Tasauf

JIHAD YANG SEBENARNYA

Amrozi,Imam Samudera dan Ali Ghufron telah dieksekusi dini hari dan kematian mereka disambut dengan hangat di daerah masing-masing sebagai suhada yang syahid dalam menegakkan agama Allah. Para pelayat tidak membawakan karangan bunga akan tetapi meriakkan kalimah “Allahu Akbar” dan sejumlah spanduk yang bertuliskan “Selamat Datang Syuhada….”. Memasuki kota bogor juga ada tulisan sejenis dalam sebuah spanduk yang membenarkan apa yang telah dilakukan oleh mereka serta mengutuk tindakan para politikus dan koruptor sebagai tindakan yang merugikan rakyat.

Sebagian menganggap bahwa tindakan yang dilakukan oleh Amrozi CS merupakan sikap kesatria seorang Muslim yang harus dicontoh oleh pemuda-pemuda Islam dalam menegakkan Agama ini. Mereka memandang islam tidak boleh tunduk di hadapan kaum kafir. Sebagaimana yang dikatakan oleh Max Weber, Islam adalah agama ksatria. Maka menjadi orang Islam harus ksatria, pantang diinjak. Islam diturunkan oleh Allah untuk dimenangkan di atas semua agama dan aliran. Sementara kini Islam dipaksa untuk takluk di bawah ajaran non-Islam, yang diberi nama demokrasi. Maka demokrasi harus ditumbangkan, dan penganjur demokrasi paling utama, yakni Amerika pun harus dirontokkan. Meninggal dalam upaya merontokkan berhala demokrasi ini dianggap sebagai syahid.

Tetapi penilaian yang berbeda dikemukakan oleh ketua komisi fatwa MUI, Ma’ruf Amin. Dia mengatakan bahwa Amrozi cs tidak syahid, karena perjuangan Amrozi bukan jihad. “Jihad itu di wilayah konflik, sementara Indonesia bukan wilayah konflik” katanya.

Lalu Apa Sebenarnya Jihad?

Secara bahasa, kata jihad terambil dari kata “jahd” yang berarti “letih/sukar”, karena jihad memang sulit dan menyebabkan keletihan. Ada juga yang berpendapat kata jihad berasal dari kata “juhd” yang berarti “kemampuan”, karena jihad menuntut kemampuan dan harus dilakukan sebesar kemampuan (Shihab, 1996: 501). Dalam hukum Islam, jihad adalah segala bentuk maksimal untuk penerapan ajaran Islam dan pemberantasan kezaliman, baik terhadap diri sendiri maupun masyarakat dengan tujuan mencapai rida Allah Swt.

Dalam pengertian luas, jihad mencakup seluruh ibadah yang bersifat lahir dan batin dan cara mencapai tujuan yang tidak kenal putus asa, menyerah, kelesuan, dan pamrih, baik melalui perjuangan fisik, emosi, harta benda, tenaga, maupun ilmu pengetahuan sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. selama peroide Mekah dan Madinah. Selain jihad dalam pengertian umum, ada pengertian khusus mengenai jihad, yaitu memerangi kaum kafir untuk menegakkan Islam dan makna inilah yang sering dipakai oleh sebagian umat Islam dalam memahami jihad.

Kesalahan memahami jihad yang hanya dimaknai semata-mata perjuangan fisik disebabkan oleh tiga hal. Pertama, pengertian jihad secara khusus banyak dibahas dalam kitab-kitab fikih klasik senantiasa dikaitkan dengan peperangan, pertempuran, dan ekspedisi militer. Hal ini membuat kesan, ketika kaum Muslim membaca kitab fikih klasik, jihad hanya semata-mata bermakna perang atau perjuangan fisik, tidak lebih dari itu. Kedua, kata jihad dalam Al-Quran muncul pada saat-saat perjuangan fisik/perang selama periode Madinah, di tengah berkecamuknya peperangan kaum Muslim membela keberlangsungan hidupnya dari serangan kaum Quraisy dan sekutu-sekutunya. Hal ini menorehkan pemahaman bahwa jihad sangat terkait dengan perang. Ketiga, terjemahan yang kurang tepat terhadap kata anfus dalam surat Al-Anfal ayat 72 yang berbunyi: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,” (QS Al-Anfal [7]: 72). 

Kata anfus yang diterjemahkan dengan “jiwa”, menurut Quraish Shihab tidak tepat dalam konteks jihad. Makna yang tepat dari kata anfus dalam konteks jihad adalah totalitas manusia, sehingga kata nafs (kata tunggal dari anfus) mencakup nyawa, emosi, pengetahuan, tenaga, dan pikiran.

Kesalahan yang sama juga dialami oleh para pengamat Barat yang sering mengidentikkan jihad dengan holy war atau perang suci. Jihad yang didefinisikan sebagai perang melawan orang kafir tidak berarti sebagai perang yang dilancarkan semata-mata karena motif agama. Secara historis, jihad lebih sering dilakukan atas dasar politik, seperti perluasan wilayah Islam atau pembelaan diri kaum Muslim terhadap serangan dari luar. Oleh sebab itu, holy war adalah terjemahan keliru dari jihad. Holy war dalam tradisi Kristen bertujuan mengkristenkan orang yang belum memeluk agama Kristen, sedangkan dalam Islam jihad tidak pernah bertujuan mengislamkan orang non-Islam.
Munawar Chalil dalam buku Kelengapan Tarikh Nabi Muhammad Saw. mengutip pendapat Muhammad Abduh, Ibnul-Qayyim dalam Zaad Al-Ma?ad, dan Syeikh Thanthawi Jauhari, menyatakan bahwa orang-orang kurang mengerti, menyangka bahwa jihad itu tidak lain adalah berperang dengan kafir. Sebenarnya tidak begitu. Jihad itu mengandung arti, maksud, dan tujuan yang luas. Memajukan pertanian, ekonomi, membangun negara, serta meningkatkan budi pekerti umat termasuk jihad yang tidak kalah pentingnya ketimbang berperang.
Jihad Akbar

Perang Badar, perang besar pertama antara kaum Muslimin yang hanya berjumlah 313 orang, harus bertarung melawan musyrikin Quraisy yang berjumlah 950 orang, yang berakhir dengan kemenangan gemilang kaum Muslimin, perang yang begitu besar oleh Rasulullah saw. dianggap tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perang lain. Yaitu perang melawan hawa nafsu. Ucapan beliau, seusai perang Badar, Roja’na minal jihadil asghar, ilal jihadil akbar. Jihadun nafsu. Kita keluar dari jihad kecil, menuju ke jihad besar. Yaitu jihad melawan hawa nafsu...

Berdasarkan hadist di atas jihad yang dinginkan oleh Rasulullah sebenarnya bukanlah jihad dalam arti peperangan yang penuh dengan kekerasan akan tetapi perang mewalan syetan dalam diri sendiri yang merupakan musuh terbesar manusia yang jauh lebih berat. Dalam beberapa ayat disebutkan bahwa musuh kita yang sebenarnya dan teramat nyata adalah syetan yang terus menerus akan menggoda sepanjang hidup kita. Nabi juga pernah mengatakan bahwa orang kuat itu bukanlah orang yang menang dalam bergulat akan tetapi orang yang bisa menahan amarahnya ketika dia akan marah.

Mengharapkan pahala syahid disambut oleh ribuan biadadari di surga dengan cara peperangan membunuh orang lain bisa jadi akan mengurangi keikhlasan hati dan justru akan mengantarkan kita ke Neraka. Terlepas benar atau salah tindakan Amrozi akan tetapi saya lebih melihat dari sudut pandang moral, orang-orang yang dianiaya oleh Amrozi cs bukan hanya orang yang berbeda agama namun juga termasuk orang Islam yang mengakui Allah SWT sebagai Tuhan dan Muhammad SAW sebagai Rasul, bukankah do’a orang-orang yang teraniaya di makbulkan Tuhan? Bukankah membunuh orang muslim merupakan dosa besar yang tidak terampuni?

Kita telah menyaksikan tindakan-tindakan brutal yang kemudian sebagian orang menyebutkannya sebagai Jihad dan belum tentu itu jihad, kalaupun benar itu jihad namun masih dalam pada tataran jihad kecil. Marilah kita lebih menfokuskan kepada jihad Akbar, yaitu jihad melawat hawa nafsu dan syetan dalam diri kita yang terus menerus memperdaya agar kita melakukan tindakan-tindakan yang benar menurut kita namun dimurkai oleh Allah. Jihad Akbar adalah berzikir menghilangkan sifat-sifat tercela dalam diri kita dalam Suluk/’Itikaf serta memperbanyak ‘Ubudiyah sebagai wujud rasa penghambaan diri kita kepada Allah SWT. Disaat kita berzikir dibawah bimbingan Mursyid yang digambarkan oleh Nabi sebagai Taman Surga maka kekal-lah Nur Allah dalam diri kita dengan demikian tanpa sadar kita telah berada di Surga mulai dari dunia ini sampai ke akhirat kelak. Semoga Allah SWT akan selalu menuntun dan membimbing kita kearah yang di inginkan-Nya, Amien.

56 Comments

  • pengemis iman

    Assalamuaikum wr.wb
    Alhamdulillah…

    yang fakir ini pun bersujud kepada\-Nya, sebagai wujud syukur atas dihadirkan-Nya seorang sufimuda yang arif dan bijaksana…..apa yang anda katakan benar 100%..Jihad sejati melawan dan mengalahkan diri sendiri, baik hawa nafsu, setan, hawa kesenangan dan tabiat buruk kita yang sudah mnedarah daging…

    Wasalam

    yang fakir iman
    pi

  • hinakelana

    Sekilas Mengenai Makna Jihad dan Jenis-jenisnya
    Ibnu Qayyim al-Jauziyah mendefinisikan jihad sebagai perjuangan menegakkan Islam dengan cara Islam. Beliau membagi jihad ini menjadi 4 bagian. Adanya macam-macam jenis jihad ini dapat dimaknai sebagai adanya berbagai urgensi untuk tiap masalah (tergantung situasi dan kondisi), tapi sama sekali bukan berarti bahwa adanya yang lebih penting atau bukan berarti melupakan atau meremehkan yang tidak begitu utama. Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi umat Islam dewasa ini, rasanya semua jenis jihad yang ada menjadi penting untuk dikerjakan.

    I. Jihad menundukkan hawa nafsu (meliputi 4 tahap).

    1. Berjihad dengan mempelajari ajaran agama Islam demi kebahagiaan dunia dan akhirat.
    2. Berjihad dengan melaksanakan ilmu yang telah diperolehnya, karena ilmu tanpa amal adalah tidak berarti, dan bahkan membahayakan.
    3. Berjihad dengan menjalankan dakwah berdasarkan ilmu yang benar dan praktik nyata.
    4. Berjihad dengan menekan diri agar sabar terhadap cobaan dakwah berupa gangguan manusia.

    Empat hal inilah makna yang terkandung dalam surah Al-Ashr, yang kata Imam Syafii, seandainya Allah tidak menurunkan ayat lain kecuali Al-‘Ashr, niscaya surah Al-Ashr cukup bagi manusia.

  • sufigokil

    Salla..eh..salah..salah .,..lagi…salam..lelelekum kum kun fatya kuuunn..kuno kukum kukuruyuk selammmat pagi,,,,, buat sufimmuuuuda, hinnna celana eh kelalaaana, pengemiiis imnan…
    ikutannn ya summbang sihhh

    Menahan Amarah
    Oleh : Nasher Akbar

    ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali-Imron: 133-134).

    Amarah merupakan tabiat manusia yang sulit untuk dikendalikan. Dan, Allah menjadikan orang yang mampu untuk menahan amarahnya sebagai salah satu ciri orang yang bertakwa. Di samping itu Allah akan memberikan pahala kepada orang yang menahan amarahnya lalu memaafkan mereka yang menyakitinya. Allah berfirman, ”Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Asy-Syuura: 40).

    Abu hurairah meriwayatkan bahwa pada suatu hari, seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW. Ia berkata kepada beliau. Ya Rasulullah! Nasihatilah saya! Sabdanya, ”Janganlah engkau marah.” Lalu beliau ulangkan beberapa kali, dan sabdanya, ”Jangan engkau marah.” (HR Bukhori).

    Penekanan Rasulullah SAW di atas menunjukkan betapa pentingnya menahan amarah. Karena ia adalah penyebab terjadinya pertikaian, perpecahan, dan permusuhan. Dan bila ini terjadi, maka akan membawa dampak negatif kepada umat Islam. Oleh sebab itu pula, Islam tidak membenarkan seorang Muslim untuk saling bertikai dan saling berpaling satu sama lain melebihi dari tiga malam.

    Sahabat Abu Bakar ra pernah mendapatkan teguran dari Allah SWT karena kemarahan yang dilakukannya dengan bersumpah untuk tidak memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri Aisyah. Allah berfirman, ”Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat-(nya).

    Betapa indahnya dunia ini, jika setiap orang berusaha menahan amarahnya. Pertikaian, kerusuhan, permusuhan di mana-mana tidak akan terjadi. Karena kejahatan yang dibalas dengan kejahatan tidaklah memberikan solusi, namun menambah persoalan dan memperpanjang perselisihan.
    Sumber : Republika

    Hak cipta adalah milik Allah semata.
    Hak kita sebagai manusia adalah berlomba-lomba menyebarluaskan kata-kata kebaikan kepada seluruh umat manusia.

    Wassa…lalalalam..mukalu ..mualaikukukum

  • kucinghitam

    Yooo kita jihad melawan dan megalahkan diri kita sendiri, lebih sulit 100x daripada perang yang menumpahkan darah, maslah mengalahkan diri sendiri harus terus menerus istiqomah di jalan keridhaanNya..

  • pangeran cinta

    @sufimuda @kucinghitam@sufigokil@hinajkelana/pengemis iman….and sohib2 berat dijalan cinta-Nya

    Salam cinta…
    Benar2 seru2 blog yang asyiik ma.. kasih deh buat dik sufimuda, terkenal loh didunia maya namanya….aku juga dikasih tau ama sohibku yang juga pencinta-Nya…

    Ikutan kasih pendapat..kalo slah tolong dikritik ya…

    Ancaman Allah Bila Tidak Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
    Apakah Wajib Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ?

    Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya fardhu kifayah, artinya bila sebagian umat sudah menegakkannya dengan jumlah dan kekuatan yang memadai untuk mengajak kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran maka gugurlah kewajiban sebagian umat lainnya.

    Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
    “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. Qs.Ali Imran (3):104

    “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Qs.At Taubah (9):71

    “Mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari munkar, dan bersegera berbuat pelbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang yang sholeh.” Qs. Al-A’raf 157

    Bagaimana Kalau Tidak Peduli Terhadap Amar Ma’ruf Nahi Munkar ?

    “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” Qs. Al Maa’idah (5):79

    Rasulullah SAW bersabda :

    “Bukan dari golongan kami orang-orang yang tidak mengasihi yang muda dan tidak menghormati yang tua, serta tidak mengajak orang lain untuk berbuat baik dan melarang yang munkar.”

    Kewajiban Mencegah Kemunkaran

    Al-imam Abi Daud rhm meriwayatkan bahwa Abdullah Ibn Mas’ud r.a. mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa : “Sungguh demi Allah, hendaklah engkau benar-benar menyerukan yang ma’ruf dan benar-benar mencegah yang munkar, dan sungguh-sungguh menentang tangan-tangan yang zholim, dengan mengembalikannya kejalan yang benar, dan agar menjaganya selalu di jalan yang benar”

    Dampak Bila Tidak Amar Ma’ruf Nahi Munkar

    Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
    “Dan peliharalah dirimu dari siksa yang tidak saja akan menimpa orang yang zholim diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya.” (QS. Al-Anfal 25)

    Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda :
    “Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang yang berbuat zholim dan tidak mencegahnya, maka telah dekatlah azab Allah yang akan menimpa mereka seluruhnya” (HR At-Tirmidzi)

    Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah SAW. bersabda : “Penduduk sebuah desa yang berjumlah delapan belas ribu orang disiksa, padahal amal-amal mereka seperti amal para nabi. Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, bagaimana hal itu bisa terjadi?’ Nabi SAW menjawab, ‘Mereka tidak pernah marah karena Allah Azza Wa Jalla, karena mereka tidak melakukan amar makruf dan nahi mungkar.”

    Abu bakar Ash-Shiddiq r.a.: “Dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW.bersabda (yang artinya): “Bila suatu kaum berbuat maksiat, sementara di antara mereka ada yang mampu menegur mereka, namun tidak dilakukannya, melainkan Allah akan menimpakan siksa-Nya secara merata atas mereka dari sisi-Nya.”

    Di hadits yang lain Rasulullah SAW menyampaikan bahwa umat Islam yang soleh berdoa pada Allah namun doanya tidak diterima karena mereka tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

    Firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut diatas sering dikutip para ulama ketika menyikapi bencana alam Tsunami baru-baru ini di Aceh dan Nias. Dimana terbukti bahwa bencana itu menimpa semua orang secara merata baik orang mukmin ataupun tidak. Wallahu a’lam bis shawab.

    Salam damai..salam cinta

    nn/pc

  • bisri

    Assalamu Alaikum

    saya ingat sebuah riwayat tapi saya lupa detainya, bahwa Sayyidina Ali yang telah bersiap menebas leher musuhnya dalam sebuah perang tidak jadi menebas leher musuhnya karena musuhnya itu meludahi mukanya, ketika ditanya “kenapa engkau tidak jadi menebas leherku”, Sayyidina Ali menjawab “aku tidak mau menebas lehermu dalam keadaan marah”, begitulah jihad melawan hawa nafsu.

  • awe

    Allahuakbar….Allahuakbar….Allahuakbar….

    salam sekalian saudaraku…
    Luar biasa bahasan nya SUFIMUDA.,
    Jihad yang sangat melelahkan jiwa, jihad yang sangat meletihkan pikiran, Jihad yang mengorbankan harta dan nyawa.. itulah jihad para kesatria di zaman Nabi Muhammad SAW dan masa sahabat…

    Bagaimana dengan sekarangggg…. ????
    Apakah masih harus berjihad di medan perang…???
    Apa harusmembunuh ribuan org tuk menjadi syuhada.. ???

    Jihad…. Syuhada, Mati Syahid..

    Sekarang mari kita berjihad mempersatukan saudara-saudara yang mengaku islam…
    Sekarang mari kita berjihad membawa saudara-saudara kita yang masih di bawah kemiskinan ke tingkat yang lebih baik..
    sekarang mari kita berjihad memperbaiki akhalak para elit di negri ini…
    sekarang mari kita berjihad seperti jihadnya SUFIMUDA yang terus mengajak untuk berTUHAN dengan yang sebenarnya TAUHID, mensiarkan Islam tanpa henti walau terus di cacimaki..
    sekarang mari kita berjihad seperti Jihadnya para ulama lama yang bersiar tanpa melihat ras, kasta, dan pangkat..

    Sekarang mari kita berjihad membawa Tauhid yang sebenarnya ini keatas permukaan….

    Islam itu indah, Islam itu damai, Islam itu kemenangan..
    Islam tidak anarkis, islam bukan dengan bunuh diri, Islam bukan pembunuh, Islam itu bukanlah teroris…

    Mari kita berjihad memberi pengertian islam kepada seluruh dunia, bahwa Islam yang sebenarnya itu bagian dari tasawuf yang Tauhidnya kuat dengan dasar yang kuat dan penuh dengan kedamaian dan cinta damai…

    Salam indah dalam kedamain dan ridha ALLAH… ^_^

    ^ ____awe_____ ^

  • awe

    Salam sekalian saudaraku…

    Luar biasa bahasan nya SUFIMUDA.,
    Jihad yang sangat melelahkan jiwa, jihad yang sangat meletihkan pikiran, Jihad yang mengorbankan harta dan nyawa.. itulah jihad para kesatria di zaman Nabi Muhammad SAW dan masa sahabat…

    Bagaimana dengan sekarangggg…. ????
    Apakah masih harus berjihad di medan perang…???
    Apa harusmembunuh ribuan org tuk menjadi syuhada.. ???

    Jihad…. Syuhada, Mati Syahid..

    Sekarang mari kita berjihad mempersatukan saudara-saudara yang mengaku islam…
    Sekarang mari kita berjihad membawa saudara-saudara kita yang masih di bawah kemiskinan ke tingkat yang lebih baik..
    sekarang mari kita berjihad memperbaiki akhalak para elit di negri ini…
    sekarang mari kita berjihad seperti jihadnya SUFIMUDA yang terus mengajak untuk berTUHAN dengan yang sebenarnya TAUHID, mensiarkan Islam tanpa henti walau terus di cacimaki..
    sekarang mari kita berjihad seperti Jihadnya para ulama lama yang bersiar tanpa melihat ras, kasta, dan pangkat..

    Sekarang mari kita berjihad membawa Tauhid yang sebenarnya ini keatas permukaan….

    Islam itu indah, Islam itu damai, Islam itu kemenangan..
    Islam tidak anarkis, islam bukan dengan bunuh diri, Islam bukan pembunuh, Islam itu bukanlah teroris…

    Mari kita berjihad memberi pengertian islam kepada seluruh dunia, bahwa Islam yang sebenarnya itu bagian dari tasawuf yang Tauhidnya kuat dengan dasar yang kuat dan penuh dengan kedamaian dan cinta damai…

    Salam indah dalam kedamain dan ridha ALLAH… ^_^

    ^ ____awe_____ ^

  • padimuda

    Kalau kata Guruku: Jangan kau urusi setan orang lain. Perangi dulu setan dalam dirimu, kalau kau bisa menang, setan di luar dirimu itu urusan gampang.
    Gimana cara perangi setan dalam diri? ternyata harus pakai senjata yang ditakuti setan dan bisa mengalahkannya. Senjata yang diberikan Jibril kepada Muhammad bin Abdullah SAW di gua hiro sebelum diangkat jadi nabi. Senjata yang juga diberikan pada seluruh nabi dan rasul serta auliya’2Nya. Senjata yang tak terkalahkan dari Yang Maha Menang. Nuurun Alan Nuurin. Tanpa itu, setan mana takut?
    Gimana pake senjatanya? Gimana cara dapetinnya?
    Itulah gunanya Mursyid yang kamil mukamil. Pewaris Nuurun alan Nuurin.

    Saudaraku, Selamat berjihad melawan diri agar bisa mengenali diri.
    Salam

  • Rindu Damai

    Berjihad melawan keterpurukan ekonomi, kemiskinan, kemelaratan itu jauh labih mulia dari pada melampiaskan hawa nafsu dengan mengebom Bali.

    Kalau gak suka dengan dengan Amerika kenapa ndak nge bom amerika aja, kurang ongkos atau ndak berani?

    Tentang amrozi cs, sudah menjadi masa lalu, mudah2an aja dosa2 mereka di ampuni Tuhan…

    Salam Damai Selalu

  • Siliwangi

    Gunakan akal sehat dan hati yang jernih dalam menanggapi berbagai masalah karena benar menurut kita belum tentu benar menurut Allah dan salah menurut kita belum tentu salah juga menurut Allah lalu bagaimana caranya agar benar menurut kita benar pula menurut Gusti Allah SWT ? Intinya pintar pintarlah dalam hal mawas diri 🙂

  • JEFRI AR-RUMI

    TIDAK PERNAH ADA DALAM AJARAN AGAMA MANAPUN YANG MEMBENARKAN UNTUK MEMBUNUH ORANG LAIN. AJARAN SEMUA AGAMA ADALAH AJARAN KEDAMAIAN, MASIH BANYAK CARA-CARA DAMAI YANG LAIN YANG BISA DITEMPUH UNTUK MEMPERJUANGKAN ATAU MELAWAN SESUATU YANG TIDAK KITA SUKAI ATAU SENANGI. TIDAK ADA JIHAD DENGAN MEMBUNUH ORANG LAIN DALAM SUASANA DAMAI, DAN TIDAK ADA SYAHID DENGAN MEMBUNUH ORANG LAIN DALAM SUASANA DAMAI. SALAH SATU CARA DAMAI YANG BISA DILAKUKAN ADALAH YA SEPERTI CARA-CARA YANG DILAKUKAN OLEH SUFIMUDA INI. TETAP MENGEMUKAKAN PENDAPAT, SARAN DALAM SEMANGAT DAN PERSFEKTIF DAMAI. SALUUT BUAT SUFIMUDA.

  • Aria

    Shadaqta Abangda SUFIMUDA, Jihad yang sebenarnya memanglah amat sangat berat.
    Jauh lebih mudah menikam pisau ke perut orang lain, atau merancang meledakkan bom di suatu tempat daripada (misalnya) berhasil pergi suluk dan sampai 🙂
    Berjihad di jalan yang sebenarnya maka seluruh setan yang ada akan ngamuk dan sibuk berupaya menghalang halangi kita untuk berhasil.
    Maka sungguh benarlah kalau “SUDAH SAMPAI MAKA SUDAH MENANG” itu.
    Sedangkan kalau berencana melakukan jihad yang salah kaprah maka akan banyak kemudahan.
    Tidak percaya? Coba niatkan hendak menikam seorang “kafir” yang ada disekitar anda, anda akan mudah melakukannya. kesempatan akan datang berkali2 merayu anda. Sebenarnyalah itu setan yang menhendaki kita berada terus dalam kesesatan.

    cmiiw
    Piss… ^__^

  • pengemisiman

    Emang sahabat kita yang namanya sufimuda kereeen abis, mudah2 kita semua tidak terjebak persepsi jihad harus dengan pertumpahan darah, buat yang muda2, anak2 gaul; berjihadlah untuk mengalahkan diri sendiri, ber–Amar Ma’ruf Nahi Munkar, sebarkan, tunjukan pada dunia bahwa Islam adalah agama penuh cinta…..

  • hina kelana

    @rindu damai

    assalamualaikumm…….semoga rahmat tercurah curah buat anda…

    Saya setuju 1000% dengan pendapat anda, kalo berani jangan dikandang sendiri, kesono aja ke amrik kek, ke eropa kek atau kepalestina….Jihad uda jadi tuhan kali, jihad yang sejati adalah…….apa ayooo, ga tau deh..kita tanya deh.. ama sufimuda…

  • asep

    Yaa Allah…
    Dia penguasa alam semesta ini,
    Ketentuan dan HukumNya sudah pasti,
    diantara hak dan bathilNya,
    diantara jin dan manusia.

    semua amal ibadah manusia,
    diantara hidup dan matinya,
    Tauhidnya, Shalatnya, Puasanya,
    Zakatnya, Shadaqahnya, Hajinya,
    Jihadnya dan lain-lain
    semua akan sia-sia,

    bila tak mengenal Imam Zamannya,
    yaitu Imam Mahdi As,
    seorang Imam Ahlulbait Nabi yg suci,
    yang kehadirannya dinantikan,
    yang kemunculannya dijanjikan,
    untuk semua makhluk di alam semesta ini,
    diantara jin dan manusia.

    Yaa Allah…
    sampaikan shalawat dan salam
    kepada Nabi Muhammad Saw
    dan Ahlulbaitnya yg suci,
    dengan sebanyak-banyaknya dan tak terbilang,
    tak ada batasannya dan tak terhingga,
    Yaa…Allah

  • Kelapa muda

    Wah ulasannya luar biasa..
    Dosa besar trio bom bali adalah mencoreng nama besar islam yg dibawa Rasulullah sbg rahmatanlilalamin,yg telah berusaha semax mungkin utk merubah peradaban jaman jahiliyah/jaman bar2 menuju jaman yg lbh beradab.tp amrozy cs malah mencoreng wajah islam dan nama harum islam yg ditebarkan rasulullah dan sahabat2 serta pewarisnya..mudah2an keluarga amrozy cs mendapatkan hidayah agar keluar dr dendam dan kesesatan yg nyata..
    Bravo sufimuda..
    Salam: kelapamuda,sby

  • Don Ruri

    Menundukan Setan diri itu yg tersulit oleh karena itu sungguh2/istiqomah/jihad kita disana….saya juga masih berusaha nih..

    thanks and peace

  • rumahbelajaribnuabbas

    “Kita kembali dari jihad kecil kepada jihad besa…” Ini Hadits Palsu. Bagaimana anda mau bicara, sedangkan kesalahan dalilnya saja ente gak tahu. Semoga ALLAH SWT memberi kita hidayah untuk mengetahui ilmu yang benar sebelum bicara.

  • yudistira

    Luaaarrrrr biasa………..
    salut untuk SUFIMUDA.
    bahasannya sangat mantap………
    dan komentar2nya juga sangat keren.

    menurut saya jihad yang sebenarnya adalah seperti yang dikerjakan SUFIMUDA sekarang ini dengan cara mengajak orang-orang melawan hawa nafsunya, melawan setan yang ada dalam dirinya, menyebarkan pesan perdamaian keseluruh alam.
    bukankah Nabi Muhammad itu diutus kedunia ini untuk memperbaiki aklak manusia?????

    maju terus SUFIMUDA.
    Salam Damai….

  • asep

    Asalamu’alaikum Wr. Wb.

    @semuanya

    Amrozi, Imam Samudera, Ali Ghufron dan mungkin banyak lagi saudara-saudara kita umat Islam yg seperti ini dalam berjihad di jalan Allah Swt. Nah inilah salah satu contoh korban propaganda penguasa thagut yaitu pada zaman Muawiyah dan Abbasiyah dan musuh Islam lainnya yahudi, nasrani, majusi, kafirin, munafiqin, musyrikin dan lain-lain.

    Begitu hebat dan dasyatnya dengan propagandanya yaitu bekerjasama untuk memperalat para ahli hadist dan alim ulama yg ada pada zamannya untuk membuat ribuan hadist palsu dan penafsiran Al Qur’an untuk kepentingan kekuasaannya. Sehingga hadist dan tafsir tsb beredar ditengah-tengah umat Islam hingga saat ini, menyebar di ranah ilmu agama Islam, baik itu syariat, tharikat, hakikat dan ma’rifat atau tauhid, fiqih dan akhlak.

    Sehingga seluruh umat Islam baik ulamanya ataupun jama’ahnya secara tidak sadar dalam memahami kebenaran yg tercantum dalam Al Qur’an dan Hadist Nabi Saw. Sulit untuk membedakannya, yang benar bisa dikatakan salah dan yang salah bisa dikatakan benar.
    Memang tidak akan mudah bagi kita umat Islam untuk dapat membedakannya, karena hal tsb sudah berlangsung ribuan tahun secara turun temurun bahwa umat Islam mengikuti yg mayoritas yaitu yg mengikuti Imam Mazhab yang 4 (empat) yakni Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafe’i, sehingga dalam praktek ibadahnya selalu saja ada perbedaan dan perselisihan kerena empat mahzab tsb, bukannya satu.
    Pada zaman Rasulullah Saw tidak ada yang namanya Ahlusunnah Wal Jama’ah. Itu adalah propaganda dari kedua penguasa Thagut tsb yang bersembunyi dibalik topeng kekuasaanya.

    Hati-hati kepada hadist yg diriwayatkan oleh Abu Hurairah, kareha hidup bersama Nabi Saw selama kurang lebih 3 tahun, tapi telah ribuan hadist yg diriwayatkan oleh orang tsb. Sedangkan sahabat utama Nabi Saw yg termasuk Khulafur Rasyidin hanya sedikit saja. Orang ini banyak meriwayatkan ribuan hadist pada zaman Muawiyah untuk kepentingan kekuasaannya dan mendapat imbalan jabatan sebagai gubernur Damaskus pada waktu itu.

    Kepada seluruh umat Islam khususnya dan seluruh manusia umumnya. Marilah kita kembali lagi kepada Al Qur’an yg suci dan ajaran Ahlulbait Nabi Muhammad Saw yg suci. Karena di dalamnya sudah ada ketentuan dan hukum Allah Swt yakni garis kepemimpinan (Imamah) setelah Rasulullah Saw wafat, dalam setiap zaman dilanjutkan oleh para Imam Ahlulbait Nabi Saw yg suci sampai kehadiran Imam Mahdi As yg dijanjikan dan dinantikan bagi seluruh umat yg ada di alam semesta ini, diantara jin dan manusia.

    Marilah kita berjuang dan berperang di jalan Allah Swt (jihad fii sabilillah) dan Rasul-Nya yang sesuai dengan ajarannya yg suci untuk melawan penguasa thagut pada zaman sekarang yakni Yahudi dengan Zionismenya, Amerika yg didalangi Yahudi, Nasrani dengan Salibisnya, Marjusi, kaum Munafiqin, Musyrikin, Kafirin dll yg tentunya ada dalam setiap zaman sepeninggal Rasusullah Saw. Mereka semua tahu kelemahan umat Islam yg sudah terpecah menjadi 73 golongan.

    Rasulullah Saw dalam setiap peperangan cara yang digunakan adalah dengan akhlak yg baik, sehingga musuh menjadi sadar dan sukarela menjadi penganut Islam, bukan dengan cara menghancurkan musuh.
    Karena Rasulullah Saw diutus kedunia ini untuk memperbaiki akhlak bagi seluruh umat yg ada di alam semesta ini, diantara jin dan manusia.

    Duhai saudaraku almarhum Amrozi, Imam Samudra dan Ali Ghufron, semoga semuanya diterima disisi Allah Swt sesuai dengan pemahamannya tentang Islam dan diampuni segala dosa-dosanya. Tidak ada manusia yang sempurna.

    Dan kepada keluarga dan para pendukungnya saya mohon dengan rasa cinta kasih dan sayang karena Allah Swt dan RasulNya, untuk berintropeksi dan bertafakur kpd Allah Swt agar membenahi pemahamannya tentang agama Islam.

    Ajaran Ahlulbait Nabi Muhammad Saw terasa asing di tengah-tengah umat Islam yg mayoritas. Mungkin inilah yg dikatakan dalam Nash :

    ‘Islam pada akhir zaman akan kembali asing”

    Yaa Allah, satukanlah pemahaman seluruh umat Islam dan lembutkanlah hatinya untuk menerima kebenaran ajaran Ahlulbait Nabi Muhammad Saw yg suci dan sudah merupakan ketentuan dan hukum Allah Swt.
    Karuniakanlah taufik dan hidayahMu yaa Allah, kepada seluruh umat Islam yang ada di alam semesta ini, diantara jin dan manusia. Agar kembali lagi dalam kesucian.
    Yaa Allah, sampaikanlah shalawat dan salam kepada Muhammad dan ‘Ithrah Ahlulbainya yg suci dengan tidak terhingga dan sebanyak-banyaknya.
    Amin yaa Allah, yaa Rabbal’alamin.

    Wallahu’Alam Bishawwab

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  • andik

    Mereka toh saudara kita sesama muslim nyok kita doain diampuni segala dosanya
    Dari sisi syariat kan mereka sudah jalani, hakikatnya kita serahka pada Sang Penguasa Jagad ALLAH SWT

Tinggalkan Balasan ke aweBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca