Tasauf

…ke TUHAN juga perlu duit!

Oleh : Abu Hafidzh Al Faruq

Saya tidak mengerti mengapa orang menjadi phobia dengan tasauf atau dunia kesufian. Sebagian informasi yang saya dapat bahwa ketakutan itu disebabkan oleh seolah olah sufi meninggalkan keduniawian untuk mencapai akhirat.  

Dari literatur yang saya baca secara harfiah sufi itu sendiri berarti kulit kambing atau pakaian dari kulit kambing (kalo salah mohon dikoreksi), yang dipakai oleh orang orang atau pengikut ajaran tasauf tempo dulu. Hal ini lebih disebabkan oleh kemiskinan mereka, karena hanya itu yang mereka punya lalu hanya itulah yang mereka pakai, bukan karena mempelajari tasauf harus miskin atau menjadi miskin sehingga mereka lebih tawadhu atau dianggap tawadhu. Image yang terbentuk oleh kondisi ketika itu terbawa sampai zaman sekarang. Saya kira itu tidak relevan karena substansi kesufian bukanlah pada ‘tidak memiliki apa apa’nya, melainkan lebih kepada kedekatan kepada TUHANnya. Mungkin kita masih ingat dengan sebuah sabda ‘beribadahlah kamu seakan akan kamu mati besok dan berusahalah kamu seakan akan kamu tidak pernah mati’. Itu adalah bukti bahwa kesufian sama sekali tidak berhubungan dengan kepapaan. Seorang saudara seperguruan pernah berujar ‘TUHAN hanya berserta orang-orang yang berduit!’. Oh.. begitu matrekah TUHAN? Kalau bersedia anda dalami sejenak mungkin anda juga akan setuju dengannya karena hal tersebut adalah sebuah interpretasi seseorang dengan bahasa kekinian sebuah sabda masa lampau yaitu ‘sesungguhnya kemiskinan itu mendekati kekufuran!’. 

Saudara.., ke TUHAN juga perlu duit! Bukankah anda bersedekah pake duit? Berzakat, berinfak, berqurban… lalu bagaimana dengan berhaji yang setiap tahun ONH (ongkos naik haji ; red) yang ditetapkan pemerintah selalu bertambah mahal? Bagi saudara pengamal tasauf, bagaimana anda berkunjung ke GURU anda? Bernazar atas problem yang sedang anda hadapi? Memang ada kerenggangan ketentuan dikarenakan ‘tidak mampu’. Tapi sampai kapan kita bersembunyi di balik kata kata itu jikalau TUHAN jua yang memberi rizki? Jangan jangan tanpa kita sadari kita memang menginginkan diri kita miskin dan kepingin tetap berada dalam kemiskinan. Oh.. sungguh mulia anda jika memang demikian adanya. Saya tak sedang bersenda, seorang pengkhotbah jumat di mesjid besar kota kami berkata bahwa RASULULLAH menjelang akhir hayatnya pernah berdoa ‘ya ALLAH ya TUHANKU, miskinkanlah aku dan kumpulkanlah aku nanti di surga beserta orang orang miskin’. Bisa jadi anda akan semulia NABI bila paradigma anda atau apapun sama dengan NABI sebagai latar belakang lahirnya permintaan NABI tersebut. 

Bukan bermaksud untuk mengkonfrontasikan, tapi ingatkah anda bahwa manusia terkaya dan paling berkuasa yang pernah ada, yang tiada seorangpun sebanding dengannya baik  sebelum maupun sesudahnya, adalah seorang hamba TUHAN? Tiada lain Nabi SULAIMAN lah yang saya maksud, kisahnya juga diabadikan dalam Al-Quran. Lalu apakah Nabi Sulaiman bukan seorang sufi, yang keliru ditakuti orang bersinonim dengan kefakiran? Tidakkah GURU anda berdoa agar anda kaya? Bukankah orang tua anda dan orang orang di sekeliling yang mencintai anda berdoa untuk kesuksesan dan kemakmuran anda? Kenapa anda tidak berfikir bahwa TUHANpun bangga kalau anda kaya raya, atau dengan kata lain ‘TUHANpun malu kepada anda kalau anda miskin!’ Kenapa? Karena NABI menyuruh kita untuk kaya, karena TUHAN ingin kita kaya raya. … 
 
Jikalau bulan indah berpeluk mega

Kenapa bintang rasi cahaya berusuk iga

Jikalau kaya dan miskin masuk surga

Kenapa tak kau pilih kaya raya masuk surga

46 Comments

  • zal

    ::engga usah diajari mencari kaya, manusia secara naluriah akan melakukan, sebab sudah di program, “AKUlah Harta Yang Terpendam”..demikian juga Ilham cahaya yang disampaikan kepada laron, dan entah mengapa mereka selalu menjumpai cahaya yang itu-itu juga…
    ::seorang Junaed Al Bagdadi, peernah didatangi seseorang yang memberinya beberapa kantong uang emas, lalu Beliau bertanya kepada yang memberi, apakah engkau masih punya dna masih menginginkan, lalu dijawab orang tersebut, ya aku akan mencari lagi, kalau demikian ambillah ini, sambil menyodorkan kantung-kantung uang emas tersebut, dan berkata…aku tak memerlukan apa-appa dan tak menginginkan apa-apa…
    Demikian juga Rumi, dia bahkan meninggalkan istana …
    Comment ini bukan mengajarkan miskin itu lebih baik, namun mengingatkan jika berkenan dahulukan menemukan Harta Haq, agar mengenal bagaimana janjiNYA berjalan…

  • sitijenang

    @ zal
    maksudnya kebersahajaan, ya? kekayaan di dalam yg lebih utama. kalo dalam kejawen sih ngelmu ‘kasampurnan’ (kesempurnaan) tidak lagi “harus” terlihat “miskin”, melainkan sesuai peran. kalo pemimpin negara kaya, tapi berbusana compang-camping kan dianggap tidak menghargai ‘ajining diri’.

  • sufimuda

    mmm… bararti menurut Bang Zal dan Mas Siti jenang kekayaan itu ada dalam diri ya 🙂

    Mari kita mendekatkan diri kepada Pemilik Kekayaan, Pemilik Bumi dan Langit, kalau antara kita dengan Dia sudah manunggaling kawula Gusti, kekayaan apa lagi yang mau dicari? bagaimana pendapat Mas Siti jenang?

  • sitijenang

    …kalau antara kita dengan Dia sudah manunggaling kawula Gusti, kekayaan apa lagi yang mau dicari?

    lha kalo itu namanya sudah mukti. kalo butuh sesuatu dalam menjalani peran tinggal minta aja, nanti bakal diberi. atau malah gak perlu minta karena keperluan kita pasti dicukupi. apapun perannya, minumnya teh botol. :mrgreen:

  • frozen

    saya sih bukan phobia, tapi skeptis.
    pakai tasawuf zaman padang pasir, jelas requirementsnya nggak main-main.
    pakai yang (tasawuf) modern, kebanyakan seminar.
    .
    @ sitijenang
    serius? ono buktine?

  • zal

    Frozen: makanya jangan pake tassawuf, do it, itu jargonnya nike.., yang pertama kali melakukan pasti engga pake tassawuf-tassawufan kan…,
    hayo siapa yang makan jengkol pertama kali di dunia ini….koq berani ya…apa engga takut beracun tuh.. jengkol…. 🙂

    ::sufimuda, kalau disebut di dalam, namanya mengambil tempat ya…, disebut pada diri itu tidak berarti di dalam…, dan tidak pula di luar, bukankah ada ni’mat pada saat mengantuk…?? apa pernah terperhatikan..coba tahan sampe berat…nikmati gesekannya… 🙂 langit tanpa tiang namun bertiang.. kalau dalam bahasa bali tiang itu berarti saya…

  • masJK

    1. kaya [nabi sulaiman], miskin [nabi isa], sakit [nabi ayub]. pelajaran yg dpt qt ambil dr mereka adlh tetap “ibadah”.
    2. sy teringat sabda rasul “tangan” yg di “atas” lebih baik dr tangan yg di bawah. ad sbgian pnafsiran d situ bhw itulah hakikatny makna “orang kaya”.

    selamat tahun baru.

  • sufimuda

    @Frozen
    pakai tasawuf zaman padang pasir, jelas requirementsnya nggak main-main.
    pakai yang (tasawuf) modern, kebanyakan seminar.

    Sekarangpun masih ada Tasawuf yang diamalkan lewat Tarekat dan tentu saja masih terjaga keasliannya ala padang pasir 🙂
    Saya setuju pendapat mas Aris kebanyakan Tasawuf sekarang hanya pada tataran seminar termasuk juga zikir, rame2 tapi …..
    Tasawuf lewat seminar hanya bisa mengerti Tasawuf tapi tidak kepada pengamalannya…

  • Musafir Gendeng

    Ass.
    Sholu’ala nabi muhammad
    Definisi Dunia wal akhiroh,yg dinamakan dunia dan akhiroh: apapun yg menghalangi,yg mendidingi,yg menganggu kita untuk menghadap kepada allah,itu namanya dunia.apa itu berbentuk ilmu,ibadah,dzikir, kalau semua itu tidak didudukkan pada kedudukan yg betul2 akan diterima dan diridhoi oleh Allah ta’ala itulah dunia.
    Sebaliknya apapun yg mendorong,menolong membantu kita untuk menghadap kepada allah,walaupu dunia,harta,kedudukannya itu akhirat.
    Menurut pendapat saya, siapa yang membicarakan bekerja atau tidak menunjukkan kedangkalan dan kebodohanya dalam berThoriqoh(tasawuf).Orang tasawuf tidak akan membicarakan tentang bekerja atau tidak,mencari dunia untuk memenuhi kewajiban keluarga,untuk menjadi orang yg cukup dan kaya itu gak perlu dibicarakan,itu merupakan seharusnya.Yg dibicarakan semua ini akan menjadikan sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh allah.Jadi sejauhmana sesuatu ini tidak mengganggu perjalanan hidupnya didalam ibadah kepada allah.
    jadi walaupun para ulama sufiah itu kaya akan dunia tetapi hartanya itu tidak masuk kedalam hatinya.hanya sebagai sebab musabab (sarana menunjang ibadah kita pada allah ta’ala)

  • young sufi

    Membaca topik ini saya jd teringat dengan kata2 politik para caleg parpol ” kalau kita ingin mengubah satu sistem kita harus masuk ke dalam sistem tersebut ” dan bagi mereka yg phobia dengan ilmu tasawuf mgk mereka harus memahami kata2 politik tersbt dlm memahami ilmu tasawuf sehingga tidak phobia lagi.
    Masalah keTuhan jg perlu duit! ya..iyalah scr kita sedekah, zakat, infaq, DLL

  • Jay

    Hmmm
    Bingung mau komentar apa
    Manusia diperintahkan untuk beribadah dan berusaha. >Beribadahlah seolah akan mati esok hari dan berusahalah (didunia) seolah akan hidup selama2-nya.

    Saya ingin jadi orang kaya agar bisa berda’wah dg harta, seperti Nabi Sulaiman. AMIN

  • Permata Langit

    Tapi..Kebanyakan manusia gagal ketika mereka diuji dengan kekayaan ( Banyak yang sombong, takabbur, kufur nikmat, lalai dari dzikrullah, kikir bin pelit ),
    Justru banyak yang Lulus ketika Manusia diuji dengan kemiskinan ( Nabi bersabda bahwa kebanyakan yang masuk surga adalah orang miskin )

  • abdul muznibu

    Saya rasa ini topiknya adalah cinta dunia. Lawannya adalah zuhud. Tidak akan bisa seorang manusia mencintai Tuhannya kalau ianya masih cinta dunia.

    Orang zuhud tak mesti miskin. Orang zuhud bisa saja kaya. Tapi hatinya tidak sedikitpun tidak terkait dunia. Kaya atau miskin sama saja baginya.

    Saya membaca sebuah artikel tentang zuhud. Saya lampirkan linknya dibawah. Semoga bisa menambah ilmu islam kita dan menjadi jalan bagi kita untuk mencintai dan takutkan Tuhan.

    http://kawansejati.ee.itb.ac.id/17-zuhud

  • hembusankesturi

    kalo paradigma kbnykn org tdk setuju disisi org2 sufi tinggal dunia. krn mereka belum paham ilmu tasawuf. penyakit kebykan org skrg adalah gila dunia. krn memang nafsu yg ada di dua lambung manusia itu rakus itu hendak berebut memiliki dunia, hidup senang nafsi nafsi . tapi akibatnya sdh kelihatan skrg, gara2 memperebutkan dunia itu masyarakat jadi huru hara, haru biru, pergaduhan, tidak ada toleransi, sikut sana sikut sini, dll.

    tasawuf bukan tinggal dunia tapi tidak cinta dunia. dunia cuma alat untuk berkhidmat kepada orang lain dan untuk membesarkan Allah. dunia bukan untuk dicintai atau diperebutkan. ntahlah.. awak pun masi cinta dunia ni.. susahnya mujahadah.. ;(

  • sufimuda

    Makasih Abdul Muznibu dan Abuthoriq atas kunjungan dan komentarnya…
    Mencari uang tanpa melupakan Tuhan dan menggunakan uang untuk kepada jalan-Nya adalah cara yang paling baik agar kita bisa mendapatkan ridha-Nya

  • Abdul Muznibu

    Mencari uang karena Tuhan dan menggunakan uang untuk kepada jalan-Nya adalah cara yang paling baik agar kita bisa mendapatkan ridha-Nya

  • yunus

    saya rasa tidak ada yang perlu di komentari lagi,kawan-kawan jangan bingung kita di lahirkan di duniakan untuk mengabdi pada ALLAH,jadi apapun yang kita miliki semuanya untuk ALLAH,kalau masalahn ke TUHAN kita pakai duit itu masih hal yang kecil.apakah ada yang salah Sufimuda?.mohan Ampun Pada ALLAH.

  • a'au

    ya ALLAH,limpahkanlah rahmat,karunia,kekuatan dan rezeki bagi kami2 ini sebagai sarana kami untuk berubudiyah&mengabdi kepada-MU,….amin

  • Mazadjie

    Jiwa dan raga cenderung berkumpul dengan habitatnya masing masing, Manusia wajib menjaga keseimbangan diantara keduanya, karena Allah menyukai yang MIZAN (seimbang)
    Ketika raga (syariat) mendominasi, jiwa (Hakikat) krisis, –>
    akan berontak (dalam bentuk kegelisahan jiwa ) begitupun sebaliknya

    salam

  • av@tar

    .s7 Mazadjie,harus ada keseimabangan. nyari duit dengan jalanNya,untuk dekat padaNya dan akan kmbali padaNya! hanya orang gila dan orang bodoh yang tak mau duit,apalgi kaya……… ;-}

  • ade

    ambillah dunia di tangan tapi jangan sampai simpan di hati. itulah kata2 Dari syeikh Thariqat Aurad Muhammadiyah, Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi, mujaddid kurun ini, yang juga merupakan Putera Bani Tamim yang disebut dalam hadits. Menurut Abuya dalam bukunya Konsep Kesederhanaan Dalam Islam, satu hal yang harus kita luruskan adalah, tidak ada konsep fifty-fifty dalam Islam. Maksudnya, tidak ada tujuan hidup kita ini, 50% untuk dunia, 50% lagi untuk akhirat. Mengapa? Karena Besarnya balasan di akhirat dengan kecilnya hidup di dunia itu memang tidak bisa dibandingkan.

    Jadi, harusnya seluruh aktivitas kita selama hidup di dunia ini adalah untuk mencari Rahmat dan Kasih sayang Allah, agar kita selamat di dunia dan di akhirat. kemudahan2 hidup di dunia, seperti mobil, komputer, tempat tinggal, rumah. dll. itu hanya ALAT, bukan TUJUAN. jangan sampai tertukar ALAT menjadi TUJUAN, dan TUJUAN menjadi ALAT. tujuan hidup kita di dunia adalah menghambakan diri kepada ALLAH SWT (Ad-Dzaariat : 56), dan sebagai khalifah ALLAH / DUTA ALLAH di muka bumi ini, untuk mengurus bumi KEPUNYAAN ALLAH ini sesuai DENGAN KEHENDAK ALLAH (Al-Baqarah : 30).

    dan satu hal lagi yang perlu kita ingat, Yang Memberi rezeki adalah ALLAH, sebab datang nya rezeki adalah ALLAH juga yang menciptakan. Walaupun kita yang berusaha mencari duit itu. hakikatnya itu adalah punya ALLAH. yang ada pada kita itu BUKAN PUNYA KITA, tapi TITIPAN DARI ALLAH, yang akan dipertanggungjawabkan nanti bagaimana penggunaannya di Yaumil Hisab.

    Maksud hadits “berusahalah untuk akhiratmu seakan2 kamu mati esok, dan berusahalah untuk duniamu seakan2 kamu hiup selama2nya”, menurut Abuya bukan berarti seolah-olah kita berprinsip “akhirat ia juga, dunia ia juga..”. maksudnya, jadikanlah seluruh aktivitas kita itu untuk akhirat, sedangkan urusan2 yang hanya akan habis di dunia, tinggalkan sajalah, atau tunda sajalah, karena masih ada waktu seribu tahun lagi. sedangkan urusan dunia ni, mesti ini didahulukan, karena kita akan mati besok ni. nah begitu.

  • abdul muznibu

    ingin kaya adalah fitrah manusia (sifat semula jadi manusia) yang diberikan oleh Tuhan.

    Artinya mau manusia macam manapun pasti fitrahnya pengen kaya KECUALI orang yang TAQWA.

  • ade

    ralat: pada paragraph terakhir: harusnya: ….sedangkan urusan akhirat ni, mesti ini didahulukan, karena kita akan mati besok ni. nah begitu., bukan urusan dunia ini mesti didulukan. Maaf atas segala kelemahan saya.

  • si rudi

    @sufimuda
    Saya meyakini bahwa semua Tuhan yang punya, dan saya cuma mengelola. Sebagai bendahara, saya mungkin dititipi sedikit, mungkin banyak. Itu terserah Sang Pemilik. Kalau saya disuruh mengelola lalu diselewengkan, dipakai semau saya, maka jatah-kelola saya pasti dikurangi sampai titik yg sampai saya sanggup terima.

  • SufiMuda

    Benar mas Rudi…
    Memang begitulah seharusnya kita bersikap. Tuhan menitipkan segala amanahnya kepada kita, baik berupa harta maupun berupa Ilmu…
    Pandai2 kita bersyukur maka akan ditambah, kalau kita mengingkari atas semua karunia-Nya maka tentu saja karunia itu akan dicabut dan diberikan kepada orang yang lebih bersyukur

  • si rudi

    Seperti membongkar isi gudang dan menemukan perbendaharaan yang lama dan yang baru. Barang yg lama tersimpan di gudang, ketika ditemukan kembali, rasanya seperti barang baru. Itulah gambaran pertemuan secara rohani Islam dan Kristen. Meski mungkin karena setuju melulu, akan membosankan bagi orang lain :mrgreen:
    .
    Tp ada satu yg saya meraba-raba. Rumi bilang, begitu kita pergi ke luar dan bertemu kurcaci, haruslah kita segera membunuhnya selagi ia kecil. Kalau tergoda membiarkannya membesar, kitalah yangakan terbunuh.
    .
    Sementara dalam Kekristenan, seseorang yang telah “menyebrangi sungai Yordan”, akan langsung berhadapan dengan “Yerikho”–yaitu kota berkubu (stronghold) yang terkuat yg ada di seberang. Di sini face to face with the devil himself terjadi. Baru kemudian kota-kota kecil yg lain direbut dengan mudah.
    .
    Dalam peperangan rohani, sepertinya Islam dan Kristen mengambil cara terbalik. Islam dari yang mudah dulu. Kristen dari yang sulit dulu.
    .
    Bagaimana menurut Anda?

  • Nicolas Suawa

    Ke Tuhan (mendekatkan/menyatukan diri dengan Tuhan) dengan cara Tasawuf menurut ajaran Islam Hakekat tidak perlu pakai duit mas.
    Memang kalau kita niat ber-tasawuf dengan cara Islam Sareat/ahlul sunnah wal jamaah memang harus melalui sedekah, amal jariah, zakat, dan haji yang memerlukan duit. Itupun harus disertai keikhlasan.

  • transparan 99

    Pro : Nicolas Suawa
    =================================================
    Ke Tuhan (mendekatkan/menyatukan diri dengan Tuhan) dengan cara Tasawuf menurut ajaran Islam Hakekat tidak perlu pakai duit mas
    =================================================

    Kencing diterminal aja bayar bro..
    mo syariat lah, tarekat lal, hakikat lah, makrifat sekalipun… manusianya tetap aja perlu duit, UANG, Money Money (mooning)

    termasuk orang yang taqwa sekalipun.. orang yang taqwa 1, tapi anaknya kan belum.. gak ada nasi tetap aja rewel bro.. bullshit banget kalau gak perlu duit, MUNAFIK kalau kata orang alim….
    1 hal yang mungkin dilupakan, dalam surat al-ikhlas TIDAK ADA KATA IKHLAS

    TIDAK ADA MANUSIA YANG IKHLAS.. hanya Tuhan yang ikhlas bro..

    tapi kalau saya tidak salah.. badan terkorup indonesia ada di tubuhnya Departemen Agama, Mayoritasnya islam Lho..
    Semuanya butuh uang kan
    hehehehehehehehehehehehe (mooning) :-p

  • abdul muznibu

    saya baru dengar nih tentang thareqat aurad Muhammadiyah, apakah itu yang dikatakan thareqat akhir zaman? ada yang bisa jelasin?

  • Siti Shahira

    ana bukan berfikiran negatif, malah suka sangat anta menulis ilmu-ilmu begini di internet. Namun, tajuk blog anta … “….ke Tuhan pun perlu duit! ” di telinga dan fikiran ana bergema begitu kasar sekali, tukarlah tajuk ini saudaraku, kerana Islam ini menyampaikan ilmu-2nya dengan hikmah sekali…

Tinggalkan Balasan ke si rudiBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca