Jejak Cinta

PUISI

Oleh : Abu Hafidzh Al-Faruq*

 

bunga-sufiPuisi adalah bahasa yang paling jujur yang pernah saya ketahui. Puisi adalah ungkapan perasaan yang sangat dalam yang lahir dari persinggungan perasaan seseorang terhadap sesuatu dan dituangkan dalam suatu bahasa yang sarat makna, oleh karena itu puisi tidak mungkin dibuat asal-asalan. Puisi adalah bahasa yang singkat dan padat, begitulah defenisi yang saya ingat dalam pelajaran bahasa Indonesia bab sastra pokok bahasan puisi, pada suatu hari ketika saya kelas 3 SMP dulu.

Puisi tentu banyak macam ragamnya, saya bukanlah orang yang ahli untuk menjelaskan perkara ini, tetapi ingin saya katakan bahwa salah satunya adalah jenis puisi religius, hal ini  untuk menanggapi ‘doa sufimuda’ yang dituangkan dalam bentuk puisi maupun puisi puisi yang ada di dalam ‘puisi dan pantun’ sufimuda. Si pujangga besar Chairil Anwar meskipun digolongkan dalam penyair pejuang dari angkatan 45 mampu menciptakan puisi religius dalam karyanya yang terkenal bertajuk ‘doa’. Saya kutip beberapa penggalannya’ …dalam termangu, aku masih menyebut namaMu, biar susah sungguh, mengingat Kau  penuh seluruh, … dipintuMu aku mengetuk, aku tak bisa berpaling’. Untaian kata-kata luar biasa ini lahir dari pergumulan bathin sang penyair dengan Tuhan dari apa yang didengarnya, dilihatnya dan dari apa yang dirasakannya. Itulah yang disebut Inspirasi. Setiap penyair memerlukan inspirasi untuk berkarya, dalam hal ini inspirasi beliau adalah Tuhan itu sendiri.

Kita harus bersyukur karena Tuhan banyak menciptakan manusia yang memiliki ketajaman talenta yang beragam untuk menikmati puisi puisi indah Tentu saja setiap penikmat seni berbeda cara, tingkat dan rasa dalam mengapresiasikan  karya meskipun dari satu objek seni yang sama. Dalam istilah sufi, inilah yang disebut ‘maqam’. Setiap penikmat puisi menikmati sebuah puisi dengan rasa yang berbeda sesuai dengan maqamnya. Sebagian orang menikamti satu puisi dengan sangat dalam, sebagian lagi dengan respon yang biasa biasa saja, sebagian yang lain hambar tidak merasakan apa apa karena tidak mengerti bahkan mungkin lebih buruk  dalam arti menganggap hal tersebut berlebihan atau ’tidak mungkin’ seperti yang tersirat pada komentar komentar ’doa sufimuda’. Siapa saja boleh menginterpretasikan sebuah karya seni dengan bebas menurut kadar masing-masing, tetapi makna hakikat yang sebenarnya ada pada penciptanya. Sang penciptanyalah yang paling mengerti karena dialah yang mengalami ’pergumulan rasa’ sehingga terciptanya puisi tersebut. Dalam istilah Qur’an, hanya dialah yang mengerti ’asbabunnuzulnya (asal usul turunnya ayat)’. Jadi penikmat seni tidak berhak menghakimi sesuatu karya ciptaan puisi bahwa puisi itu harus begini harus begitu. Penikmat seni hanya bisa menilai pada tataran ’penikmat’ sedalam apa si penikmat menikmati suatu karya seni untuk dirinya sendiri tanpa harus menyeberang menjarah otoritas pencipta. Realita yang ada banyak pihak yang merampas hak pencipta seperti menyadur atau menafsirkan sebuah karya seni, kecuali oleh si pencipta itu sendiri. Bahkan yang paling mencengangkan tanpa kita sadari sedari dulu, perampasan hak ini bukan hanya perampasan hak dari manusia oleh manusia, bahkan juga perampasan hak Tuhan oleh manusia yaitu tafsir tafsir atas Maha Karya kitab suci AL Qur’anul Karim.

Demikian banyak kitab-kitab tafsir Alqur’an oleh profesor ini profesor itu, tetapi tetap saja itu merupakan pemahaman manusia padahal hanya Tuhanlah sebagai pemilik Qalam yang mempunyai otoritas maksud dari ayat ayat yang diturunkanNYA. Kalau belum mengerti ayatnya, tanyakanlah langsung pada PEMILIKNYA!! Bisa…???? jangan sok sok pintar hei kau professor manusia! Yang lebih parah lagi ada ayat ayat yang nyata nyata sudah jelas pengertiannya masih ditafsirkan juga semisal ayat hukum waris atau kepemimpinan yang membedakan laki-laki dan perempuan yang ditafsirkan sama. Apa komentar pembaca..?? (gendheng, sableng atau keblinger?). Al Qur’an itu diturunkan dalam bahasa sastra. Bangsa Quraisy sangat menghargai syair syair indah sampai sampai ada pertunjukan pembacaan syair dalam budayanya ketika itu, sehingga bahasa Al qur’an sangat dihargai oleh mereka. Demikian menurut ustadz saya yang fasih berbahasa arab bergelar Lc., Lulusan universitas tersohor mesir itu. Konon, Umar bin Khattab si preman pasar yang mulanya sangat menentang Islam justru masuk Islam setelah mendengar secara tidak sengaja, adiknya melantunkan ayat ayat suci yang sangat sangat indah tersebut. Al Qur’an diturunkan dalam bahasa arab, hanya orang arablah yang paling mengerti makna bahasa ibu mereka, kok kita atau siapapun yang bukan berbahasa arab berani beraninya membuat tafsir Qur’an yang berbahasa arab? Mungkin menterjemahkannya pun kita masih salah walau sudah belajar bahasa arab apatah lagi menafsirkannya? Orang arab sendiri yang sekarang hidup di Mekkah sana pun bila disuruh manafsirkan Qur’an mungkin masih salah juga karena bahasa arab zaman nabi berbeda dengan bahasa arab zaman sekarang, konon lagi kita yang menafsirkannya. ’Bahasa itu dinamis dan mengalami perubahan’ kalo yang ini ilmu bahasa yang saya dapat ketika SMA. Contoh?? Dulu sebutan ’Bapak’ hanya diperuntukkan sebagai sebutan untuk orang orang yang sudah benar benar menjadi bapak, artinya punya anak. Sekarang siapa saja yang punya kedudukan atau posisi tertentu dalam dunia profesi disebut ’bapak’ sebagai bentuk penghormatan terhadap seseorang tidak perduli apakah sudah menikah atau sudah punya anak. Nah lo..? hal itu saya rasakan bedanya ketika saya kecil dulu dengan sekarang kira kira rentang waktunya 30 tahun, konon lagi Al Qur’an yang diturunkan lebih dari 1400 tahun yang lalu? (Hanya ALLAH lah yang tau karena  Dia yang menurunkan dan Dia tetap hidup dari zaman nabi sampai sekarang).

Kembali ke soal puisi, menanggapi puisi Sufimuda dalam ’doa sufimuda’ maupun dalam ’Duhai Pujaan Hati” dan puisi puisi dalam ’pantun/puisi’ saya sangat kagum atas dinamika perasaan sang Sufimuda yang luar biasa kepada Tuhannya. Bait bait tersebut bisa jadi dirasakan hambar bagi siapapun yang hambar berhubungan dengan Tuhan alias tidak merasa berhubungan. Pada sisi lain kita tidak kan juga bisa merasakan kedahsyatan perasaan sang Sufimuda pada Tuhannya selama kita memiliki hubungan pada Tuhan kita dalam dimensi yang berbeda dengan sang Sufimuda. Apapun yang diungkapkan oleh sang Sufimuda sebagai ’jeritan perasaan’nya, skali lagi itu adalah hak preogatif sang Sufimuda selaku pencipta dan kita tetap berada di seberang pada tataran penikmat, sedalam apa kita mengapresiasikan perasaan sang Sufimuda…

 

jangan kau kata

cabai itu pahit manis asam basa

usah kau ajari pula

cabai itu pedas bagai lada merica

sudah dicukupkan kaji baginya

siapa yang MENGUNYAH RASA

 

di atas langit

Batam, 21 oktober 2008

 

* adalah seorang  peminat sastra khususnya puisi, pascasarjana lulusan ITS Surabaya, Engineer pada sebuah perusahaan jasa konstruksi nasional. Puisinya pernah dimuat pada sebuah majalah dan sebuah harian di Indonesia

21 Comments

  • padimuda

    he eh,, susah juga kalo kita dipaksa mengunakan tafsir dari prof ini, anu, ono, atau dari syeikh ini, anu, ono,, padahal tafsir yang sebenarnya adalah tafsir dari Allah Ta’ala sendiri ya? Jadi, kita tanyakan pada Allah apa tafsir dari kalam Nya dan bagaimana aplikasinya saat ini. Caranya?
    ^_^

  • kenz

    “jadi penikmat seni tidak berhak menghakimi sesuatu karya ciptaan puisi bahwa puisi itu harus begini harus begitu..”
    ……………………….

    “Siapa saja boleh menginterpretasikan sebuah karya seni dengan bebas menurut kadar masing-masing, tetapi makna hakikat yang sebenarnya ada pada penciptanya.”
    ……………………………..

    Bukannya hakikat di sana baru ditemukan setelah digumulkan dengan realitas? dan ini berarti ia juga harus dibenturkan dan membuka diri atas vonis? paling tidak, dengan cara begitu puisi lebih menemukan kearifannya, daripada harus terus bersemayam di “tanah tak berjejak” sang penyair…

  • cAcuK

    Yang paling penting adalah rasa, rasa mempengaruhi segala perbuatan kita, puisi ana :

    Betapa aku telah menyembunyikan kecintaanku
    Tapi sekarang sudah tidak tersembunyi lagi
    Sekarang, secara terang2an Dia telah tinggal dihatiku

    Apabilah kerinduan ku kepada Kekasih telah menguasai diriku
    Maka hatiku langsung berdetak mengingatNya
    Dan apabila aku ingin dekat dengan dengan kekasihku
    Maka Dia akan langsung mendekat kepadaku

    Dan apabila Dia muncul.., maka aku langsung
    tenggelam di dalamnya

    Dan kemudian, untuk-Nyalah aku hidup.
    Dan Dia memenuhi keperluanku
    hingga aku merasakan kemanisan dan kesenangan..bersamaNya

  • bocahcilik

    Salam cayank & kenal dari bocil buat om sufimuda

    Bocil juga senang dengan segala yang berpuisi…

    Hamba adalah bocil yang baru melek….
    melek mencari ilmu disecolah…
    Blajar dan terus blajar…
    Agar bisa menjadi orang yang berilmu dan berguna..

    Ayah Bunda, didiklah daku sepenuh jiwa..
    Agar daku dapat menjadi seperti om sufi muda…
    Seorang hamba yang mengenal dirinya..dan diriNya

  • hinakelana

    Saya minta maaf sebesar2nya kepada sufimuda kalo kmaren2 saya kirim tulisan dan copy2 yang panjang2 abisnya kemaren saya benar2 mabok…tau..neeh kayanya sih mabok Allah lagi ga tau mana timur mana barat mana atas mana bawah yang terilhami begitu saja (orang rumah juga pada bilang tuuuh sihina kelana mulai koslet lagi heheh3…)itulah yang saya alami abisnya abis didoain yang penuh pengorbanan diri tulus banget…dari mas Pengembara Jiwa (Bagi yang tulalit2 minta didoain ama sang Pengembara Jiwa…doanya mustajab.. saya aja punya masalah selama 22 tahun tau2 sembuh …Alhamdulillah..wa syukrillah wa nikmatlillah…)

    Maafkanlah saya….please..skarang si udah back yang normal lagi…

  • Abu Hafidzh Al-Faruq

    “Bukannya hakikat di sana baru ditemukan setelah digumulkan dengan realitas? dan ini berarti ia juga harus dibenturkan dan membuka diri atas vonis?”

    sobat kenz..
    puisi adalah output dari pergumulan jiwa seseorang, orang yang menciptakannyalah yang paling mengerti hakikat yang merupakan proses dari output tersebut, yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun. Dengan kata lain, ia bukanlah suatu teorema sosial yang harus diujicoba pada komunitas dan menganalisa reaksi untuk melihat benar tidaknya sebuah anggapan.

    “paling tidak, dengan cara begitu puisi lebih menemukan kearifannya, daripada harus terus bersemayam di “tanah tak berjejak” sang penyair…”

    sobat kenz..
    ketika seorang penyair memutuskan untuk menggaungkan karyanya ketahuilah bahwa dia telah rela berbagi pada dunia…

  • Abu Hafidzh Al-Faruq

    “jadi, kita tanyakan pada Allah apa tafsir dari kalam Nya dan bagaimana aplikasinya saat ini. Caranya?”

    kepada padimuda..
    kenali dulu PEMILIKNYA, kalo belom kenal carilah orang yang bisa memperkenalkan anda denganNYA. lalu siapa orang itu? itulah WASILAH, masi bingung? spertinya kita harus bertanya bersama sama kepada bang sufimuda, gimana ni bang?

  • smurf

    smuanyaaaaaaa bagusssssssssss 🙂
    kami rela dan setia menunggu.. kalau sufimuda menerbitkan smua tulisan yang pernah dimuat di blog ini dalam sebuah buku 😉

  • Carrie Barninger

    Wow, fantastic blog layout! How long have you been blogging for? you make blogging look easy. The overall look of your site is excellent, let alone the content!. Thanks For Your article about PUISI | SUFI MUDA .

Tinggalkan Balasan ke mujahidahwanitaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca