat orang awam geram dan menuduh sesat. Dalam dirimu aku temukan sosok Abu Yazid, karena setiap ucapanmu tidak lain keluar dari mulutmu yang telah menyatu dengan Allah SWT.

Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku akan kisah Syekh Amir Kulal yang masa mudanya gagah berani, tidak pernah kalah dalam bermain gulat sampai bertemu dengan Syekh Muhammad Baba Samasi. Engkaupun di masa mudamu gagah perkasa tak tertandingi.

Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku kepada Syekh Bahauddin Naqsyabandi yang selalu disalahkan oleh teman-teman seperguruan dan dijauhkan dari pergaulan sampai Guru Beliau menganjurkan Bahauddin muda untuk keluar dari tempat wiridnya untuk menyenangkan hati khalifah-khalifah yang lain. Dirimu wahai Guruku yang selalu menjunjung amanah Guru sehingga membuat orang lain iri dan benci kepadamu.

Engkau Wahai Guruku, mengingatkan aku akan Maulana Saidi Syekh Muhammad Hasyim Al-Khalidi, akan keteguhan hati dalam berdakwah tanpa peduli sakit dan terus semangat. Dalam dirimu aku temukan itu Guruku, karena dalam sakitpun engkau tetap membesarkan nama Tuhan.

Engkau wahai Guruku, junjunganku, pujaan hatiku, dalam dirimu bersemayam Nur Muhammad karena itu namamu menjadi Muhammad pula,

Engkau wahai Guruku adalah MUHAMMAD yang selalu pandai Ber-SYUKUR…

97 Comments

  • R. Indra Kusuma Sejati

    Jika iman telah tiada maka tidak ada lagi rasa aman dan tidak ada dunia bagi siapa saja yang tidak menghidupkan iman.

    Dengan Mengatasi Permasalahan Yang Kecil; Maka, Kita Dapat Mengatasi Permaslahan Yang Besar.

    Sukses selalu

    Sama ~~~ “Ejawantah’s Blog”

  • sy4m

    Terimakasih SufiMuda atas Puisi nya…
    sangat menyentuh dan sangat pas moment nya…
    Teruslah berkarya Bang SufiMuda karena karyamu bagai Oase bagiku

  • mamo cemani gombong

    guru yang patut di CARI ….
    guru yang patut di DISANJUNG……..
    guru yang patut di CONTOH……
    guru yang patut di TELADANI……
    guru yang patut di BANGGAKAN…….
    guru yang patut di HORMATI……..
    guru yang patut di CINTAI ……
    guru yang patut di RINDUKAN…….
    sayaaaaaang GURUku belum ku temukan ……..guru dari tulisanmulah aku belajar…..aku amalkan ….doakan aku guru …..agar masalah duniawiku tidak menjadi halangan tuk kita bertemu …….hanya rasa rindu yang aku punya…..

  • siraj

    sungguh suatu pengakuan dr hati yg paling dlm, Aku terharu membacax Bang. Truslah berkarya Bang krn apa yg Abang sampaikan merupakan perwakilan dr apa2 aku rasakan.

  • Sang dahaga

    saya tidak punya guru seorang wali qutup tpi itu mimpi di siang bolong jadi murid dari wali qutup pun tidak apa, di manakah aku mencarinya

  • agus winaryo

    kalau saya baca tulisan2 sufi muda sangat bagus untuk orang2 yang haus akan ilmu spiritual islam .Kalau boleh,siapa yang selama ini sebagai pembimbing sufi muda.bolehkah saya bergabung untuk mengambil air sebagai pelepas dahagaku selama ini.

  • memenk

    sangat menyentuh…mengingatkanku akan diriku yg melarikan diri dan diliputi kebingungan…thanx atas tulisannya, dan izin utk meng copy dan memasukkan blok abang di list blog favorit saya…moga2 abang slalu di berkahi…amin..

  • dani

    Alhamdulillah..pastilah ini karena kemurahan-NYA, hampir 20 tahun saya pergi dari pesantren dengan perasaan terpaksa karena kehendak orang tua yg meminta sy sekolah umum dikota dari pd mesantren, terasa amat terpaksa sampai sy pernah kabur agar tdk jd berangkat namun setelah pulang dan kembali kepesantren,sgt kecewa awalnya perasaan karena ternyata Sang Guru (Ajengan) saya telah diminta oleh orang tua sy agar menasihati sy supaya mau menurut untuk sekolah umum dikota, maka diiringi nasihat dan Ridho Guruku sy berangkat,waktu itu sy selepas SD.
    Namun sekalipun begitu, bahkan kini sy telah bekeluarga, kerinduan terhadap ilmu agama itu tdk pernah padam setiap ada kesempatan sy membaca buku dan mendengarkan ceramah, tapi sampai sekarang sy belum menambah guru khusus secara langsung karena kesibukan dunia kerja & keterbatasan pergaulan, sesekali saat pulang kmpgpun sy hanya menemui AA Ajengan namun tdk smpt lebih dr itu. dan beberapa bulan belakangan ini sy gemar membolos kerja demi membaca buku2 kisah Rasul sebagian sahabatnya dan para wali dari mulai Qutub tuan Syeikh abdul Qodir jaelani sampai kpd Syeikh Siti Jenar, maka tertumpuklah kerinduan yg sgt mendalam untuk dpt mengenal ALLAH lebih dekat dan lebih dekat lg termasuk berusaha mencoba mengamalkan cara yg mereka ajarkan dlm buku2nya, namun dengan bertemunya sy dgn tulisan dlm blog ini yg menegaskan perlunya pembimbing utk itu. maka sy menjadi ragu dan
    bahkan galau dan gelisah tkut salah takut ini dan itu,setelah curhat kpd be2rapa teman dan medapati kesimpulan sementara bahwa saya berhak meneruskan belajar dan mempraktekan isi buku atau kitab setelah selektif terhdp kesholehan pengarangnya termasuk isi kitabnya harus berangkat dr Al-Qur’an dan hadits, adapun perasaan mengenai tdk punya guru, itu tdk perlu karena sesungguhnya sy memilikinya dan sudah pernah diajari olehnya dan yg sy lakukan hanyalah pengembangan2, itu kesimpulan sementara.
    Kpd sahabt2 yg mau membaca curahan ht sy ini, terma kasih sebanyk2nya & sy monon nasihatnya, segala puji bagi Allah tunjukilah kami jalan yang lurus yg engkau Ridhoi awlnya keyakinan hamba sekalipun tdk lg beserta guru jika Engkau menghendaki pastilah akan sampai pd Ridhomu, namu be2rapa tulisan saudara2 diatas kurang bersahabat dengan keyakinan hamba itu, hamba mhn petunjukMU Yaa Rabb dan hamba merasa lejat rasanya mempertahankan keyakinan itu karena dari FirmanMU yg hamba serap dgn kebodohan hamba bahwa mu’ninin hanya boleh berwasilah dgn Nama2MU & bershalawat kpd RasulMU selebihnya mereka tdk akan mendatangkan manfaat apapun diakhirat kecuali sibuk dgn dirinya msg2. YaaRabb bimbing terus hamba dlm keyakinan hamba bahwa hanya kepada Engkaulah segalanya kembali.Amiin Wass wr wb

  • Panduasa

    Asss. kum. wr.wb.
    Alhamdulillah dengan menyimak tulisan Sufi Muda ini terasa bertemu dengan seteguk air yang sejuk manis yang didambakan pecinta rasa kuliner rohani di alam sebelah. Semoga dapat berkarya terus tidak mandeg sampai di sini. Selamat berkarya wahai Sufi Muda.. Lanjutkan……… wassalam wr wb.

  • sufi baru

    ya allah jangan lah engkau bolak balikan hati hamba cukuplah DIA bagiku..krn didadanya ada dirimu aenkau adalah dia dan dia adalah engkau…sungguh karunia tak terhingga bisa menjumpaiMU…

  • Nurul Aini

    mohon ijin share dan simpan dalam catatan saya di FB bang Sufi Muda…sebagai catatan dan pengingat selalu, thank bang!

  • FAQIR PENGEMBARA KSA

    Hebat Bang ………
    mengingatkanku ketaatanku thdp Guru……..Walau kini aku ingin tdk punya keinginan…..!
    Salam rinduku padamu.aku mengharapkan kehangatan2 seperti ini,salam Rindu damai buatmu From”Fakir Pengembara”

  • Ruslianto

    Abid,…berkelana sampai ke negeri Gajah putih di Desa Patani bahkan jejak walisongo di pulau Jawa telah disatroninya untuk mencari Guru Mursyid sejati di Zaman nya ini – amanah dari almarhum orang tuanya hanya sedikit info,yaitu “Jika engkau dpt kesempatan berjabat tangan dgnnya maka Engkau telah berjabat tangan dgn Allah”… ..anehnya waktu di Negeri Gajah Putih itu ia mendapat petunjuk bahwa “Orang” dicarinya itu ada bermukim di negerinya sendiri, setelah sampai ia di kampungnya kebetulan bertemu pula dengan seorang sarjana lulusan Al Azhar di Kairo. Iapun mengatakan bahwa “Orang” yg dicarinya itu ada di Negeri Kota tempat tinggalnya, hal itu setelah Sarjana itu bertanya pada seseorang tua di Sebuah Mesjid di Kairo,…..Ia terus Mohon pentunjuk Allah,…Singkat cerita,…akhirnya ia mendatangani sebuah Alkah dzikir tempatnya tak jauh dari rumahnya, …..melihat kebesaran dari Guru Mursyid yakinlah ia inilah guru sejati yg dicari-carinya selama ini, namun ia heran Gurunya itu tak lah gampang ditemui pertemuan dgn Gurunya itu hanya pd saat memberi fatwa,….pdhal karena rasa cintanya ia ingin lebih,…bahkan adarasa ingin membuktikan pesan Orangtuanya itu,………….hingga pada suatu hari ada kesempatan Ia mendengar fatwa Sang Guru Mursyid : ….Ada seorang ingin bertemu dgn saya (Maksud Guru Mursyid) tapi dlm hati kurang puas,…… Kalau tangan saya,…itu sudah Saya ,….apalagi,….
    Hmm,…ngertilah dia sekarang bagaimana “Langsung Dengan Allah” …….sama halnya Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian dengan Kaum Muslimin lainnya ” Tangan Allah diatas tangan mereka”. Tak habis-habisnya Si Abid bersyukur dapat melaksanakan “amanah” almarhum orangtuanya.

  • Ruslianto

    Abid,…berkelana sampai ke negeri Gajah putih di Desa Patani bahkan jejak walisongo di pulau Jawa telah disatroninya untuk mencari Guru Mursyid sejati di Zaman nya ini – amanah dari almarhum orang tuanya hanya sedikit info,yaitu “Jika engkau dpt kesempatan berjabat tangan dgnnya maka Engkau telah berjabat tangan dgn Allah”… ..anehnya waktu di Negeri Gajah Putih itu ia mendapat petunjuk bahwa “Orang” dicarinya itu ada bermukim di negerinya sendiri, setelah sampai ia di kampungnya kebetulan bertemu pula dengan seorang sarjana lulusan Al Azhar di Kairo. Iapun mengatakan bahwa “Orang” yg dicarinya itu ada di Negeri Kota tempat tinggalnya, hal itu setelah Sarjana itu bertanya pada seseorang tua di Sebuah Mesjid di Kairo,…..Ia terus Mohon pentunjuk Allah,…Singkat cerita,…akhirnya ia mendatangani sebuah Alkah dzikir tempatnya tak jauh dari rumahnya, …..melihat kebesaran dari Guru Mursyid yakinlah ia inilah guru sejati yg dicari-carinya selama ini, namun ia heran Gurunya itu tak lah gampang ditemui pertemuan dgn Gurunya itu hanya pd saat memberi fatwa,….pdhal karena rasa cintanya ia ingin lebih,…bahkan adarasa ingin membuktikan pesan Orangtuanya itu,………….hingga pada suatu hari ada kesempatan Ia mendengar fatwa Sang Guru Mursyid : ….Ada seorang ingin bertemu dgn saya (Maksud Guru Mursyid) tapi dlm hatinya kurang puas,…… Kalau tangan saya,…itu sudah Saya ,….apalagi,….
    Hmm,…ngertilah dia sekarang bagaimana “Langsung Dengan Allah” …….sama halnya Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian dengan Kaum Muslimin lainnya ” Tangan Allah diatas tangan mereka”. Tak habis-habisnya Si Abid bersyukur dapat melaksanakan “amanah” almarhum orangtuanya.

  • MARD

    ENGKAU wahai SANG GURU dimana kutemukan NUR ALLAH dan NUR MUHAMMAD menyatu di dalam qolbu MU … wahai ENGKAU yang tak dibatasi ruang dan waktu … sungguh indah setiap pertemuan yang telah terjadi … walau jauh jazad ini tuk menggapai jemarimu walau keadaan tlah memisahkan raga ini namun ternyata kusaksikan bahwa CINTA adalah KEABADIAN … yang menembus segala alam … mulai alam sadar alam bawah sadar hingga alam atas sadar kita … Salam penuh CINTA dan KASIH teruntuk ENGKAU dari anakMU yang saat ini tidak lagi bisa membasuh jemari kakimu dengan airmata CINTA

  • Abdul Muthalib

    Betul sekali bang,
    Bahwa menemukan seorang Guru Mursyid itu tidaklah semudah mencari alamat tempat tinggal seseorang,

    Alhamdulillah dengan petunjuk dan hidayah Allah jua dapat dipertemukan dengan Nya.Semua melalui proses yg sangat panjang”Ibarat seseorang yg memanjat Tebing” tentu tidaklah mudah, banyak sekali halangan dan rintangan,belum lagi pergolakan bathin karena pengaruh musuh besar kita yg selalu menghalang2i niat suci kita.Tetapi semua hal tersebut dapat dilewati,tanpa disadari seperti ada yg menuntun untuk dipertemukan dengan seseorang yg berpangkat “MUHAMMAD RASULULLAH”(Waliyyam Mursyida).

    Terimakasih Bang Sufi Muda, salam.

  • Iyous

    puisi yang sangat menyentuh qalbu. sosok seorang Guru tidak akan tergantikan sampai kita matipun, karna beliowlah kita jadi seperti ini. tidak ada kata mantan guru dalam hidupku. guru adalah guru yang terbaik……….. semoga kita jadi lebih baik untuk hari esok.

Tinggalkan Balasan ke daniBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca