Tasauf

Tasawuf Ilmu Teknologi Al-Qur’an

Tasawuf merupakan ilmu halus yang sangat tinggi dan tidak bisa dengan mudah dipelajari. Tasawuf bukan ilmu hapalan yang dipelajari dengan otak akan tetapi merupakan ilmu praktek dan merupakan teknologi Al-Qur’an yang Maha Dahsyat. Hasil pengamalan tasawuf akan melahirkan manusia-manusia berkualitas tinggi, tidak pernah lepas sedetikpun hubungan dengan Allah sebagai sumber kebaikan. Salah satu tujuan Allah mengutus para nabi adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Para nabi bukan sekedar menyampaikan firman Allah, akan tetapi juga berfungsi sebagai pembawa wasilah (wasilah carrier) sebagai media penyambung antara manusia dengan Tuhan. Nabi adalah teknolog Al Qur’an yang mengerti bagaimana menyalurkan power maha dahsyat menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat untuk manusia. Kemampuan nabi Musa membelah laut, kehebatan Nabi Isa menghidupkan orang mati dan menyembuhkan segala jenis penyakit dan kehebatan Nabi Muhammad SAW membelah bulan bukan terjadi dengan serta merta. Mereka diajarkan oleh Allah teknologi Maha Dahsyat, teknologi metafisika dan siapapun menggunakan teknologi yang sama maka hasilnya pasti akan sama.

Kalau kita perhatikan bagaimana hebatnya teknologi fisika. Air yang tenang bisa diubah menjadi listrik lewat teknologi turbin. Air dipanaskan menjadi uap mampu menggerakkan gerbong kereta api yang beratnya ratusan ton. Air juga bisa mendongkrak mobil yang dengan memakai ujung jari tentu saja lewat teknologi hidrolika. Air juga apabila di pisahkan inti atomnya akan terjadi ledakan sangat hebat, menjadi  sebuah bom yang daya rusaknya luar biasa. Air sifat dasarnya memadamkan api bisa berubah menjadi bahan bakar yang hebat. Masih banyak teknologi lain yang hebat hasil penemuan manusia.

Berbicara tentang teknologi al-Qur’an, alam metafisika tentu hasilnya berpuluh, beratus bahkan berjuta kali lebih hebat dari teknologi fisika. Sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu membelah laut seperti yang dilakukan oleh nabi Musa atau menghidupkan orang mati. Teknologi fisika akan selalu tertinggal jauh oleh teknologi metafisika.

Menyadari potensi yang sangat hebat terkandung dalam al-Qur’an maka para kaum orientalis berusaha memisahkan ummat Islam dengan teknologi Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya untuk di baca dan dilombakan, dialun-alunkan dengan suara merdu. Ilmu untuk mengeluarkan power Al-qur’an itu tidak lain adalah Tarekatullah dibawah bimbingan Mursyid Kamil Mukamil, yang ahli di bidangnya, ahli tentang teknologi Al Qur’an.

Kalau Mursyidnya tidak ahli dan tidak mendapat izin dari guru-guru sebelumnya, tidak mempunyai silsilah bersambung kepada Rasulullah SAW maka Tarekat hanyalah sebuah praktek zikir kosong tanpa power. Sudah sekian lama tarekat dikucilkan, tasawuf didebatkan terus menerus bahkan dengan tanpa rasa bersalah memasukkan tasawuf sebagai ajaran di luar Islam, sungguh sangat menyedihkan.

Sangat berbahaya mendalami tarekat kalau Gurunya tidak mendapat izin dari Allah. Ibarat pilot pesawat tanpa izin terbang dan tidak mempunyai sama sekali pengalaman terbang tentu sangat berbahaya, bukan rahmat kita dapat tapi malah celaka.

Orientalis dengan sekuat tenaga berusaha agar ummat Islam berpandangan buruk terhadap tasawuf dengan menciptakan tarekat-tarekat palsu. Tarekat palsu tersebut kemudian disebarkan keseluruh dunia dengan tujuan untuk menjelekkan tarekat. Ajaran-ajaran yang menyimpang dari nilai-nilai Al-Qur’an dan hadist sehingga dengan mudah kalangan yang selama ini miring melihat tarekat mendapat angin segar.

Pilihlah Gurumu yang kamil mukamil khalis mukhlisin, yang dicerdikkan Tuhan, tidak setengah kasih akan dunia, kuat berpegang teguh kepada Tali Allah dan tentu saja mempunyai silsilah sebagai tanda sah ilmu yang diajarkannya.

Tasawuf bukan ilmu hapalan, bukan pula ilmu yang dipelajari lewat membaca. Tasawuf adalah ilmu rasa dan rasa itu datang dari Allah SWT atas ikhtiar sungguh2 dari sang murid. Sebagai contoh, kalau hanya sekedar dibaca, letak maqam yang 7 tempat bisa dibaca dalam satu malam bahkan seluruh kaji dalam suluk selesai dipelajari dalam 1 malam. Pertanyaannya apakah bisa “duduk” amalan tersebut dalam satu malam? Jawabannya tidak, membutuhkan waktu bertahun-tahun baru bisa amalan tersebut melekat dalam diri kita. Mungkin kita telah berulang kali suluk, kalau masih ada unsur sombong dalam diri, berarti belum sempurna maqam ke-5, begitu juga kalau masih suka memperturutkan hawa nafsu berarti suluk kita masih belum benar. Mungkin banyak tarekat yang menulis tentang amalan dari awal suluk sampai selesai. Tapi Guru saya sangat melarang karena amalan itu datang dulu baru dijelaskan. Sebagai kiasan, seorang anak lahir dulu kedunia baru diberi nama.

Beliau mengatakan biarlah amalan berupa karunia dari Allah datang dengan sendirinya. Lebih baik karunia itu datang tanpa mengetahui namanya dari pada menghapal nama tapi tidak pernah merasakan karunia.

Kita wajib berterima kasih kepada  Almarhum Prof. Dr. Kadirun Yahya MA M.Sc Mursyid Tarekat Naqsyabandi atas jasa Beliau yang mampu menjelaskan ilmu tasawuf lewat ilmu eksakta (fisika klasik) sehingga tidak bisa dibantah sama sekali oleh siapapun. Ilmu tarekat selama ini dianggap kolot dan ketinggalan zaman ternyata merupakan ilmu yang sangat hebat tiada tanding menjadi senjata ampuh ummat Islam diseluruh dunia.  Beliau juga yang pertama kali mempopulerkan istilah Teknologi Al-Qur’an. Kalau Imam Al-Ghazali berjasa mendamaikan tasawuf dengan syariat dan menyatukan keduanya lewat ilmu sosial maka Prof. Dr. Kadirun Yahya MA M.Sc berhasil mendamaikan lewat ilmu metafisika eksakta.

Akhirnya, kita semua berharap bisa berjumpa dengan Guru Mursyid Kamil Mukamil Khalis Mukhlisin yang bisa mengajarkan kita tentang Teknologi Al-qur’an sehingga bisa kita salurkan kepada keluarga, kampung, Negara bahkan seluruh jagad raya ini sebagai bukti bahwa Islam Mulia Raya adalah Agama yang membawa Rahmatan Lil Alamin.

85 Comments

  • Eyangresi313

    Siapa yang tidak mengenal asal usulnya suatu ilmu, maka segala amalnya akan menggantung tidak naik ke langit ke 7.

    Sajian yang menarik dan patut dicermati sahabat.

    Salam.

  • mutiarazuhud

    Sebagian ulama tanpa disadari membingungkan ummat mereka dengan pernyataan bahwa Tasawuf adalah dari Nasrani, Budha atau dari ajaran atau agama lainnya.

    Pernyataan sebenarnya adalah Tasawuf ada di Nasrani, Budha, di ajaran atau agama lainnya, begitu pula dalam Islam

    Loh koq ulama kaumku bisa keliru ?
    Tentu saja kan kita yakin bahwa ulama tentu tidak maksum (terjaga dari segala kesalahan).

    Oleh karenanya kita sebaiknya mengikuti atau taat kepada ulama yang sudah disepakati oleh jumhur ulama.

    Kalau jumhur (banyak) ulama menyelisihi pendapat ulama yang kita ikuti maka kita harus lebih berhati-hati mengikuti ulama itu dengan selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits.

    Apakah konten Tasawuf dalam Islam ?

    yakni, tentang akhlak dan budi pekerti, bertobat, bertalian dengan hati (tazkiyatun nafs) , cara-cara ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, qanaah, tawakal, zuhud, ma’rifatullah dan lain-lain

    Jadi Tasawuf adalah hanya sekedar nama atau istilah saja yang telah disepakati oleh banyak orang.

    Lalu apakah konten Tasawuf serupa disemua agama ?

    Ya, tentu nama atau istilah sepakat dipergunakan untuk sesuatu yang sama atau hampir sama.

    Jadi konten Tasawuf hampir sama disemua ajaran atau agama , tentang akhlak, jiwa, mengenal yang disembah. Yang berbeda adalah tuhan yang disembah.
    Dalam Islam , Tiada Tuhan selain Allah

    Coba kita perhatikan , di zaman modern ini , banyak kita dapati sekolah-sekolah nasrani menghasilkan murid-murid yang berhasil dalam belajarnya karena akhlak mereka yang baik seperti disiplin, tertib, gigih, tekun dan akhlak-akhlak baik lainnya

    Ini sunnatullah, mereka mendapat apa yang mereka usahakan
    Apapun di alam dunia berlaku hubungan sebab-akibat.

    firman Allah, yang artinya,
    “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, maka Kami penuhi balasan pekerjaan-pekerjaannya di dunia dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun. Tetapi di akhirat tidak ada bagi mereka bagian selain neraka. Dan sia-sialah apa-apa yang mereka perbuat di dunia dan batallah apa-apa yang mereka amalkan”. (QS. Hud : 15-16)

    Mereka mendapatkan hasil dari segala upaya pekerjaan di dunia, namun karena mereka menyembah selainNya maka mereka diakhirat mendapatkan neraka. Naudzubillah min zalik.

    Lalu mengapa kita yang telah bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, tidak berupaya berakhlakul karimah ?

    Marilah kita dalami dan jalankan Tasawuf dalam Islam.

    Wassalam

    Zon di Jonggol
    http://mutiarazuhud.wordpress.com

  • dama putra rokan

    Dalam kajian india ada kundalini, jepang ada reiki, yang kesemuanya ada laku maditasi dan kita kenal dgn istilah wuquf, upaya hening, zero mind unt meningkatkan kesadaran akan diri apakah ini sama? Makasih

    • Asrul

      Menurut saya tidak sama, krn dlm tasawuf itu memiliki metode yg khusus dlm pelaksanaanx, kalo dari segi manfaat jg berbeda, bg kita tasawuf itu untuk mensucikan hati agar cahaya Ilahi bisa bersemayam dididlamnya,sdgkan mgkin mereka mlkukan itu smata hanya meningkatkan kesadaran smata. dmikian.

  • Tomy Fitrio

    nenek, ayahanda, bapanda, bimbinglah cucu dan anakmu ini agar dapat bertemu dengannya baik didunia maupun diakhirat.. ya allah berilah kami iman yang tetap, hati yang terang dan selamatkan dunia akhirat. amiin

  • Byan

    Mas Sufi Muda,
    salam kenal..
    saya mau bertanya…
    kenapa ajaran sufi kok mesti pakai guru dan bai’at…
    bukannya ajaran ini juga dari Rasulullah…??
    Kita belajar islam juga gak pakai bai’at tapi syahadat saja sudah cukup ya mas…
    maaf kalau saya gak ngerti….
    saya sangat tertarik dengan tasawuf,… tapi kok kayaknya susah belajarnya….
    Ilmunya Allah saja susah dapatnya…
    belum lagi mengamalkannya… ikhlasnya….

    Terima Kasih…

    • Ahmad

      Solawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Saaw. sebab dari beliau semua umat Islam secara estafet memperoleh penjelasan tentang bagaimana berhubungan dengan Allah, berhubungan dengan manusia, berhubungan dengan makhluk Allah lainnya, dan banyak aspek kehidupan diberikan uraian teknis oleh beliau agar manusia tidak tersesat. Allah Azza wa Jalla Sang Pencipta adalah sumber dari segala ilmu yang menerangi manusia agar memahami apa arti hidup. Semua ilmu yang menjadi milik Allah disampaikan kepada Rasul-Nya melalui perantaraan malaikat Jibril a.s.

      Maka, umat Islam mendapati bahwa Rasul Allah adalah guru (Mursyid) seluruh alam dengan perkenan Allah Azza wa Jalla yang telah mengutusnya. Anda tidak mungkin mengenal siapa anda bila tidak diajari oleh orang tua. Bayangkan seandainya orang tua tidak pernah memelihara, mendidik, mengasuh, memberi makan sejak bayi bagaimana jadinya anda. Anda pasti tidak mengenal orang tua anda sendiri. Mungkin anda menjadi manusia yang jahat karena tidak pernah diperkenalkan budi pekerti. Jadi, adanya orang tua sebagai guru memberi anda pengertian akan arti hidup. Tak ada orang tua yang menjebloskan anaknya untuk menjadi penjahat, bukan begitu kang?

      Secara sadar, anda sesungguhnya sudah mengerti gambaran perlunya seorang guru dalam mempelajari ilmu. Terlebih itu berkaitan dengan ilmu Allah. Dari mana anda tahu tentang solat? Dari guru. Kenapa anda tidak belajar sendiri ketika kecil? Bukankah anda bersekolah? Anda bisa menulis dari siapa? Dari guru…guru…guru.

      Guru itu penting. Apa pun yang diajarkan oleh mereka memberikan manfaat yang sangat berarti bagi kita. Terlepas dari watak, karakter, sifat, dan kepribadian seorang guru sebagai manusia, maka tetap kehadirannya dalam membimbing ilmu sangat dibutuhkan.

      Dalam mempelajari ilmu tasawuf sebagai cabang dari ilmu-ilmu Islam, maka kedudukan seorang guru (mursyid) adalah sebagai pembimbing, pengarah, penunjuk jalan, pemberi do’a, pengesah atas tingkatan keimanan muridnya, dan sebagainya yang sudah ada ketentuan-ketentuan dari guru-gurunya sampai ke Rasulullah Saaw.

      Menjadikan seseorang sebagai guru karena kita merasa tidak memiliki pengetahuan tentang suatu hal yang diajarkan oleh guru. Anda belum pasti tahu apakah yang dimaksud dengan ma’rifatullah apabila tidak dijelaskan oleh guru. Guru menempati posisi sebagai orang tahu lebih dulu sebelum muridnya. Tetapi, ada murid yang karena Kehendak Allah melebihi gurunya. Murid seperti ini disebut guru yang murid di hadapan gurunya sendiri.

      Dalam mempelajari ilmu tasawuf, setiap murid akan menempuh perjalanan (thoriqah) yang sangat melelahkan. Dalam perjalanan menuju Allah Azza wa Jalla tak ada satu murid pun yang mampu tanpa bantuan Allah Yang Maha Perkasa. Keadaan setiap murid selalu dibantu oleh gurunya yang sudah ma’rifatullah. Kehadiran anda di rumah atas perintah siapa? Anda pasti bingung. Apa hubungannya dengan penjelasan antara guru dan murid. Kang, saya menjelaskan hal ini penting untuk menjadi bahan pelajaran. Coba anda cermati pertanyaan saya tadi: ‘Kehadiran anda di rumah atas perintah siapa?’

      Jawaban anda boleh jadi: ‘atas perintah saya sendiri’. Anda tahu siapa saya? Pasti tidak tahu. Padahal, anda sering mengatakan dengan menggunakan kata ‘saya’. Tetapi, aneh kenapa anda tidak tahu saya? Dalam mempelajari ilmu tasawuf, banyak hal yang tidak dapat dipahami secara lahir. Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru. Untung anda tidak tersesat dalam mengamalkan puasa karena anda pernah diajarkan sejak kecil oleh guru anda yang ada di rumah. Beliau adalah orang tua anda. Jangan dianggap bahwa orang tua itu bukan guru anda. Bahkan dia adalah guru anda lahir dan batin. Secara lahir, dia menagajari anda pelajaran budi pekerti, dan secara batin dia pun mendo’akan anda.

      Mudah-mudahan penjelasan saya yang sangat emosional ini akan sangat bermanfaat buat anda. Saya tak berarti apa-apa bila penjelasan ini tidak ada yang membaca dan, apalagi tidak dipahami.

      Salam semoga tercurahkan untuk anda Kang Byan.

      Ahmad

      • Sabowo Nugroho

        Memang benar….
        Dan kenyataan nya tasawuf hanya bisa dimengerti dengan hati tdk dengan pikiran semata…..
        Tanpa mursyid yg berpengalaman kita hanya akan terombang ambing pada kalimat2 indah kontroversial ala sufisme,,, apalagi jika membahas tentang Dzat…. wah ngeri dech…
        Dan seharusnya semua umat Islam harus belajar tentang pengetahuan ini…. Kalo tidak mereka hanya akan terjebak pada hukum yg tercipta dari tafsir2 ala otak yg berbeda dan membingungkan umat Islam sendiri untuk memilih….
        Oya pesan dari saya ikutilah pengajian2 yg jika abis pulang dr pengajian hati kita merasa tenang dan ridho kepadaNya… Jangan mengikuti pengajian yg isinya cuma doktrin kebencian yg menimbulkan amarah pada hati kita….. Ingat Islam adlh untuk Rahmatan fil Alamin bukan untuk menumpahkan darah di muka bumi..
        Salam….

        • panjul

          Srbenarnya ilmu apapun harus bisa dimengerti dan dipahami dengan akal karena disitulah ALLAH menciptakan akal agar kita membuktikan dan mengetahui keberadaannya… sehingga kita mrnjadi Hamba yang Kamalul Yaqin

          • Ahmad

            Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,

            Kang Panjul, antum benar bahwa akal berperan untuk menyadari akan keberadaan Allah. Tanpa akal, setiap manusia tidak berbeda dengan makhluk lainnya. Justru akallah yang menjadikan manusia lebih unggul dibandingkan makhluk Allah yang lain. Malaikat, jin, binatang, termasuk setan tidak diberi akal oleh Allah Azza wa Jalla.

            Akan tetapi, maksud Mas Subowo Nugroho, akal bukanlah satu-satunya yang dapat memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Ada indera lain yang bahkan, insya Allah, lebih utama ketimbang akal. Apakah itu? Allah Azza wa Jalla suka bersemayam di hati, bukan di akal. Jadi, peran hati dalam menerima tanda-tanda kebesaran Allah dapat dirasakan secara langung, bukan palsu. Hati, yang sesungguhnya adalah ruh anda berada di balik realitas. Sementara itu, Allah Azza wa Jalla Yang Maha Goib juga berada di balik yang tampak. Maka, ketika hati mengingat Allah SWT sangat berbeda ketika akal memerintahkan mulut untuk berdzikir.

            Perbedaan inilah, menurut saya, yang dimaksud oleh Mas Sabowo. Hati, insya Allah, karena secara fitrah suci, tidak akan berbohong. Sementara akal kerapkali mengelabui manusia dari yang sesungguhnya. Bukankah banyak orang menggunakan akalnya sering untuk mengakali (berusaha palsu)? Jadi, perbedaannya sangat mencolok antara hati dan akal. Memang, kita akui akal digunakan untuk berpikir. Tetapi, berpikir dengan menggunakan pola hati jauh lebih utama daripada berpikir gaya akal.

            Berpikir menggunakan pola hati maksudnya adalah bahwa berpikir yang sesungguhnya sesuai sunatullah menyandarkan kepada petunjuk Allah yang bersumber dari dalam hati. Dengan pola hati, maka proses berpikir dilakukan dengan melibatkan akal pada fungsinya untuk memerintah tangan menulis atau bergerak, mulut untuk berbicara, atau memerintahkan orga tubuh lainnya sesuai petunjuk Allah. Jadi, dengan berpikir menggunakan pola hati, akal hanya berfungsi menjalankan berdasarkan perintah hati (petunjuk). Akal tidak menyampaikan selain pembicaraan yang keluar dari dalam hati (sekali lagi, petunjuk Allah).

            Dengan berpikir menggunakan pola hati, akal atau otak tidak menjadi terbebani. Bayangkan, bagaimana seseorang dapat berpikir jernih ketika dihadapkan dengan berbagai persoalan hidup hanya ditampung di otak? Sedangkan, sesungguhnya akal hanyalah peralihan dari hati. Hati, seperti disebut di atas adalah ruh kita, menjadi sumber inspirasi. Kita meyakini bahwa akal tak berfungsi bila tidak ada ruh atau hati. Betapun pandainya seseorang, maka apabila ruhnya atau hatinya diambil alih menuju ke alam keabadian, dia tak berakal sama sekali.

            Begitulah yang dapat saya tangkap dari pernyataan Mas Sabowo Nugroho tentang pentingnya hati dalam merenungi ciptaan Allah lebih utama daripada bila dilakukan oleh akal. Setan sering menjebak manusia melalui akalnya yang telah dihembuskan bisikan (kejahatan) dari dalam dadanya. Allah SWT mendudukkan hati yang tenang karena mengingat nama-Nya, dan bukan akal yang menjadi tenang. Akal hanya merasakan tidak terjadi merasa berat (pusing dan stres) setelah hatinya tenang.

            Mudah-mudahan apapun yang disampaikan dalam forum ini tidak ditujukan untuk perdebatan pendapat. Sama sekali tidak. Saya hanya ingin sharing saja. Saya mohon maaf bila belum dapat diterima.

            • Panjul

              Ok terima ksih penjelasannya…. saudara katakan …hati yg dapat merasakan kebesaran ALLAH… kalau kita hanya bisa merasakan tapi tdk membuktikan bagai mana ? dengan adanya akal agar kita membenarkan / menyalahkan segala sesuatu …..
              perlu saya luruskan antara hati dan Batin itu berbeda karena saudara mempelajari ilmu ma’rifat saudara pasti tahu…. Aku bersemayam di dalam BATIN bukan Hati…..

      • Panjul

        Assalamualaikum ,,, Mau tanya apakah seorang guru / mursid harus mermpunyai garis keturunan dari Rasulullah.. atau harus mempunyai ijazah…? mohon penjelasannya..

        • SufiMuda

          Ya, Seorang Guru Mursyid harus mempunyai ijazah/izin dari Guru sebelumnya, bersambung sampai kepada Rasulullah SAW. Salah satu syarat Tarekat Gurunya harus bersambung kepada Rasulullah SAW

  • Ahmad

    Ahlan wa sahlan, kaifa ya akhi
    Salamun qaulan min rabbikum wa ‘ala kulli ‘abdihi minal muttaqin.

    Seperti tak pernah berhenti untuk senantiasa mengagungkan Kebesaran Allah Azza wa Jalla bagi seluruh makhluk-Nya yang meyakini kehebatan-Nya. Jagat raya diciptakan Allah, dihancurkan juga oleh Allah. Maka bagaimana seorang manusia dapat mengingkari-Nya? Kufur terhadap Kekuasaan Allah sama dengan telah keluar dari keyakinannya sebagai hamba Allah Azza wa Jalla. Bumi, langit, seluruh makhluk-Nya yang berada di alam semesta menyaksikan keadaan dunia yang luar biasa Sang Penciptanya. Kalau ada makhluk yang belum memperoleh keyakinan, tetapi dia adalah muslim, maka dia baru sebagai makhluk bukan hamba.

    Sangat jelas, makhluk dengan hamba-Nya. Seorang hamba pasti menyembah Allah Azza wa Jalla. Sedangkan makhluk tidak ada kewajiban untuk menyembah. Hanya saja, bagi makhluk-Nya yang di alam dunia maka ada perintah untuk menyembah Allah tanpa paksa. Allah Azza wa Jalla hanya memerintahkan tidak mengutuk makhluk-Nya yang tidak menyembah, kecuali iblis.

    Manusia adalah makhluk, begitu juga malaikat. Malaikat bukan penghuni alam dunia, maka Allah Azza wa Jalla tidak memberi kewajiban menyembah. Tetapi, malaikat adalah makhluk mulia, maka apa saja yang diperintah Allah dilaksanakan dengan penuh ta’at dan patuh. Allah Azza wa Jalla menjadikan mereka menjalankan setiap yang menjauh dari-Nya dikenai siksa. Demikian juga, Allah Azza wa Jalla menciptakan malaikat-malaikat yang ditugasi untuk menjalankan pemenuhan kebutuhan setiap manusia yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Sementara itu, manusia sebagai makhluk-Nya juga yang hidupnya di alam dunia (yang lahir atau tampak), maka dia mendapat perintah sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan. Begitupun dengan jin, mereka berada di alam dunia yang tak kelihatan secara kasat mata, menerima perintah untuk beribadah kepada-Nya.

    Dalam pelaksanaan sebagai makhluk, manusia dan jin ada yang ta’at dan patuh, ada juga yang menjauhi dari perintah Allah. Bagi mereka yang patuh, maka dia adalah hamba Allah Azza wa Jalla. Sedangkan, yang belum mau menyembah Allah maka dia adalah makhluk, seperti halnya hewan yang tidak menjalankan perintah untuk menyembah (kebetulan hewan memang tidak ada kewajiban baginya menyembah).

    Atas dasar itu, maka hanya hamba-Nya yang menerima akan keadaan setiap makhluk-Nya di alam semesta. Keluarbiasaan hamba-Nya, seperti yang dicontohkan adalah Nabi Musa yang dapat membelah laut, tidak terlepas dari Ada-Nya Yang Maha Perkasa. Semua makhluk Allah pasti tunduk di hadapan-Nya. Maka, apabila Allah Azza wa Jalla berkata ‘kun,’ lalu ‘fayakun.’ Inilah kehebatan Nabi Musa karena Allah Azza wa Jalla memperkenankan dia terhindar dari musuh-musuhnya yang mengejar. Laut adalah makhluk Allah. Maka, pasti tunduk kepada-Nya.

    Ketahuilah, apa pun yang ada di dalam al-Qur’an adalah benar ada-Nya. Allah Azza wa Jalla menciptakan Kitab-Nya untuk menjadi Petunjuk bagi orang-orang bertaqwa. Kitab Allah itu adalah makhluk-Nya juga (sementara ini ada sebagian yang menganggap al-Qur’an bukan makhluk). Ada argumentasi bahwa al-Qur’an bukan makhluk karena itu adalah perkataan Allah. Hanya saja, alasan ini terbantahkan dengan firman Allah, “Dan Kami telah menurunkan al-Qur’an menjadi syifa dan rahmat bagi orang-orang beriman.’ Bukankah Nabi Saaw juga adalah rahmat bagi orang-orang beriman? Al-Qur’an adalah penawar dan rahmat bagi orang beriman, demikian juga Nabi Saaw. Jadi, al-Qur’an dan Nabi Saaw sama-sama dapat memberi rahmat. Apabila dikatakan al-Qur’an dapat memberi, maka kedudukan yang memberi bukan sebagai objek melainkan sebagai subjek atau pelaku. Dengan demikian, al-Qur’an sebagaimana kedudukan Nabi Saaw sebagai pemberi rahmat, maka pasti dia hidup. Setiap yang hidup, selain Allah Yang Maha Hidup, maka dia adalah makhluk. Karena itu, Siti ‘Aisyah pernah menyebutkan bahwa akhlak Nabi adalah persis seperti al-Qur’an. Maksudnya ialah bahwa beliau dan al-Qur’an, keduanya hamba Allah yang patuh. Pembicaraan mengenai apakah al-Qur’an itu makhluk atau bukan membutuhkan waktu khusus.

    Tetapi, saya hanya ingin menegaskan bahwa al-Qur’an ketika berkedudukan sebagai makhluk yang dapat menjadi petunjuk bagi hamba Allah yang bertaqwa, maka benar-benar secara lahir dia dapat menunjukkan kepada hamba Allah yang sudah mendapat izin-Nya. Al-Qur’an itu hidup, dapat berbicara, dan mengatakan sebagaimana Perkataan Allah sejak diturunkan kepada Nabi-Nya melalui perantaraan malaikat Jibril a.s.

    Maka, jika saya boleh menyebutnya, al-Qur’an itu adalah makhluk yang pandai menguasai ilmu-ilmu manusia, sehigga dia dapat memberi alasan mengapa manusia jahat berupaya menyembunyikan al-Qur’an dari kaum beriman. Sebab di sanalah sumber ilmu yang diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla bagi kemaslahatan umat manusia. Ilmu Allah yang tidak diturunkan, sebagaimana yang termaktub di dalam al-Qur’an, dianugerahkan kepada para Kekasih-Nya. Oleh karena itu, Kekasih-Nya diberi karomah (kemuliaan) dengan banyak kelebihan dan keutamaan.

    Saya, mudah-mudahan dapat mengikuti terus pembicaraan antum dalam rangka belajar mencari ilmu. Apa yang sebut di atas jangan diperdebatkan dengan akal, tetapi saya berharap kepada Allah Azza wa Jalla, ada yang bisa meresponnya dengan hati. Saya yakin Allah Azza wa Jalla dapat menunjukkan apa pun yang sudah saya tuliskan. Insya Allah.

    Assalamu ‘alaikum ya akhi.

      • Ahmad

        Suplemen untuk persoalan ini sebetulnya adalah kekuasaan pemerintah. Akan tetapi, saya, juga anda dan kaum mu’min lainnya, setidaknya harus mengecam dan memohonkan kepada Allah Azza wa Jalla untuk membalas tindakan biadab mereka.

        Saya menanggapi permasalahan ini dari kacamata sebagai seorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai al-Qur’an sebagai firman Allah SWT. Andaikan saja Allah Azza wa Jalla menghendaki, maka tak ada satu pun di antara mereka (bangsa Amerika) yang berada di bumi Allah. Allah SWT Maha Kuasa, yang dengan kekuasaan-Nya, sangat mudah bagi Allah untuk menghancurkannya.

        Namun, Allah Azza wa Jalla sebagai Tuhan Yang Maha Bijaksana, tidak terburu-buru untuk menghabisi mereka. Tetapi, saya meyakini, di antara mereka yang terlibat secara langsung membakar al-Qur’an, sudah ada yang dibakar oleh Allah SWT melalui seseorang yang diutus untuk menghabisi nyawanya dengan cara yang sama. Cara Allah membalas sepadan dengan perbuatannya. Allah SWT tidak membalas mereka melampaui batas.

        Saya, anda, dan semua kaum beriman sudah saatnya menyuarakan kecaman kepada pemerintah Amerika dengan kalimat demikian: “Setan Amerika! Kalian akan dihukum oleh Allah Yang Maha Kuasa dengan laknat Allah atas kamu. Jangan menganggap kamu akan dibiarkan oleh Allah begitu saja. Kalian akan diseret ke ‘meja hijau’ Allah, dan kalian tidak akan selamat dari azab-Nya. Tunggulah pembalasan-Nya.”

        Semoga tanggapan saya ini dapat mewakili kaum beriman yang merasakan kebiadan mereka yang membakar al-Qur’an tanpa pertimbangan dampak sesudahnya. Sulit bila menggunakan cara-cara penyerangan ala koboi. Tentu kita tidak mungkin melakukan itu. Kita berada dalam sebuah negara yang mengatur hubungan antar negara; Indonesia yang Muslim tetapi sangat kecil di hadapan Amerika yang mayoritas Kristiani dan Yahudi.

        Saya hanya mengajak untuk melaknat mereka kepada Allah Yang Maha Perkasa. Sekiranya ini kurang dianggap menyentuh keimanan anda, saya mohon maaf.

        Salam dari jauh.

        • isenk

          SabdaNYA: dan KUjadikan alqur’an itu NUR…..

          kalo yang dibakar itu kan kitab yang diberi nama alqur’an….bukan sejatinya alqur’an…???
          ========================================

          jika tuhan tidak buta dan tidak membiarkan mahluknya semena2….. apa masih perlu laknat dan doa kita kepada orang yang melakukan perbuatan salah /biadab????

          mohon maaf jika saya yang bodoh ini salah… karena setahu saya tidak ada perintah melaknat atau berdoa tidak baik kepada sesama mahluk….

          terkadang jika ALLAH dan rasulNYA melaknat /memarahi sesuatu maka kitapun terpancing tuk berbuat demikian….. padahal… tidak setetespun kebenaran berada di pihak kita…..(kecuali kita merasa lebih baik dan lebih benar dari orang tersebut)…

          mohon maaf jika sekiranya yang berbicara bukan bang ahmad melainkan NURNYA….
          maka perbuatan mengajak melaknat diatas adalah SAH hukumnya…

          karena diri ini tidak tahu kapan keberadaan NUR dalam diri seorang manusia……

          ini hanya sebagai pengingat kepada diri ini dan teman2 / saudara2 yang belum punya pemahaman hakikat seperti bang ahmad….. agar berhati2 mengikuti tingkah laku para Wali ALLAH…

    • Ahmad

      Permintaan anda untuk memperoleh Mursyid dalam menyiapkan diri menuju jalan Allah, insya Allah, akan diberi petunjuk oleh Allah. Siapakah beliau, yang nasabnya sampai kepada Rasulullah Saaw, adalah Allah SWT yang memberi anda petunjuk. Sekiranya anda berkeyakinan, maka tak sulit anda menemukannya. Dalam hal ma’rifatullah, yaitu seorang penempuh jalan menuju Sang Khalik telah diperkenankan oleh Allah untuk ditemui-Nya, bukan perihal susah atau tidak. Akan tetapi, apakah anda sudah menyiapkan diri mengikuti segala peraturan yang ditetapkan oleh Mursyid atau tidak.

      Allah Azza wa Jalla sangat menyukai apabila ada hamba-Nya berkeinginan menemui-Nya. Demi Allah, saya bersumpah dengan datukku, bahwa apabila ada seorang dari umat Rasulullah Saaw. yang berada dalam keadaan jiwa dipenuhi kerinduan kepada Allah, maka ia akan diberikan petunjuk oleh Allah. Beliau Saaw., sebagaimana fiman Allah dalam surat at-Taubah:128, “…sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang beriman.”

      Anda mudah-mudahan salah seorang yang dimaksud dalam ayat itu. Rasulullah Saaw menunjuk orang-orang beriman tanpa menyebut siapa dia. Maka, apabila anda termasuk orang-orang beriman, insya Allah, sangat diinginkan oleh Rasulullah Saaw memperoleh keselamatan dari Allah Azza wa Jalla.

  • ananda

    Nabi isa berkata”belum tahukah kamu bahwa adalah suatu perintah Allah untuk belajar (berguru)? kerana Allah berfirman, ‘bertanyalah kepada orang-orang tuamu, dan mereka akan mengajar kamu’, dan tentang hukum syariat, Allah berfirman, ‘pandanglah, sehingga perintah-Ku berada di depan kedua matamu bila kamu duduk dan bila kamu berjalan dan pada seluruh waktu bertafakur kesitu’, apakah kemudian tidak baik belajar (berguru) itu, kamu boleh tahu sekarang…”

    james menjawab, “O Guru, kami tahu bahwa Ayyub tidak belajar dari seorang guru, tidak juga Ibrahim, sekalipun demikian mereka menjadi orang-orang suci dan Nabi-nabi.”

    Nabi isa menjawab, “sesungguhnya, seorang keluarga pengantin tidak membutuhkan undangan pesta perkawinan, karena dia justru tinggal dalam rumah tempat perkawinan itu kecuali mereka yang jauh dari rumah itu. sekarang tidakkah kamu ketahui bahwa para Nabi Allah itu berada dalam rumah berkat dan rahmat Allah, dan dengan demikian memiliki hukum Allah yang dimanifestasikan dengan tabiat (tindak-tanduk) mereka, seperti Daud bapak kita berkata dalam hal ini, ‘Hukum daripada Allah (Tuhannya) bersemayam di dalam hatinya (sanubari), oleh karena itu jalannya takkan digali’, sungguh ku katakan padamu bahwa Allah kita dalam penciptaan manusia bukan hanya menciptakanya dengan adil saja, tetapi menyisipkan (mengisi) di dalam hatinya suatu cahaya (Nur) yang akan memperlihatkan (membuka penghalang) kepadanya ialah fitrah (tingkat kesucian) yang cocok (sebagai sarana) untuk mengabdi (menghamba) kepada Allah, …sesuai dengan itu, perlu (bagi) seorang manusia diajarkan tentang para Nabi Allah, karena mereka (para Nabi Allah) mempunyai Cahaya Cerah (Nuurun ‘alaa Nuurin) untuk mengajarkan jalan menuju surga, negeri kita, dengan jalan mengabdi secara baik (benar) kepada Allah, justru seperti perlunya (pentingnya) seseorang yang kedua belah matanya sakit dituntun dan ditolong”.

  • ananda

    kemudian berkata john, “…O Guru, karena itu ajarkanlah kepada kami jalan untuk mencapai persyaratan berbahagia ini.”

    Nabi isa menjawab, “sungguh aku berkata padamu, seseorang tak dapat memperoleh semacam persyaratan itu dengan kekuatan-kekuatan (kehendak dan kemampuan) kemanusiaan, tapi lebih cenderung oleh rahmat (pemberian) Allah Tuhan kita. Hal ini adalah benar memang, bahwa manusia seharusnya ingin baik (berusaha taat, berdzikir) supaya Allah berkenan menganugerahkannya (Allah berdzikir) kepadanya.”

  • ananda

    Saya senang melihat abang2 mendiskusikan sesuatu yg sudah digariskan dan diwahyukan dlm alquran,tgl copy paste aja d alquran kan selesai dr pd menunjukkan pemahaman diri (nafsi-nafsi) masing2 yg jelas berbeda2,hati2 merasa tahu adalah kunci utk keluar dr syafaat GURU

      • Ahmad

        La ilaha illa Allah
        Allahu, Allahu, Allahu
        Bidzikrika ya Dzal Jalali wal Ikrom
        Allah, Allah, Allah
        Masya Allah.

        Ampun adalah kata yang tepat untuk antum yang sedang mendekati Allah Azza wa Jalla, pasti lebih tenang jiwa antum. Iman anda tidak keluar masuk. Antum seolah tak percaya bahwa dalam jiwa seseorang membenarkan karunia Allah. Mengapa antum ragu?

        Seorang penempuh jalan menuju Allah memang banyak menghadapi ujian dan jebakan. Sekiranya antum menyadari apa yang antum sampaikan, sesungguhnya itu adalah perkataan bisikan, bukan petunjuk. Saat ini antum merasakan keluar masuk rasa yakin kepada kebenaran Allah Azza wa Jalla? Ketika keluar, maka ada yang masuk, bukan begitu? Apakah antum menyadari itu? Sayang antum tidak menyadari. Silakan rasakan dada antum, pasti terasa sesak! Itu tandanya ada bisikan di dada, “Yuwas wisu fi sudhurinnas.” Maka hati-hatilah.

        Jangan biarkan diri antum dengan suasa demikian. Seandainya punya guru, tanyakan dan mintailah pertolongan untuk membantu. Insya Allah antum terselamatkan dari bisikan.

        Saya merasakan saat ini (ketika saya tulis balasan) antum sedang menghadapi masalah yang tidak nyaman dalam pikiran, dada yang seakan ada yang menindih, gampang kesemutan di tangan sebelah kiri, gelisah, dan tidak percaya diri.

        Saya menghimbau jangan teruskan kondisi jiwa seperti itu. Segera konsultasikan kepada pembimbing antum. Jangan paksakan untuk menghadapi komputer! Saya sudah baca tulisan antum.

        Salam dari jauh.

    • Ahmad

      Karunia Allah yang diberikan kepada hamba-Nya menjadi bukti akan kebesaran-Nya. Malahan dengan karunia itulah, Allah bemaksud menunjukkan kepada manusia untuk berpikir. Banyak sekali karunia Allah yang dianugerahkan kepada manusia. Menulis adalah salah satu karunia Allah terbesar. Tidak semua orang dapat menulis. Bila anda belum dikarunia kemampuan untuk menuangkan gagasan melalui tangan anda, tidak berarti kemampuan seseorang untuk menulis petunjuk dimentahkan. Siapapun bila dikehendaki Allah, maka tidak sulit menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dimengerti, sekalipun masih belajar.

      Mementahkan karunia Allah berarti menolak kebesaran Allah Azza wa Jalla. Ketika mengatakan hati-hati kepada orang lain, justru andalah yang harus hati-hati. Was was yang menguasai dada anda itulah yang mengantarkan anda menolak kelebihan orang lain. Sepertinya anda bersikap hati-hati, justru sebaliknya.

      Bukankah selama ini anda selalu solat dengan mengangkat takbiratul ihram berulang-ulang? Seolah anda tidak pas ketika mengucapkan hanya sekali. Padahal Rasulullah Saaw tidak pernah mengajarkan demikian. Dari mana anda mendapatkan pelajaran seperti itu? Dari bisikan yang ada di dada anda, bukan dari petunjuk.

      Saya sebetulnya tidak pantas menyebut keberadaan jiwa anda. Tetapi, sanggahan ini mudah-mudahan membantu anda untuk instropeksi diri. Andalah yang harus banyak belajar untuk mengakui kebesaran Allah. Jangan mengerjakan perbuatan yang belum sampai pada tingkatnya, tetapi anda memaksakan diri seolah sudah sampai. Lihatlah bagaimana kondisi jiwa anda. Anda sangat mudah ragu, bila dihadapkan dengan permasalahan yang harus segera anda putuskan. Anda selalu berada dalam kondisi jiwa antara ya dan tidak.

      Saya berani menyampaikan demikian karena memperoleh petunjuk dari Allah. Apakah anda masih ragu? Silakan anda komentari sanggahan saya. Buatlah tulisan yang panjangnya lima alinea. Demi Allah, saya menjamin anda tidak akan mampu.

      • mamo cemani gombong

        maksud anda siapa ? asrul atau ananda atau aku…… ?? kalau aku ya maaaaaf ahmad . aku benar2 bodoh ….. pak maaf

        • Ahmad

          Saya tidak menunjuk antum, tetapi mereka yang berkomentar tidak menggunakan hati, selain akal yang didorong oleh kebencian setan yang membisikkan di dadanya. Lihatlah bagaimana cara mereka menuangkan kata, kata-kata, dan kalimat sama sekali bukan keluar dari lubuk hati. Tetapi asal keluar. Mereka tidak menyadari semua itu, melainkan kebencian yang dianggap sebagai sesuatu yang benar. Masya Allah. Semoga orang-orang yang selama ini belajar tasawuf atau mengaku-aku berada di jalan Allah, tetapi tidak menyadari bahwa Allah sedang mengujinya. Bahkan ketika mereka diuji, setan menjebaknya.

          Antum tidak perlu cemas, sebab antum sama sekali tidak menunjukkan akal mengungguli hati. Insya Allah.

          Salam dari jauh.

  • Adam Hawa

    • Suatu waktu A dan B sedang duduk diserambi kedatangan tamu, sang tamu dengan fasih bercerita dari awal hingga akhir hikayat Pangeran Jayabaya, membuat keduanya terkagum-kagum dan bertanya, “Kok kamu tahu, khan sa’at itu belum lahir? Sang tamu senyum jawab, “Iyakh betul belum lahir, tapi saya tahu dari kitab peninggalan bapak saya”. … Ini yang dikenal sebagai “ilmal yaqin” (102:5).
    • Ketika sang tamu pamit diri, A berkata: “Hati-hati nyebrang jalan, kalo ketabrak mobil, badanmu bisa hancur”. Tamu bartanya: “Kamu tahu darimana? Apa kamu sudah ngalami? Kok tubuhmu masih sempurna?”. A senyum, jawab: “Aku belum ngalami sikhh, tapi aku lihat orang ketabrak mobil, badannya hancur, tangan dan kakinya lepas”. … Ini yang dikenal sebagai “a’inul yaqin” (102:7).
    • Selepas tamu pamit, A dan B jajan asinan, mendadak B berteriak: “Aduh perutku sakit, makan asinan ini”. A jawab: “Masa sikh, perutku ga’ apa-apa tukh”. … Ini yang dikenal sebagai ‘haqqul yaqin’ (56:95).

    Semua yang disampaikan diatas masih berkisar dialam misal, yaitu alam jasad atau alam akal atau alam sebab akibat atau atau alam tidak pasti, alam sebab-akibat, alam salah-benar … kesudahan paling buruk akan memasuki alam caci-maki … menuju alam kehewanan … alam kesetanan … makin ‘tua’ usia manusia di bumi (mulai dari Nb Adam as), tanpa disadari makin banyak yang senang menetap di alam ini, disebabkan oleh rasa ego yang menguat … Keutamaan bertasawuf adalah menekan rasa ego tersebut agar mata hatinya yang bekerja … Mohon ma’af bila tidak berkenan … Wass.

    • Ahmad

      Sesat adalah ajaran yang tidak sesuai dengan tuntunan Allah. Tasawuf adalah salah satu, insya Allah, cabang ilmu-ilmu keislaman. Maka, siapapun yang belajar ilmu tasawuf pertama-tama harus didasari lebih dahulu dengan amaliyah syari’at. Jadi, orang yang bertasawuf sama dengan orang yang mengikuti petunjuk Allah. Bagaimana petunjuk Allah dapat dipahami? Ini adalah bagaimana anda dapat berhubungan dengan Sang Khalik ketika menjalankan syari’at. Keyakinan yang dibangun ketika menjalankan hubungan dengan Allah Azza wa Jalla terletak pada kualitas peribadatan kepada Allah. Inilah yang disebut dengan hablum minallah. Hubungan dengan Allah Azza wa Jalla sangat dipengaruhi tingkat keyakinan seorang salik dengan penuh intensif. Maksudnya adalah bahwa setiap salik yang sedang mengadakan hubungan dengan Allah ditentukan oleh kerendahan diri di hadapan-Nya. Artinya saat seorang salik berhubungan dengan Allah, dia harus betul-betul menghamba; mengakui kelemahan dirinya dihadapan Allah Yang Maha Kuasa. Gelora jiwa mengharap bertemu dengan-Nya sangat kuat. Pelatihan untuk mengenal lebih dekat hanya dapat dilakukan dengan secara terus menerus mengingat nama-Nya. Inilah yang kemudian orang mengatakan siapa yang mengenal dirinya yang berada di hati, maka dia akan mengenal Tuhannya. Mengenal diri supaya mengetahui kualitas pribadi dalam berhubungan dengan Sang Khalik yang berada di wilayah tak tampak. Hati yang adalah ruh kita berada di bagian yang tak tampak juga. Maka, mustahil bila seseorang yang tidak melakukan secara intensif dzikir ‘La ilaha illa Allah’ di hatinya akan mengenal Allah Tuhannya. Intensif adalah terus menerus tanpa henti, setiap tarikan nafas kita sepanjang hidup. Selama itu tidak dijalankan, maka setan akan hinggap di wilayah dada yang berada satu bagian dengan hati. Dalam kondisi jiwa seperti itu, maka hatinya dikuasai oleh setan yang menghembuskan bisikan dari dadanya. Pelatihan untuk mengintensifkan dzikir perlu dipandu oleh seorang Mursyid. Jadi, sekalipun, dengan akalnya dia pandai menyampaikan suatu pesan dengan cara menarik atau simpatik atau melecehkan, maka dia sesungguhnya mengikuti bisikan setan.

      Pengalaman pribadi mengantarkan saya untuk menyampaikan hal-hal yang tidak ada lagi keraguan. Bukan sama sekali tidak mengerti mana yang disebut petunjuk dan mana yang bukan. Pengalaman menjadi bagian yang dapat membantu saya mengetahui sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya dan melihat sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Ini yang kemudian dikenal dengan hikmah.

      Hikmah adalah kebijaksanaan Allah. Maka, bagi siapa yang memperoleh hikmah dari Allah, dia akan ditunjukki jalan yang benar dan jalan sesat. Bila antum membaca suatu kisah dari buku, maka antum masih pada tingkat ashabul yamin (golongan kanan). Selama masih berada pada tingkat itu, maka kata-kata dan kalimat hanya muncul berdasarkan proses berpikir lahiriah, belum menggunakan berpikir dengan merujuk pada pola hati. Seluruh hasil yang masuk dalam memori otak akan disimpan, kemudian diolah sebagai suatu simbol realitas, dan dianalisa dengan pendekatan yang berada di laci memori, setelah itu disimpulkan.

      Dari tulisan antum, tampak pada alinea terakhir merupakan kesimpulan terburu-buru. Jika antum belajar ilmu logika berpikir, maka antum tidak begitu saja membuat kesimpulan sebelum secara empiris (pengalaman goib berhubungan dengan kekasih Allah, yang dengan kehendak-Nya, siapapun akan didekatkan oleh Allah merasakan kehadirannya. Selanjutnya, tahapan ini disebut yakin muqarrabin — yang telah didekatkan oleh Allah) terbukti. Bagaimana dapat disebut caci-maki bila memberi komentar yang menyentuh di hati? Setiap jawaban atas sebuah permasalahan pasti menggunakan kemampuan yang dikaruniai oleh Allah. Mustahil bagi seseorang dapat mengetahui sesuatu yang di luar kemampuan daya talar berjalan dengan sendirinya. Saya memberi ulasan tentang keberadaan jiwa orang yang tidak menerima kebesaran Allah. Silakan simak kembali komentar saya. Lalu saya gambarkan bahwa jiwanya dalam kondisi yang tidak mengikuti suara hati. Apabila kondisi jiwa seperti itu, maka akal-lah yang berbicara. Bila akal berbicara melalui mulutnya tanpa mengikutkan suara hatinya, secara lahir seolah benar, padahal tidak disadari bahwa dia telah dipengaruhi oleh bisikan di dadanya (yu was wisu fi sudhurin nas). Apakah ini disebut membalas dengan maksud caci maki? Apakah antum mengetahui jiwa saya ketika saya menulis balasan itu? Jika antum mampu mengetahui jiwa saya berarti antum sudah berada pada tingkat ‘ainul yaqin. Saya, tentu saja, dengan izin Allah mengenal antum. Saya memperoleh petunjuk dari suara hati, bahwa antum masih kuliah. Antum sedang belajar ilmu tasawuf (literatur) tanpa seorang pembimbing, kemudian antum senang berdzikir dari buku seorang ulama kharismatis dari daerah Jombang. Tetapi, antum, sayangnya tidak mencoba berupaya mencari seorang Mursyid. Bagaimana? Padahal, demi Allah, saya tidak mengenal antum sebelumnya. Apakah bila saya memberi ulasan keadaan antum disebut mencaci maki?

      Saya, insya Allah, tidak terdorong sedikitpun untuk membalas kepada siapapun yang sedang menuju jalan Allah. Saya hanya mencoba menyampaikan pesan beradasarkan apa yang ada di hati saya, bukan dari akal saya. Insya Allah, semua kata-kata yang tersusun dalam kalimat dan dihimpun pada setiap aliena, bukan menurut akal saya, tetapi merupakan petunjuk yang datang dari hati.

      Balasan antum buat saya tidak menyinggung perasaan, tetapi mengena pada hati. Dalam hal ini, menyinggung perasaan lebih banyak digunakan oleh orang yang hatinya labil. Mudah tersinggung. Mengapa? Karena hatinya jauh dari mengingat Allah. Tetapi, bila hati senantiasa berdzikir yang sesuai dengan petunjuk Allah (bila masih belum sampai pada tahap ma’rifatullah, setiap orang yang berdzikir harus dipandu atau dibimbing oleh seorang Mursyid yang kamil mukamil) maka tidak ada perasaan tersinggung. Bila seseorang membaca pernyataan saya seolah mencaci maki, maka sesungguhnya akalnya belum mampu menjangkau suara hatinya.

      Semoga, balas membalas ini jangan diasumsi sebagai mencaci maki. Salah besar! Saya lebih senang menyebutnya bukan beradu pendapat, karena cenderung terjadi perselisihan dan pertengakaran, melainkan beradu ajaran. Pendapat adalah pengetahuan seseorang mengenai sesuatu yang harus lebih dahulu dibuktikan secara empiris (realitas atau, dalam pengetahuan tasawuf,
      hati). Bila, mislanya, pendapat dapat dibuktikan kebenarannya, maka dapat diterima. Tetapi, bila tidak terbukti, boleh saja diambil tapi dibiarkan. Sebaliknya, beradu ajaran lebih menekankan bagaimana pengetahuan tersebut menurut sang Guru masing-masing. Misalkan, guru anda mengajarkan bahwa berpikir yang tidak dengan hati yang tenang, maka akan menjadikan beban di daerah otak besar anda. Maka, akan menyebabkan kepala pusing. Sekiranya ajaran guru anda diadu dengan ajaran guru yang lain sesuai, berarti dapat diterima. Bila ada ketidaksamaan, hanya karena berbeda menggunakan istilah, maka kedua orang yang sedang beradu ajaran saling melengkapi, tidak menyimpulkan secara terburu-buru. Sekali lagi, saya hanya ingin mengenal anda lebih dekat, apakah antum merujuk pada ajaran guru? Jika tidak, berarti antum sedang berpendapat. Saya berharap antum tidak tersinggung, melainkan antum berkenan menerima pernyataan, bukan pendapat, saya.

      Salam dari jauh.

  • Adam Hawa

    Ma’afkan diri saya, kang ahmad … maksud diri berpartisipasi – kebodohan diri yang terjadi … sekali lagi ma’afkanlah saya, kang … dan saya mohon pamit diri … wabillahi taufik wal hidayah, wassalamualikum warohmatullohi wabarokatuhi …

    • Ahmad

      Masalah ini bukan masalah. Saya hanya berbagi kebahagian sejati. Dunia palsu kerapkali mengibuli diri manusia. Pelajaran yang dapat dipetik salah satunya adalah nilai keakuan tidak dimunculkan kalau belum betul-betul antum menghiasi jiwa dengan menyandarkan kepada kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Sekali lagi, saya sama sekali tidak mengajarkan siapapun tanpa terlebih dahulu mengenal sesuatu yang akan disampaikan. Imam Ali kw. berkata, jangan berbicara mengenai sesuatu yang belum diketahui.

      Salam dari jauh.

  • agus

    Kpd, sodara Ahmad

    Sebelumnya sy yg bodoh ini minta maaf. Bukannya mau mendebat tp hanya sedikit brpendapat.

    Sy mau tanya, apa anda sudah pernah membaca IHYA ULUMUDIN karya IMAM GHAZALI…?

    Dalam setiap tulisan anda, anda spt orang yg sdh benar2 paham dgn ajaran tasawuf. Tp bagi orang yg pernah mempelajari Ihya Ulumudin, perkataan anda banyak yg bertentangan dgn inti ajaran tasawuf.
    Terutama tentang Al Qur ‘an, maklhuk atau bukan??

    Hati2lah ya sodara sodara seiman dlm mngomentari suatu masalah. Turutilh & contohlah Rasulullah saw dlm mngajar beribadah atau spt para sahabat ra & ulama – ulama dulu yg ikhlas hanya krn ALLAH SWT.

    Sy tak bisa mengomentari dgn pendapat sy sendiri. Krn sy sadar akan kebodohan sy.
    Jika sodara Ahmad benar2 penempuh jln Allah, insya Allah mau membaca IHYA ULUMUDIN dgn tujuan hanya mngarap ridho-NYA.

    Mohon dimaafkn. Aslkum wr wb.

  • Ahmad

    Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla! Adakah yang mengatakan bahwa al-Imam al-Ghazali adalah satu-satunya rujukan dalam bertasawuf? Andaikan perkataanku tentang al-Qur’an bahwa dia adalah makhluk sama sekali bukan berarti salah pernyataan al-Imam al-Ghazali! Atau, saya sendiri juga bukan mengakui paling benar! Anda boleh berpendapat apa pun ketika ada pesan di dalam hati anda! Saya pun demikian!

    Saya sedang tidak mengarang mengenai apa yang saya sampaikan! Melainkan saya termasuk mengetahui ada berbagai pesan-pesan yang disampaikan oleh para beliau yang sudah membimbingku! Adakah anda mengenal bagaimana suara hati anda ketika anda sedang sendirian sambil dzikir khofi? Sekiranya anda mengetahui apa yang ada di dalam hati, mengapa anda tidak menyampaikan secara langsung saja? Pendapat bukanlah pesan! Melainkan sebuah pernyataan dari seorang ahli terhadap suatu perkara tertentu! Anda pasti mengerti apa perbedaan akal denga hati ketika berhubungan dengan Sang Maha Pencipta! Andaikan anda solat, adakah anda merasakan solat anda menjadi satu sarana anda berhubungan dengan Allah? Adakah anda menjadikan hubungan anda sebagaimana lazimnya anda berhubungan? Bila anda berhubungan dengan sesama, adakah hubungan yang sama terjadi dengan Allah? Andaikan anda sudah berhubungan dengan Dia, adakah anda mengetahui apa yang telah disampaikan-Nya? Pesan dari Allah dapat dijadikan sebagai petunjuk bagi yang menerimanya! Adakah anda sudah mencapai pesan di dalam hati anda dapat diungkapkan secara lisan atau tulisan? Seandainya anda sudah mengetahui ada pesan, kenapa anda membiarkannya? Mengapa anda selalu menyandarkan akal daripada hati dalam mengungkap suatu persoalan? Adakah yang menganggap bahwa hati itu tidak berbicara kepada ‘si pemilik hati’ yaitu anda sendiri? Sudahkah anda berada di dalam kekuasaan Allah? Adakah Allah menjadi bagian dari hidup anda? Adakah anda seorang yang beriman tetapi tidak meyakini bahwa apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi? Adakah bahwa seseorang yang senantiasa merindukan kehadiran Allah tidak diperhatikan oleh Allah? Bagaimana dengan janji Allah atas setiap hamba yang senantiasa mendekati-Nya akan diberi karunia yang banyak? Apakah anda seorang ahli hikmah sebelum akhirnya anda ditunjukki kepada jalan yang sampai kepada-Nya? Adakah anda sudah belajar tasawuf dengan seorang mursyid? Sudahkah anda bertemu dengan pembimbing anda dalam fi sabilillah? Adakah tujuan anda menyandarkan kepada pendapat seorang ahli dipandang menjadi satu-satunya kebenaran? Siapakah pemilik kebenaran mutlak? Adakah anda tahu siapakah al-Imam al-Ghazali menurut pendapat anda? Adakah beliau seorang rasul Allah? Adakah bahwa apa pun yang disampaikannya adalah benar mutlak ada-Nya? Adakah anda merasa bahwa firman Allah bukan satu-satunya rujukan yang seharusnya digunakan oleh setiap muslim? Adakah anda mengira bahwa pada setiap masa Allah pasti menurunkan seorang hamba yang dipilih sebagaimana kehendak-Nya? Atau, apakah anda menganggap bahwa Allah cukup membiarkan manusia tanpa ada pembimbing pelanjut sesudah rasulullah Saaw? Sudah cukupkah orang-orang terdahulu sebagai pembimbing keberadaan manusia di masa-masa selanjutnya? Mengapa pula manusia diperintahkan untuk mencari jalan Allah? Mengapa Allah tidak berfirman bahwa belajarlah langsung kepada para utusan-Nya? Adakah keputusan anda mengangap bahwa yang tidak sesuai dengan beliau (al-Imam al-Ghazali) adalah bertentangan secara syar’i? Andai anda sebagai al-Imam al-Ghazali, patutkah saya tidak bertentangan dalam menyampaikan sebuah pesan yang datangnya dari dalam hati? Anda boleh saja tidak sama dengan apa yang saya sampaikan sepajang hati saya senantiasa berdzikir kepada Allah dan menunaikan kewajiban kepada-Nya! Apakah anda menganggap bahwa tidak boleh seseorang menyampaikan suara hatinya? Adakah anda tahu bagaimana suara hati anda? Akankah anda selalu menghindar dari suara hati anda? Adakah anda berkata-kata dengan diri anda sendiri? Apakah bahwa akal dapat mewakili diri yang sesungguhnya? Siapakah yang nanti akan menghadap kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan atas seluruh amalnya di dunia: fisik anda atau hati (ruh) anda? Sudahkah anda akan menjadikan akal anda sebagai yang paling utama? Adakah seorang hamba yang lahir jauh dari para beliau tidak diperbolehkan menyuarakan pesan yang datang dari hati? Adakah anda menyadari bahwa Allah bersemayam di hati orang-orang yang senantiasa berdzikir kepada-Nya? Adakah anda membaca ayat suci al-Qur’an yang menegaskan bahwa “hati seorang beriman menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” Adakah anda mengetahui bahwa seorang hamba yang hatinya tenang dapat mengambil pelajaran dari pesan yang disampaikan di dalam hati? Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia Kehendaki! Adakah anda mengetahui kehendak Allah? Adakah anda menganggap orang-orang yang dikehendaki cukup sampai setingkat beliau? Adakah anda meyakini bahwa hidayah Allah diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki? Adakah anda menganggap bahwa karunia Allah dianugerahkan untuk kalangan terbatas dan tertentu saja? Adakah anda mengetahui siapa saja yang sudah memperoleh anugerah dari Allah? Adakah anda termasuk di dalamnya? Atau anda kurang yakin atas janji Allah di dalam al-Qur’an akan al-hikmah, yang dengannya Allah akan memberikan pengetahuan tentang sesuatu hal yang belum diketahui sebelumnya oleh seorang hamba-Nya yang Dia kehendaki? Jika anda beranggapan bahwa Allah tak mungkin memberi karunia kepada manusia yang hadir saat ini, mengapa Allah Azza wa Jalla mengadakan perjanjian dengan ruh manusia untuk bertakwa kepada-Nya sekalipun memang banyak manusia saat ini jumlahnya sangat sedikit dalam bertakwa kepada-Nya?

    Saya sadari bahwa setiap ungkapan pasti mengandung persekian kemungkinan adanya perbedaan dalam meresponnya! Saya sadari bahwa saya hanya manusia biasa! Saya sadari bahwa saya bukan seperti beliau (al-Imam al-Ghazali)! Saya sadari bahwa diriku ini si faqir, lemah tak berdaya apa-apa di hadapan kemahabesaran Allah! Saya sadari bahwa setiap orang boleh berbeda! Saya sadari bahwa ukhuwah Islamiah lebih ditekankan! Saya sadari bahwa saya bukan seorang luar biasa! Saya sadari bahwa apa pun yang disampaikan pasti tidak senantiasa sama dengan orang yang membacanya! Saya sadari bahwa diriku adalah seorang pencari kebenaran, karena hakikat kebenaran yang mutlak adalah milik Allah, bukan milik siapa pun! Saya sadari bahwa diriku masih terus berjuang melawan kebatilan! Saya sadari bahwa diriku hanya menggapai hati berdasarkan bimbingan, bukan hasil sendiri; betapa lemahnya diriku! Saya sadari bahwa apa pun merupakan setiap manusia untuk tidak berada dalam satu kata! Saya sadari bahwa di dalam diri ada kekuasaan Allah yang tak dapat dijangkau selain dengan seizin-Nya! Saya sadari bahwa jalan menuju kepada-Nya merupakan kesiapan untuk menghadapi berbagai kendala! Saya sadari bahwa bukan mustahil suatu pernyataan itu benar menjadi salah karena sebuah cara pandang! Saya sadari bahwa siapa pun lahir ke dunia dengan sebuah perjalanan yang sangat berbeda antar sesama! Saya sadari diriku memang bukan seorang utusan! Saya sadari bahwa diriku sebatas menggali apa yang ada dalam jiwa! Saya sadari bahwa setiap diri berbeda dalam mendekati-Nya! Saya sadari bahwa diri manusia mengandung berbagai perkataan dan perbuatan yang tidak sama! Saya sadari bahwa diriku bukan siapa-siapa! Terakhir, saya memohon maaf bila mengganggu pikiran anda atas pernyataanku! Saya sampaikan terimakasih sekiranya anda tidak berkenan atas perkataan saya! Saya saat ini sudah tidak lagi memberi komentar apa pun selain menghayati apa arti hidup bagi diriku di hadapan Sang Maha Pencipta! Alhamdulillahi robbil ‘alamin!

    • mamo cemani gombong

      jangan begitu kang Ahmad teman2 masih butuh bimbingan anda ….terutama aku …coba klo aku dekat dgn domisili anda pasti anda akan bosan dgn aku krna bs tiap hari aku datang ….kang Ahmad aku dapat firasat …. andalah yang selama ini kucari …..anda ngga jauh dari sufimuda kayaknya ……maaf kalo keliru …teruslah berjuang demi islam yang BENAR ……salam

      • isenk

        jika perbedaan sudah bisa dipahami maka… gak usah ambil pusing lagi dengan perbedaan…..

        makam rohani yang berbeda akan berdampak pada perbedaan pemahaman…..

        teruslah menyuarakan apa yang bang ahmad sebut kata hati… karena orang2 yang menuju makam rohani kang ahmad pastilah membutuhkan petunjuk kang ahmad… ok kang??

        keep touching (*_^)

  • saliq

    DZIKRULLOH…!!!
    هو..الله…الله…الله….الله…
    ..الله…الله…الله….الله…

  • eka utama putra

    Asslm…
    Salam kenal Bang SM n senior2 semua mari kita berzikir merabith kehadirat-NYA disitulah kt tau maqom kt yang sesungguhnya..

    Wslm…

  • isenk

    *****************JABATAN MURSYID***************** ========================================
    1. WALIYYA MURSIDA (MURSYID HAQ)
    ========================================
    waliyya Mursida adalah manusia yang sudah beserta dengan ALLAH.

    Waliyya Mursida bukan ditunjuk oleh sekumpulan manusia atau guru mursyid sebelumnya.. melainkan ditunjuk dan dipilih langsung oleh ALLAH SWT.

    ========================================
    2. MURSYID YANG BERMURSYID
    ======================================== Mursyid yang bermursyid adalah manusia yang dipilih oleh ALLAH sebagai pembantu Waliyya Mursida (sebagai wali / kepanjangan tangan dari waliyya mursida).

    inilah yang dimaksud dengan sabdaNYA :
    ” Apabila belum bisa beserta dengan ALLAH besertalah dengan orang yang sudah beserta dengan ALLAH….”

    *********************ALKISAH*************************

    diantara 4 sahabat utama kita ketahui dalam sejarah hanya ABU BAKAR RA saja yang meninggal tidak dibunuh…. sedangkan Umar RA, Ustman RA, dan Imam ALI Kw, meninggal dibunuh…

    inilah bukti kongkrit dan sebagai petunjuk bagi kaum arab pendukung mereka saat itu.. bahwa “ke -3 jagoan” mereka sebenarnya bukanlah Ulama Pewaris/ khalifah Haq yang dimaksudkan dalam sabda nabi :
    ” Sesudahku akan ada ulama pewaris….”

    FIRMANNYA:
    tidak ada mudharat orang yang beserta dengan ALLAH….. ( Muhammad SAW tidaklah meninggal karena dibunuh dan demikian pula Abu Bakar RA.)

    HADITS:
    Apa yang ada dalam dadaku sudah kuserahkan pada Abu Bakar..”…( di dalam dada ada hati,, tempat bersemayam Allah sebagaimana sabdaNYA: aku berkenan di hati hambaku yang bening.mukmin,lunak dan tenang…)

    Apabila bumi dan langit ditimbang dengan amalan Abu Bakar… niscaya masih lebih berat amalan Abu Bakar….

    penjelasan :
    banyak yg menafsirkan hal ini sebagai amalan ibadah padahal intinya dalam diri Abu bakar tepatnya dalam hati Abu bakar terdapat ZAT TAK TERHINGGA / MAHA yang tidak dapat dinilai oleh apapun…sebagaimana firman dan hadits diatas

    **********************ILUSTRASI*********************

    Di zaman Kehidupan RAsulullah SAW :

    Rasulullah SAW (waliyya mursida) dan ke 4 sahabat utama (golongan Mursyid yang bermursyid)

    sepeninggal Muhammad SAW maka :
    Abu Bakar (waliyya Mursida)
    umar, usman dan imam Ali Kw… dapat dikategorikan sebagai mursyid yang bermursyid

    Demikian ….

    namanya juga alkisah… boleh percaya boleh tidak… tidak ada paksaan koq.

    namanya juga Alkisah….. benar tidaknya Hanya ALLAH dan kekasihNYA yang tau……sekedar corat coret aja….

    wassalam….

    • SufiMuda

      Terimakasih link nya, begitulah pandangan orang yg hanya mengerti sunnah zahir saja. Hanya dua golongan yg paling memusuhi sufi yaitu : Wahabi/Salafy dan Yahudi/Orientalis, tulisan yg anda link kan itu hasil karya kedua golongan tsb

  • mamo cemani gombong

    udah sekian lama blog ini kok ngga aktif ya ????? padahal aku masih banyak membutuhkan ilmu2 yang @ admin suguhkan ……tiap hari on line hanya artikel terakhir yang aku baca ……. Sufi Muda , kang Ahmad ,siraman rohani anda sangat aku rindukan karena aku yakin …….anda langsung dapat bertemu dgn Mursyid yang sangat aku ridukan …..salam kerinduan …

  • riyan

    Beruntung lah orang yang oleh ALLOH SWT telah d beri FAHAM tentang ilmu Tasawuf.mudah2 an kita d beri hidayah oleh ALLOH SWT untuk mau mempelajari ilmu tsb,,Amiiiin….Karna d dlm ilmu tersebut banyak RAHASIA2 yg akan menerangi jln kt,apabila kt menjalankannya.mudah2an kita bisa menemukan GURU MURSYID yg benar2 MURSYD..Amiiiin.karna GURU MURSYID lah yang akan membimbing kita,mengarahkan kt,memberi tahu tentang ISYARAH yng kt dapatkn,karna GURU MURSYID sudah faham betul dngn ILMU ISYARAH.Celakalah apabila kt gak punya guru..karna orng yang gak punya guru,gurunya adalah SYAITAN.. guru MURSYID adalh ULAMAUL AKHIROH. CITA2 YANG TINGGI DAN MULIA APABILA KITA PINGIN TAU MANA ULAMA DUNIA MANA ULAMA AKHIRAT..

  • eko cijantung

    Bismillahirrohmanirrohiim….
    Mas Sufi , saya adalah orang yg sangat tertarik dengan dunia sufi semenjak dulu ……… dalam kisah2 sufi ada banyak hal yang sangat menyentuh hati saya. Saya sangat ingin belajar agama Islam bukan hanya di kulit seperti yang selama ini kami pelajari…tetapi lebih kepada isi dan Insya Allah sampai kepada inti……..
    mas Sufi kepada siapa saya bisa mencari Mursyid untuk membimbing kegersangan jiwa saya ini. Tentunya saya sangat ini mendapatkan bantuan dan petunjuk dari mas sufi untuk pertanyaan saya yang satu ini…….
    Terimakasih.
    Wassalam……..

Tinggalkan Balasan ke AsrulBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca