Tasauf

Pandangan Yang Mangandung Kekuatan

Darwisy (nama lain dari Sufi) yang sedang belajar di kaki seorang guru besar Sufi disuruh menyempurnakan pengetahuannya untuk melatih perasaannya, dan kemudian kembali menemui gurunya untuk mendapat petunjuk lebih lanjut. Dia beristirahat di sebuah hutan dan memusatkan perhatiannya untuk melakukan meditasi batin dengan begitu sungguh-sungguh sehingga hampir tidak ada yang dapat mengganggunya.

Tetapi, dia tidak cukup berkosentrasi sebagaimana yang diharuskan agar seluruh tujuannya tetap tersimpan dalam hatinya, dan semangatnya untuk berhasil dalam latihannya ternyata lebih kuat daripada tekadnya untuk kembali ke sekolah, yang menyuruhnya untuk berlatih meditasi.

Demikianlah sehingga suatu hari, saat dia berkosentrasi pada bathinya, sebuah suara samar-samar tertangkap oleh telingany. Jengkel dengan adanya gangguan ini, Darwisy itu memandang ke atas pada cabang-cabang pohon tempat asal suara tersebut, dan melihat seekor burung. Terlintas dalam pikirannya bahwa burung ini tidak berhak mengganggu latihan yang dilakukan oleh seorang yang begitu tekun. Tidak lama setelah dia memikirkan gagasan ini, burung itu jatuh di kakinya dan mati.

Nah, darwisy itu belum begitu jauh melangkah di jalan Sufi sehingga dia tidak menyadari bahwa selalu ada ujian di sepanjang perjalanannya. Yang dapat dilihatnya pada saat itu hanyalah bahwa dia telah mendapatkan kekuatan sedemikian rupa yang belum pernah dimilikinya sebelumnya. Dia dapat membunuh seekor makhluk hidup; atau ada kemungkinan bahwa burung itu dibunuh oleh sesuatu kekuatan yang ada di luar dirinya, dan semua itu hanya karena makhluk tersebut telah mengganggu ibadahnya!

“Aku pastilah seorang Sufi besar,” pikir sang darwisy.

Dia bangkit dan mulai berjalan menuju kota terdekat.

Ketika tiba disana, dia melihat sebuah rumah yang indah dan datng ke sana untuk minta makanan. Waktu pintu dibuka oleh seorang wanita setelah diketuk olehnya, darwisy itu berkata :

“Perempuan, bawakan aku makanan, sebab aku seorang darwisy yang pandai, dan akan ada pahala bagi mereka yang member makan orang-orang yang melangkah dijalan itu.”

“secepat mungkin. Guru yang agung,” sahut wanita itu, lalu dia menghilang ke dalam.

Tetapi waktu telah berjalan lama sekali, dan wanita itu tetap belum kembali. Semakin  lama, darwisy itu semakin menjadi semakin tidak sabar. Ketika wanita itu kembali, dia berkata keapdanya;

“Anggaplah dirimu beruntung karena aku tidak megarahkan kepadamu kemurkaan darwisy, sebab bukankah semua orang tahu musibah akan datang jika dia tidak mematuhi orang yang terpilih?”

“Musibah pasit akan datang, kecuali jika orang itu tidak dapat menolaknya melalui pengalamannya sendiri,” kata wanita itu.

“Betapa beraninya kamu berkata kepadaku seperti itu!” sang darwisy berseru, “ Dan apa yang kamu maksud dengan perkataanmu?”

“Maksudku hanyalah, “kata wanita itu, “bahwa aku bukan seekor burung di hutan.”

Mendengar kata-kata itu, sang darwisy terhenyak. “Kemurkaan tidak mencelakaimu, dan kamu bahkan bisa membaca pikiranku,” katany dengan gugup.

Dan dia memohon agar wanita itu menjadi gurunya.

“Jika kamu telah membangkang pada gurumu yang terdahulu, kamu pasti akan berbuat begitu pula terhadapku,” kata wanita itu.

“Yah, setidak-tidaknya, beritahulah aku bagaimana kamu bisa mencapai tahap pemahaman yang jauh lebih hebat daripadaku,” pinta sang darwisy.

“Dengan mematuhi guruku. Dia menyuruhku untuk mendengarkan kuliahnya dan memperhatikan latihan-latihan yang diberikannya; jika tidak, berarti aku menganggap tugas-tugas duniaku sebagai latihan bagiku. Dengan cara ini, meskipun aku tidak mendengar kabar darinya selama bertahun-tahun, kehidupan batinku akan terus berkembang, dan  memberiku kekuatan seperti yang telah kamu lihat tadi, dan banyak lagi yang lainnya.”

Darwisy itu kembali ke tekke gurunya untuk mendapatkan bimbingan lebih lanjut. Sang guru tidak mengizinkannya untuk berbicara apa-apa, tetapi hanya berkata begini saat dia muncul:

“Pergi dan bekerjalah membantu seorang penyapu jalan di kota anu.”

Karena darwisy itu sangat menghormati gurunya, dia pun pergi ke kota itu. Tetapi dia tiba di tempat di mana penyapu jalan tersebut bekerja, dan dia melihatnya berdiri di sana berbalut kotoran, dia segan mendekatinya dan tidak dapat membayangkan dirinya menjadi pelayan orang itu. Saat dia berdiri di sana denga ragu-ragu, penyapu jalan itu berkata, memanggil namanya:

“Lajaward, burung apa yang akan kamu bunuh hari ini? Lajaward, wanita mana yang akan membaca pikiranmu hari ini? Lajaward, tugas sulit apa yang dibebankan gurumu kepadamu besok?”

Lajaward bertanya kepadanya:

“Bagaimana kamu bisa melihat ke dalam pikiranku? Bagaimana seorang penyapu jalan melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan para petapa yang saleh? Siapa kamu?”

Penyapu jalan itu berkata :

“Sebagian peretapa yang saleh dapat melakukan hal seperti ini, tetapi mereka tidak melakukannya untukmu sebab hal-hal lain yang harus mereka lakukan. Di matamu aku tampak seperti seorang penyapu jalan sebab memang itulah pekerjaanku. Karena kamu tidak menyukai pekerjaannya, kamu tidak menyukai orangnya. Karena kamu membayangkan bahwa kesucian berarti mencuci dan berjongkok dan bermeditasi, kamu tidak akan pernah menemuinya. Aku berhasil mencapai kemampuanku yang sekarang sebab aku tidak pernah memikirkan tentang kesucian: yang kupikirakan hany kewajiban. Jika orang mengajarkan kewajiban kepada seorang guru, atau kewajiban untuk melakukan sesuatu yang menakutkan, berarti mereka mengajarkan kepadamu kewajiban, tolol! Yang dapat kamu lihat hanyalah ‘kewajiban kepada manusia, ‘ atau ‘kewajiban pada kuil.’ Karena kamu tidak berkonsentrasi pada kewajiban, berarti kamu tersesat.”

Dan Lajaward, ketika dia mampu melupakan bahwa dia hanyalah pelayan seorang penyapu jalan, dan sadar bahwa menjadi pelayan berarti menjalankan kewajiban, menjadi orang yang kita kenal sebagai Syaikh ‘Abdurrazzaq Lajawardi dari Badakhshan yang panda, pembawa mukjizat, dan pembawa wangi yang langka.

Sumber : Wisdom of the Idiots, karya Idries Shah

32 Comments

  • kangBoed

    hmm… huuuuwaaaakaaakaakak… pertamaaaaax… tulisan yang mengandung makna yang sangat dalam…. banyak sekali pejalan yang kesenangannya mencari sensasi sensasi dalam perjalanannya…. dan membiarkan dririnya berhenti dan lupa untuk melanjutkan perjalanannya.. sungguh sangat disayangkan sekali… sayang… lupakan semua… abaikan… lanjutkan terus sampai ke tujuan…… hehehe..
    Salam Sayaaang

  • kangBoed

    hihihi… lirik ke atas… kita khan belum masuk kelas…. maaas… harus daftar dulu… ambil formulir dulu… baru formulirnya diisi… terus dikembalin… naaah tinggal tunggu jawaban berikutnya… di acece gaaak… *hailaaaah*… kaya daftar calon penghuni surga yaa… *Narsis ON*…. deeek Lambang sabar yaaa deeek… nanti jika sudah waktu dan saatnya…. huuwaaallah… hihihi… AYA AYA WAE…
    Salam Sayang

    Sufi Muda :
    Nama Kang Boed dah ada di sebelah kiri 🙂
    Sori telat di respon, dah lama gak lirik2 ke kiri 🙂

  • Lambang

    KangBoed,

    Hehehe… kan cuman tukeran link… bukan tukeran tiket masuk surga…

    Jadi harus daftar dulu dan ambil formulir tah 🙄

    Masak sih ga dikasih prioritas sama yang punya blog…
    Padahal udah tak masukin lho di blogroll saya…

    Salam.

    Sufimuda :
    Sebenarnya gak ada syarat apa2 cuma udah lama sy gak periksa link disebelah kiri 🙂
    Coba dilirik lagi, masuknya Islam Abangan menambah ceria blog ini. Mudah2an nanti ada Islam Adek-an ha ha ha

  • kangBoed

    hihihi… emang tukeran apa mbaaah…. tak pikir mau ngambil tikeeet yaaa… weleh weleeeeh… hmm… saya juga mau tuuuh… kaya sampeyan… hihihii.. pokoke nyang si mBaaah mau saya juga mau laaah… hehehe..
    Salam Sayang…

  • saraba 4

    Assalamu’alaikum

    memang setiap langkah perjalanan tetap ada dia tapi ada Dia yang selalu menjaga kita, dan mawaslah akan setiap perbuatan dari kelakuan diri. karena dia tiada lain kamu dan Dia pun tiada lain kamu. perjalanan yang membuaikan akan sebabkan kelalaian pada tujuan sebenar-benar, mana hasilnya jika tidak asyik ataupun menyimpang. pergunakan KOMPAS atau PETA dengan benar di PERJALANAN kemudian BERSANDARLAH di TEMPAT YANG SEBANAR-BENARNYA.

  • 10

    berhati hatilah sebab ahli LAAILLAHAILLALLOH = 12 sangat tersembunyi jangan di pandang dengan mata dhohir, biasanya orangnya njengkelin tetapi pandanglah dengan mata bathiniyah tentunya kalian tidak akan tertipu

  • zal

    ::Bang SM, sudah pernah nonton acara The Master, disalah satu TV nasional…saya gak tahu apakah mereka juga termasuk darwisy…,
    tentang kehebatan ini majadi pedoman atau motivasi para pejalan, tidaklah masalah, sebab memang selalu ada daya tarik yang dikembangkanNYA, namun sungguh sulit melepaskan dari ketertarikan ini, dan seingat saya Tuan Syekh Abdul Kadir Jaelani, usai 11 tahun pertama mengasingkan diri mengajar dengan mengambang diatas jemaah, namun tidak ada cerita seperti itu lagi setelah sebelas tahun berikutnya Beliau mengasingkan diri lagi.
    bukankah demikian Bang SM..?

  • padimuda

    Awal beragama adalah mengenal Allah.
    Pertemuan adalah awal, bukan akhir cerita.
    Kalau tidak berawal, bagaimana bisa ada selanjutnya
    Setelah benar awalnya, halaman pertama hukumNya barulah benar

    Setelah bertemu dengan Tuhan, Apa yang kemudian?
    Hilangkah segala hak? Musnahkah segala kewajiban?

    Artikel sufimuda bermakna dalam dan ganda.
    menambahkan pupuk di sawah kecil dan penuh sampah
    Berharap bisa menutrisi jiwa dan raga
    agar padi sedikit lebih berisi dan kembali hampa.

  • happy hell

    saraba 4
    artinya apaan tuh? sorry, aku gak ngerti bahasa arab.

    padimuda
    apa yg dimaksud halaman pertama hukumNya?
    apa maksud padi berisi dan kembali hampa?

    sorry,, baru belajar,, hehehe…

  • SufiMuda

    @Zal
    Saya ada beberapa kali menonton The Master…
    Memang dalam sejarah, banyak sufi yang memiliki kekeramatan seperti berjalan di atas air, bisa terbang dan kebal.
    Murid2 Syekh Abdul Qadir mengembangkan dakwah lewat kehebatan2 itu.
    Akan tetapi sufi kan tidak identik dengan kehebatan2 spt di The master karena orang yang menyembah jin pun bisa melakukan hal yang sama.

    Pada umumnya kekeramatan dan kehebatan yang dimiliki oleh seorang yang dekat dengan Tuhan bukan sesuatu yang di inginkannya akan tetapi datang dengan sendiri. Berbeda dengan menuntut ilmu kiri yang tujuan semata-mata memang untuk hebat.

    Disinilah kadang sulit sekali dibedakan antara yang Haq dengan yang Bathil, tipisnya sekulit bawang 🙂

  • kangBoed

    hihihihi…. thanks brooo….. hahaha…. saya cuma ngikut ngikut si mBaaaah Lambang aja Mas hehehe.. biar ada keceriaan… jangan gontok gontokan aja… cape deeeh…. mari kita mulai melangkah lebih jauh untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat berbagi buktikan islam itu sebagai “Rahmatan lil Allamin”…. sehingga kita bisa bergandeng tangan membawa perdamaian…. dan mulai masuk ke dalam diri untuk menemukan Jiwa Jiwa yang Tenang….
    Karena semua perjalanan dan sensasinya…. hanyalah jebakan belaka… jangan berhenti sebelum ada yang bilang berhenti!!!… dan itupun kita harus tetap waspada….. intinya… sudah saatnya kita tidak berebut paling benar biarlah perbedaan ini menjadi nuansa yang indah… yayaya… semoga harapan ini bisa ditindak lanjuti oleh saudaraku Bang Sufi Muda… mari kita bersama menjadi Rahmat dan Anugerah bagi sesama manusia dan alam semesta….
    Salam Sayang
    Salam Taklim
    Salam Hormat

  • Lambang

    Terima kasih Bang SM sudah dimasukkan dalam blogroll. Saya mendukung sekali pendapat KangBoed bahwa walaupun sebagian dari kita berbeda persepsi, ilusi, maupun interpretasi tentang agama dan ketuhanan, tidak ada salahnya jika kita bisa berdiskusi dengan hati yang terbuka lebar, lapang dan berjiwa besar. Tidak setiap pendapat kita selalu benar, demikian juga tidak setiap pendapat orang lain selalu benar juga. Biarlah pencarian Tuhan ini berlanjut dalam diri masing-masing, sesuai dengan bekal yang telah diperoleh sepanjang perjalanan kehidupan. Pencarian kebenaran yang sejati. Kebenaran lahir bathin, dunia wal akhirat.

  • flo

    @lambang & kangboed
    Pencarian Tuhan harus lewat jalur yg benar(rasul)
    bukan lewat jin & arwah gentayangan yang hanya membuat anda pandai berfilsafat saja.

  • Santri Gundhul

    Hmmm….
    Rupanya sedulur sudah pada JAGONG sambil NGOPI neh…
    Ntar saya tak REBUS BUNCIS dulu di sini yah sedulur…heeeee…..

    Sebiji buncis meronta dan terus melompat
    hingga hampir melampaui bibir kuali
    di mana ia tengah direbus di atas api.
    “Kenapa kau lakukan ini padaku?”
    Dengan sendok kayunya,
    Sang Juru Masak mementungnya jatuh kembali.
    “Jangan coba-coba melompat keluar.
    Kau kira aku sedang menyiksamu?
    Aku memberimu cita rasa!
    Sehingga kau layak bersanding dengan rempah dan nasi
    untuk menjadi gelora kehidupan dalam diri seseorang.
    Ingatlah saat-saat kau nikmati regukan air hujan di kebun.
    Saat itu ada untuk saat ini!”
    Pertama, keindahan. Lalu kenikmatan,
    kemudian kehidupan baru yang mendidih akan muncul.
    Setelah itu, Sang Sahabat akan punya sesuatu yang enak untuk dimakan.
    Pada saatnya, buncis akan berkata pada Sang Juru Masak,
    “Rebuslah aku lagi. Hajar aku dengan sendok adukan,
    karena aku tak bisa melakukannya sendirian.
    Aku seperti gajah yang melamun menerawang
    tentang taman di Hindustan yang dulu kutinggalkan,
    dan tidak memperhatikan pawang pengendali arah jalan.
    Engkaulah pemasakku, pawangku, jalanku menuju cita rasa kesejatian.
    Aku suka caramu membuat masakan.”
    “Dulu aku pun seperti engkau,
    masih hijau dari atas tanah. Lalu aku direbus matang dalam waktu,
    direbus matang dalam jasad. Dua rebusan yang dahsyat.
    Jiwa binatang dalam diriku tumbuh kuat.
    Kukendalikan dia dengan latihan,
    lalu aku direbus lagi, dan direbus lagi.

    Pada satu titik aku melampaui itu semua,

    Saudaraku SUFI MUDA,

    Clometan ini sekedar mengingatkan kita pada saat-saat LAKU~SULUK bukan hanya di Kelambu Kecil, melainkan SULUK di Kelambu Besar..yah di Jagad raya ini….

    Salam CINTA DAMAI ~ 513

  • SufiMuda

    Cerita santri gundhul di atas mengingatkan saya akan cerita Ubi di Rebus dan proses menjadi tape agar naik derajatnya 🙂

    KIta telah keluar dari KELAMBU kecil menuju KELAMBU Besar dan ayat2 Tuhan di alam ini akan menuntun kita,

    Salam Damai Selalu

  • kangBoed

    Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang… hehehe… bang Sufi Muda…. sepakat… hihihi… mari kita tebarkan perdamaian…
    Salam Sayang
    Salam Taklim
    Salam Hormat

  • penonton

    semoga pak mukarram ndak datang di koment ini biar nyruput kopinya lebih nikmat.
    sebelum nyruput kopi jangan lupa cuci muka pake sabun GIV sikat gigi pake Ritadent habis itu kopinya di sruput sambil rokok surya hmmmmmmmmmmmmmm

  • happy hell

    Wah, penonton,, itu khas sepertinya ciri khas abdi dalem keraton deh,, Hheehehehehe,, jadi terkenang…

    Siapapun yang datang juga pastinya kita terima dengan baik,, Bagaimanapun kepentingan NYA dan kebersamaan dalam menggapai ridhaNYA lah yang nomer satu..
    Yang penting kita bisa saling menghargai dan menghormati keyakinan ikhwan2 kita dalam berTuhan..

Tinggalkan Balasan ke kangBoedBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca