Humor

Apa Ada Kentut Yang Islami?

Sebuah seminar kaum cendekiawan Muslim sedang berlangsung, membahas Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
“Kita ini sudah waktunya meninggalkan Iptek dari Barat, karena dalam Al-Qur’an sudah lengkap dan sempurna tentang ayat-ayat Iptek,” kata seorang professor dari Gajah Mada University sembari membacakan sejumlah ayat Al-Qur’an tentang Iptek.
Para peserta sangat terkesima dengan paparan Islamisasi yang dicanangkannya, yang dianggapnya sebagai upaya menuju kebangkitan Islam pada 14 Hijriyah ini.
Di tengah-tengah kesima peserta, seorang peserta interupsi.
“Bapak ini ternyata orang munafik!!!…” katanya cukup keras.
Seluruh isi ruangan jadi gemuruh dan gaduh.
“Alasan anda mengatakan bapak professor ini munafik apa?” Tanya moderator.
“Kalau anda meminta ummat Islam meninggalkan Iptek dari Barat dan seluruh konsep Iptek yang datang dari Barat, karena yang serba Barat anda anggap ilmunya kafir, kenapa anda masih menggunakan mikrofon, listrik, otomotif dan kendaraan serta computer dari Barat?”
Suasana jadi gaduh dan gelagapan.
“Tapi kan di Al-Qur’an sudah jelas semuanya. Semuanya pun harus berdasarkan Al-Qur’an…” jawab sang professor Islamisasi tadi.
“Nah, sekarang bapak tidak hanya munafik, tapi telah dzolim…” kata sang peserta….
Suasana tambah riuh, bahkan seperti muncul sambutan tepuk tangan yang bersorak.
“Sebentar…sebentar….Maksudnya bagaimana anda ini kok menuding professor ini munafik dan dzolim…” Tanya moderator kembali.
“Bagaimana tidak munafik, wong sudah jelas minta meninggalkan Iptek Barat, malah anda memakai. Kenapa kita nggak adakan seminar ini di tengah hutan atau di tengah lapangan tanpa mikrofon, kita jalan kaki, atau pakai onta dan kuda saja.”
“Anda sebut dzolim?”
“Ya, karena pak professor tidak faham tafsir Al-Qur’an, tidak memahami kedudukan ayat suci Al-Qur’an, lalu meletakkan ayat Al-Qur’an bukan pada tempatnya. Nah, meletakkan kedudukan ayat suci bukan pada tempat pandangan, itu kan dzolim namanya…”
Lalu sang moderator menyilakan kepada professor untuk membela diri.
“Begini, pokoknya Al-Qur’an itu kebenaran mutlak…pokoknya…pokoknya…pokoknya…” kata professor itu, sembari mempertahankan “pokoknya” yang dihitung oleh peserta tadi sampai hampir 30-an kata “pokoknya…”
“Maaf professor, sekarang gelar anda bertambah. Bukan hanya munafik, dzolim, tapi juga bodoh…”
“Apa alasan anda memberi gelar bodoh pada professor itu?” Tanya moderator.
“Karena kebodohan itu selalu bersembunyi dibalik “pokoknya”. Di dalam “pokoknya” pasti ada hawa nafsu dan emosi. Dalam emosi dan hawa nafsu ada kebodohan…Nanti lama-lama Pak Professor ini membuat paradigma agar kalau kita kentut pun harus Islami. Saya nanti akan muncul pertanyaan, bagaimana bau kentut yang Islami, bunyi kentutnya bagaimana, strateginya kayak apa, dan dalilnya di surat apa..Lalu apa kita akan bikin seminar dengan judul Islamisasi kentut?. ”
Suasana jadi gerrrr. Seminar pun jadi bubar dan bubrah.

Sumber humor dari sini

15 Comments

  • BLogicThink [dot] com

    hehe…. saya jadi inget juga sama profesor yang pernah ngobrol….
    ‘sekarang, diorganisasimu belajar apa aja?’
    saya jawab ‘kita punya beberapa level Pak ; pertama sosiologi, kedua filsafat, ketiga teologi, keempat sosiologis, kelima, teologi II, lalu sosiologis II, baru kemudian sistem. diluar itu kita belajar logika, itu rutin Pak’
    si Profnya menjawab,
    ‘Bagus berarti, dulu organisasi kamu sekuler, yang diomongin Qur’an Sunnah terus’
    ‘sekarang jauh lebih Islami, sudah belajar macem2’…
    Hehe… Prof…Prof… coba ngomong sama profesor dicerita ini, bisa gelut…. 🙂

  • Rindu

    Prof .. jadi ingat dosen saya kemarin, dosen muda yang lebih suka membicarakan aneka gelar yang dimilikinya daripada menyampaikan ilmu. Karena agak gak suka maka saya tinggalkan ruang kuliah dan pulang …

  • yudistira

    prof………….prof……….
    zaman nabi juga ngak ada yang namanya profesor….
    itu jadinya si prof itu …..munafik pangkat takterhingga,,,,,,,,,,

    heeeeeeeeeee

  • hamba'79

    seperti pribahasa bule2 ….

    ** WRONG MEN IN THE WRONG PLACE**

    kwakwkaw… 🙂
    jangan marah ya prof..katanya kalo masalah botak..gak ada bedanya prof ama monyet..cuma masalah tempat aja..hehehe…

    ^^V
    PiiSSS..

  • dinda

    menarik sekali…
    di kampung saya saat ini telah diterapkan syariat islam namun implementasinya baru hanya penulisan nama-nama kantor, sekolah dll dengan menggunakan huruf arab,biar islami katanya.
    sekarang banyak diantara kita yang menurut saya telah terjebak dengan simbul-simbul, terjebak dengan kulit. kita tidak pernah menyelam lebih dalam lagi.
    seandainya iptek barat kita pakai untuk membesarkan nama Allah, SWT…bagaimana..?
    kira-kira bagaimana ya jawaban profesor itu jika pertanyaan ini ditujukan kepada dia..? bisa jawab ngak dia..?

    salam Ab SUFIMUDA…:)

  • moonlight

    tuuuuut…
    ups.. astaghfirullah…
    sorry eh afwan prof, gak sengaja kentut ne..
    tp saya org islam kok, arab saya fasih..

  • dinda

    Salam bung farid B-)
    Menurut anda, apakah kita tau yg mana buah mangga sebelum ada yg ngasi tau ama kita? Atau mungkin anda udah tau mangga itu sejak lahir! Rasanya ngak mungkin.
    Trus apakah bung bisa tau rasa mangga itu tampa mencicipi? Akh ngak mungkin rasanya. Klo bung bilang, saya pernah baca katanya mangga itu memang manis. Toh anda blum merasakannya, bukan begitu bung 😉

  • dinda

    Mencicipi mangga saja ada caranya, dikupas dulu dia, trus dicuci biar bersih dan sehat kata pak dokter:-D. Nah sekarang bagaimana pula untuk mencicipi manisnya iman itu?
    Tentu bukan asal pokoknya kan bung, pokoknya Tuhan yme itu ALLAH SWT, selasai. Mana bisa seperti itu kan, skr saya mau tanya yang mana ALLAH anda bung farid? Sama ngak dgn ALLAH Nabi Muhammad, yg dpt menggetarkan jiwa bila disebut nama Nya! Dan sejauh mana bung yakin itulah ALLAH ? Tuntutlah ilmu dr ayunan sampai liang lahat, belajar mengenal ALLAH ya harus sejak skr.B-)

  • Tomz mysticism

    Cerdazzz..
    Knapa kita terlalu anti dngan barat,.
    Apa karena mereka bukan muslim…?
    Bukankah pamannya Nabi Muhammad yang begitu sayang dan melindungi Nabi muhammad jg bukan seorang muslim..

    Sikap anti yang berlebihan terhadap non muslim justru akan smakin mengecilkan Agama kita yg begitu besar dan sempurna..

  • umar

    cerita di atas persis kelakuan tetanggaku, yang palanya botak, brewokan, n jidat gosong, yg kerjaanya ngomong SESAT! BIDAH! HARAM! n pokoknya…. pokoknya…. pokoknya…. dst.

    wah ternyata buanyak orang kek gitu hmmm

    astaqfirullah

Tinggalkan Balasan ke yudistiraBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca