Tasauf

Hamba Baca, Hamba Syetan dan Hamba Tuhan

Di dunia ini banyak orang merasa menjadi hamba Tuhan, kalau kita ke mesjid, biasanya ada papan pengumuman yang menampilkan nama-nama orang yang memberikan sumbangan untuk mesjid, kalau sumbangan dalam jumlah besar ditulis nama penyumbangnya, misalnya, dari “Haji Polan”, atau dari “Kiayi Anu”, akan tetapi kalau sumbangannya dibawah Rp. 50.000,- biasanya cukup menulis inisial, dari “Hamba Allah”. Karena malu sumbangannya kecil lantas dia bersembunyi dibalik nama “Hamba Allah”, rasanya gampang sekali orang mengaku jadi hamba Allah, apa benar seorang yang memberikan sumbangan dalam jumlah tertentu bisa secara otomatis menjadi hamba Allah? Atau Cuma pengakuan kita aja sementara Allah tidak mengakui kita sebagai hambanya? Pertanyaan ini perlu menjadi bahan renungan untuk kita semua, sesuatu yang terkadang tidak lagi menjadi perhatian karena sudah menjadi suatu kelaziman, lebih jauh saya coba memberikan pertanyaan yang lebih spesifik, “Sudahkah kita menjadi hamba Allah?”, apa kriteria seseorang itu bisa digolongkan sebagai Hamba Allah?.

Judul tulisan ini tentunya akan menggugah selera kita untuk mengajukan banyak pertanyaan, diantaranya apa itu Hamba Baca, trus bagaimana dengan hamba Syetan, apa beda Hamba Tuhan dengan Hamba Syetan?

Saya berharap pembaca sufimuda punya cukup kesabaran membacanya, karena masalah ini tidak bisa dijelaskan secara definisi, misalnya hamba syetan adalah…., hamba Tuhan adalah…, saya lebih tertarik membahas ketiganya dalam bentuk cerita, permisalan dan contoh, selanjutnya terserah kepada pembaca untuk memberikan definisi menurut selera masing-masing.

Hamba Baca

Terkadang saya jadi tidak sabar menghadapi orang-orang baru pandai membaca, hapal sekian hadist, hapal sekian ayat Al-Qur’an, menjalankan ibadah menurut pengetahuannya, memperpanjang jenggot sebagai bagian dari sunnah Nabi (padahal masih banyak sunnah lain yang lebih pokok), dan bangga dengan jidat hitam sebagai tanda orang sering shalat, sebagai tanda bekas sujud katanya, tentang ini saya masih penasaran, kok bisa jidatnya hitam, padahal saya juga melaksanakan shalat wajib dan sunnat mulai dari umur 6 tahun tidak pernah tinggal sampai sekarang jidat saya kok gak hitam-hitam juga, apa saya belum beriman? Atau saudara-saudara kita yang hitam jidatnya kalau sujud digosok-gosok jidatnya ke lantai biar hitam, kecurigaan ini timbul karena ada teman baru 3 bulan masuk golongan berjubah-jubah langsung jidatnya jadi hitam, saya sebenarnya pengen nanya, pake obat apa?

Orang-orang yang beragama pada tataran membaca ini biasanya punya semangat tinggi, kalau ada orang melakukan ibadah tidak sesuai dengan apa yang dia baca langsung di cap bid’ah, syirik, kafir, istilah kerennya TBC (Tahayul Bid’ah Chufarat) yang benar cuma dirinya aja, dengan menyandang gelar Ustad tentu dihormati dan gampang sekali mengeluarkan fatwa lagaknya seorang ulama besar. Saya pernah ikut sebuah pengajian, sebenarnya bukan niat ikut, dulu waktu saya kuliah setelah shalat ‘Ashar di kampus, saya duduk di mushala, disitulah komunitas orang-orang “alim” ini membahas masalah hukum merayakan maulid. Peserta pengajian bertanya, “Ustaz, apa boleh kita merayakan maulid?” tanpa menunggu pertanyaannya selesai sang Ustaz dengan spontan menjawab, “Haram hukumnya melaksanakan maulid, lebih besar dosanya melaksanakan maulid daripada berzina atau mencuri, kalau mencuri dan berzina bisa bertaubat tapi kalau merayakan maulid adalah bid’ah yang mengarah kepada pengkultusan manusia, ini tergolong menyekutukan Allah, kekal dalam neraka, ulama salafus shalih tidak…” saya langsung angkat kaki mendengar ocehan sang Ustaz. Hebatnya, dia bisa menetapkan hukum hanya bermodalkan beberapa buah hadist. Padahal ulama dulu sangat hati-hati dalam mengeluarkan fatwa. Prof Abu Khaled Al Fadh ahli fiqh yang telah membaca lebih 50.000 judul kitab klasik dan modern termasuk karya-karya yang masih dalam bentuk manuskrip mengatakan bahwa seseorang boleh disebut sebagai Fuqaha (ahli hukum Islam) dan boleh mengeluarkan fatwa apabila telah mempelajari minimal 20 tahun tentang hukum Islam dari berbagai mazhab. Kalau sekarang cukup ikut kajian di kampus 3 bulan sudah langsung bisa mengeluarkan fatwa. Dan fatwa-fatwa kelas teri ini sangat berbahaya karena biasanya keluar atas ketololan dia dalam memahami agama. Inilah yang seharusnya diberi gelar “SESAT DAN MENYESATKAN”.

Orang-orang yang terfokus kepada bacaan, dalil-dalil ini saya golongkan kepada Hamba Baca dengan segala ciri-ciri yang telah saya uraikan di atas. Menghadapi orang seperti ini kalau anda bawa sekarung dalil kalau tidak sesuai dengan apa yang dia baca pasti dia bantah. Kalau kita bertanya secara kritis, apa hubungan membaca dengan Tuhan? Apa setelah kita baca sekian ayat, kita hapal ribuan hadist langsung bisa menjadi hamba Allah?

Hapalan tetaplah hapalan, itu akan disimpan didalam otak, tahukah anda beda tukang becak/pengemis dijalanan dengan profesor? Kalau mereka sama-sama tidur tidak ada bedanya, coba ajukan satu pertanyaan kepada mereka (Pengemis dan Profesor), pasti keduanya sama-sama tolol tidak bisa menjawab pertanyaan.

Siapa yang bisa menjawab pertanyaan kalau lagi tidur? Yang bisa menjawab pertanyaan adalah Para Rasul, Para Nabi dan Guru Mursyid yang Kamil Mukamil, bagi mereka antara tidur dan jaga tidak ada bedanya.

Hamba Syetan

Orang yang hanya pandai membaca ini, coba kita tanya, “kalau anda shalat apa yang anda ingat?” jawabnya “Allah”, apa benar anda ingat Allah, apa anda sudah kenal dengan Allah? Sudah pernah anda jumpa dengan Allah? Bagaimana anda bisa mengingat sesuatu yang belum pernah anda jumpai?

Pertanyaan kritis (mungkin juga dianggap gila) sudah selayaknya kita tanyakan, selama ini kita merasa menyembah Allah, padahal kita cuma menyembah dinding, cuma menyembang tikar sembahyang. Selama ini kita merasa mengingat Allah padahal yang kita ingat Cuma masalah kita, derita kita, pacar, kawan, dan beribu-ribu kenangan datang saat kita beribadah? Apa ini yang dinamakan khusuk?

Dan lebih parah lagi orang-orang seperti ini biasanya sok khusuk, mengosongkan diri katanya, padahal di dunia ini tidak ada yang kosong.

Yang harus kita ketahui bahwa syetan itu tamatan universitas langit, umurnya ribuan tahun, bisa masuk kemana saja, bisa menyerupai wajah apa saja kecuali wajah Rasulullah SAW dan ulama pewaris nabi.

Artinya ketika kita shalat terbayang wajah istri, anak, kampus, pohon dan lain-lain hakikatnya kita membayang wajah syetan (ingat seluruh wajah bisa ditiru syetan), kalau kita shalat maksud hati menyembah Allah eh rupanya yang disembah adalah syetan, inilah yang saya maksud dengan Hamba Syetan.

Mas sufimuda, bukankah syetan itu takut dengan ayat-ayat Al-Qur’an? Benar, ayat Al-Qur’an yang diucapkan oleh orang yang beserta Allah, coba kalau ayat Al-Qur’an itu dibaca oleh orang yang tidak beriman, misalnya orang yahudi, apa syetan lari?

Bukan bacaan Al-Qur’an produksi kita yang membuat syetan lari terbirit-birit, tapi bacaan Al-Qur’an yang tersalur dari dada Rasulullah SAW terus kepada para Khalifahnya sampai kepada kita.

Pernah kita meriset ayat-ayat Al-Qur’an? Misal “A’uzubillaahi minasy syaithaanir rajiim” apa pernah syetan lari kalau kita membacanya?

Waktu saya kecil kira-kira umur 14 tahun, dikampung kan biasa ada pengajian Al-Qur’an (Tadarus) dibulan Ramadhan, jarak antara rumah saya dengan Mesjid lebih kurang 200 meter, jalannya gelap. Sepulang ngaji, jam 2 malam, karena takut saya baca ayat Kursi yang katanya bisa mengusir syetan, tiba di “Wahuwal ‘aliyul ‘azim” eh bukan syetan yang lari tapi malah saya yang lari..

Sudah saatnya kita meng Upgrade diri kita dari hamba baca/hamba syetan beralih kepada hamba Tuhan, kalau pengetahuan kita tidak di Upgrade, sangat disayangkan, shalat masuk neraka wail, puasa hanya lapar dan dahaga, pergi ke Haji hanya jumpa dengan sebongkah batu bernama Ka’bah, benar sekali Hamzah Fanshuri menyindir dalam syairnya, “pergi ke Mekkah mencari Allah pulang kerumah bertemu Dia.

Coba renungkan, seorang melaksanakan tata cara shalat seperti yang pernah dipelajari umur 7 tahun, paling kalau sudah dewasa ditambah dengan mengetahui makna bacaan, dia melaksanakan shalat sampai lanjut usia dengan ilmu shalat yang diperoleh ketika umur 7 tahun, tidak maju-majunya.

Ia tidak pernah diajar bagaimana cara pelaksanaan teknis memusnahkan IBLIS dalam hati sanubari, yang sebenarnya adalah POKOK/PANGKAL dari shalat yang khusuk.

Ia hanya diajarkan menyebut A’uzubillaahi minasy syaithaanir rajiim yang dproduksinya sendiri secara awam, ia sebenarnya baru diajarkan meniru bunyi, tanpa pernah diajarkan cara pelaksanaan teknisnya menyalurkan Ayat tersebut dari Sumbernya yang Maha Dasyat, yang diarahkan pada sasarannya, sehingga musnah sama sekali, walaupun kepada kita dipesankan untuk melaksanakan shalat khusuk, tapi bagaimana shalat bisa khusuk dari dalam masih ada unsur Iblis yang mengganggu, seperti yang difirmankan Allah dalam surat An-Nash, syetan berbisik-bisik dalam dada manusia sejak lahir, dan tentu bisikan itu akan terus ada sampai akhir hayat kalau tidak tahu cara/teknis mengusirnya. Dari dunia beserta Iblis sampai ke akhirat kelak dalam diri masih bersemayam sang Iblis beserta bala tentaranya, sudah pasti tidak akan pernah mencium bau syurga.

Kenapa ustaz tidak pernah bisa menjelaskan bagaimana shalat menjadi khusuk? Bagaimana kita bisa berjumpa dengan Allah? Ya karena itu bukan ilmu yang dipelajarinya, bagaimana mungkin seorang ahli hukum misalnya bisa menciptakan mobil, apa bisa dengan mengalun-alunkan ayat-ayat buku teknis membuat mobil lantas bisa mobil itu terwujud? Mustahil, harus kita serahkan kepada yang ahlinya, yang mengerti tentang teknologi mobil, yang pernah mendapat pelatihan oleh yang ahli pula, dan tentunya punya bengkel untuk mempraktekkan segala yang tercantum dalam buku petunjuk membuat mobil.

Tentang Haji, saya pernah bertanya kepada orang yang baru pulang haji, dia dengan sombongnya merasa telah menjadi tamu Allah. Saya bertanya, “Kalau kita diundang oleh Pak Camat, yang nulis surat pak camat apa bisa kita jumpa dengan Pak Camat?” dia jawab “bisa”. Kemudian saya tanya lagi, “Kalau kita diundang oleh Gubernur, apa bisa kita jumpa dengan Gubernur?”

tentu bisa” jawabnya, dan kemudian saya tanya, “Kalau kita diundang oleh Allah ke Baitullah, apa bisa kita berjumpa dengan Allah”. Dia diam, pertanyaan ini tidak bisa dijawab.

Jawabannya, tentu bisa, kalau anda bisa berjumpa dengan Allah di Jakarta, sudah pasti di Mekkah akan jumpa juga karena Allah itu Maha Esa dan ada dimana-mana, Kalau di Jakata anda tidak kenal Allah sudah pasti di Mekkah juga tidak pernah anda jumpai dan di akhirat apalagi…

Hamba Tuhan..

Seorang hamba Allah sudah pasti kenal dengan Allah, sudah pasti pernah berjumpa, sudah pasti yang dia ingat dan yang dia sembah adalah sesuatu yang Maha Nyata, sehingga tidak mengherankan kalau orang-orang yang telah sampai tahap makrifat begitu yakin ketika berbicara tentang Allah.

Bagaimana kita kenal dengan mertua? Pernah kita bersalaman, pernah duduk berdialog, kenal dengan orang tua juga demikian, lantas bagaimana kenal dengan presiden? Kebanyakan orang cuma tahu presiden jarang sekali sampai ke tahap berkenalan.

Sangat disayangkan, kebanyakan orang merasa kenal dengan Allah, merasa menjadi hamba Allah,

padahal…

ya…

padahal ….

BERSAMBUNG….

61 Comments

  • sufimuda

    Salam kembali Mas Rofiq,
    Mudah2an Rahmat dan karunia-Nya akan selalu menyertai kita semua.
    Wah membicarakan masalah jidat hitam rupanya seru ya :-),
    2 hari yang lalu saya sarapan di sebuah warung, disitu ada seorang bapak yang berjidat hitam, sebenarnya susah juga lihat tanda hitamnya karena wajahnya emang itam banget, tapi nampak dua tanda hitam di jidatnya berarti kalau dalam dunia bela diri mungkin udah Dan 2 sabuk hitam 🙂
    Trus mulai dari awal sampai akhir matanya terus menatap cewek dengan pandangan tajam bak harimau yang mengintai mangsa, ini orang kok makin kut ibadah nafsu nya makin menjadi-jadi?
    Mungkin kerasukan jin arab ya 😀

    Dalam waktu dekat saya memang pengen menampilkan artikel berkenaan dengan wahaby, terutama sejarah berdiri dan kebiadaban2 yang dilakukan di jazirah Arab, membunuh 20.000 lebih kaum muslim yang tidak berdosa…

    Jidat hitam tidak selamanya wahabi, guru ngaji saya waktu kecil seorang ahlul sunnah (yasinan, qunut, tabaruk dan tawasul ke makam Wali), juga berjidat hitam, cuma beliau tidak pernah membahas tentang jidat hitamnya dan tidak pula berpenampilan sombong.
    Yang saya ceritakan dalam artikel di atas adalah orang2 neo wahabi yang mulai menguasai kampus2 ternama di tanah air.

    Perlu kerjasama yang kuat diantara sesama muslim untuk melawan paham wahabi,
    Wahabi menurut saya adalah borok Islam di akhir zaman yang haruis diperbaiki, atau dilenyapkan sama sekali…

    Baru tahu salah satu penyebab jidat hitam karena salah pake karpet 😀

    Trimakasih atas komentarnya mas Rofiq, salam damai selalu, mari kita sama-sama berjuang demi menegakkan islam Mulia Raya…

  • mako

    mas sufimuda…kutunggu sambungan artikel ini…
    btw jidat saya juga pernah hitam..tapi ga sengaja saya hitamin…ternyata kelamaan sujud tiap shalat malam….ampe malu…jadi kupake topi….

    sukses selalu…atas segala daya upayanya…demi mengembalikan ISLAM yang sebenarnya…

  • 10

    Kalo boleh ambil kesimpulan dlm artikel ini sholat khusuk? Gampang…… prinsipnya harus tahu Mana manusianya? mana TUHANYA? kalo udah ketemukan jadinya tahu Mana yang di (Sembah) Mana yang (Menyembah) “MAN AROFA NAFSAHU FAKOD AROFA ROBBAHU” Barang siapa mengenal dirinya maka SUNGGUH DIA mengerti TUHANYA tp ya harus di jabarkan Ketahuilah bahwa mengenal DZAT TUHAN adalah PERKARA yang GHAIB/SAMAR jadi ya jangan di angen-angen sendiri mustahil apabila Orang mengenal TUHAN tanpa ada seorang MURSYID bisa2 ya tuhan setan/ jin/ lelembut dll, Bukankah ada kata2 bijak ASHOLATU MIKROJUL MUKMININ Bubukan begitu mas sufi muda

  • Rikie

    Boleh juga tulisannya…
    Tapi biar gak terkesan riya dan membanggakan dir, tulisan2 mereka yang membantahannya kok gak dipajang sih mas..?!

  • farid

    alangkah baiknya di blog ini tidak ada kebencian terhadap wahabi, mereka juga muslim juga belajar menjadi muslim yang baik. saya baca kok banyak dari komentar2 sufimuda dan yang lain yang sepertinya membenci wahabi.

    masak tasawwuf kok masih ada perasaan benci pada sesama muslim.

  • sufimuda

    Mengungkapkan kesalahan wahabi kan wajar-wajar saja mas farid,
    kalau kita buka blog/web wahabi yang menuduh sesat/kafir kepada kaum sufi masih jauh lebih toleran disini…
    salah satu contoh coba baca disini : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=944
    dan banyak lagi tempat, mereka bukan sekedar benci tapi menempatkan kaum sufi sebagai orang kafir.
    Bukankah makna kafir itu keluar dari Islam?

    Blog ini kan bukan bertujuan menyerang wahabi seperti http://salafyindonesia.wordpress.com/, kalau pun ada komentar pedas untuk kaum wahabi itu sebagai reaksi atas sikap yang tidak terpuji kaum wahabi terhadap orang sufi…

    Pepatah mengatakan : “Siapa yang menanam dia akan menuai”

    Sebenarnya banyak komentar yang mencaci maki kaum wahabi yang tidak saya tampilkan di sini, karena menurut saya dengan dalih apapun kalau caci maki bukan etika yang bagus…

    Memang blog ini adalah khusus membahas masalah tasawuf, tetapi pengunjungnya terbuka untuk semua, yang senang tasawuf maupun yang tidak senang…

    Salam

  • said.ali

    nah selanjutnya… bagaimana cara upgradenya bang sufimuda?, dan kemana kalo mau ngapgrade “komponen2” rohani ini.., apa ada “dealer2” dan “distributornya” di tiap daerah ? 😉

    Sufi Muda :
    Meng upgrade nya dengan belajar Tarekat sebagai kelanjutan dari Syariat. Tentu nya harus mencari seorang Guru Mursyid (pembimbing rohani) yang akan menuntun menuju Tuhan.
    Kalau mas Said Ali tertarik ingin meng upgrade nya silahkan kontak ke email saya nanti akan saya berikan alamat “dealer2” Tuhan diseluruh dunia 🙂

  • said.ali

    nah akhirnya dibalas juga.. sblmnya saya reload2 halaman ini, menunggu jawaban bang sufimuda, sudah sy kirim email..

  • sufigokil

    Assala……mu.. alaiku…….mm..malu2 nih …. ama Si sufiiiii mudaa siawet mudaa slalu mengajak untuyuuk yuuk yuuk menja dii hamm ba Tuuuuhan ajaa

    Bua apa jidad mejadi hitam eemmangg nye arengareng goreng…..

  • ABHusin

    …..HAMBA BACA, HAMBA SYAITAN, HAMBA TUHAN…..

    Ada tiga jenis martabat dan tahapnya Hamba itu,
    Hamba Baca masih bertuhankan buku dan ilmu,
    Hamba Syaitan masih bertuhankan hawa dan nafsu,
    Hamba Tuhan masih bertuhankan hantuuuuuuu…….

    Sewajarnya jadilah kamu seorang Hamba,
    Hamba yang sebenar-benarnya Hamba,
    Jadilah kamu seorang Hamba Allah Yang Beriman,
    Sebagaimana kisahnya Musa mencari seorang Guru,
    Guru yang berdarjat ‘”HAMBA ALLAH YANG BERIMAN”
    Tempatnya di Pertemuan Dua Lautan…… (S.Al-Kahfi).

    ….. Wallahualam …..

  • ABHusin

    …… HAMBA BACA, HAMBA SYAITAN, HAMBA TUHAN ……

    Oleh itu janganlah kamu jadi Hamba kepada yang tiga itu.
    Jadilah kamu seorang “HAMBA ALLAH YG BERIMAN”…

    ….. ” HAMBA ALLAH YANG BERIMAN ” …..

    Pada Musa ada itu Hamba,
    Pada kamu jua ada juga itu Hamba,
    Kalo Musa mencari itu Hamba dipertemuan 2 laut,
    Kalo kamu dimana kamu mahu cari itu Hamba…???

    Kalo kamu sudah ketemu sama itu Hamba,
    Jadilah kamu seorang Hamba Allah Yang Beriman,
    Seorang Hamba sentiasa sedar diDiri dan tahu diuntong,
    Seorang Hamba sentiasa menjunjung titah perintah Allah,
    Seorang Hamba itu tidak pernah mengeluh dan gelisah….

    ….. “SEBENAR-BENAR HAMBA ALLAH” ……

    Maka yang sebenar-benar Hamba Allah itu,
    Itulah ” MUHAMMAD BIN ABDULLAH “…….

    ….. Wallahualam……

    • bing

      @ABHusin Maka yang sebenar-benar Hamba Allah itu,
      Itulah ” MUHAMMAD BIN ABDULLAH “…….

      hebat ..hebat Rosulullah saja kalah apalagi S Abu bakar S Umar S Ustman S, Ali

  • ABHusin

    …..MENGENAL HAMBA ALLAH YANG BERIMAN…..

    Musa tidak dapat mengenal siapa dia itu “HAMBA ALLAH”.
    Kerana Musa banyak tahi minyaknya, banyak bertanya
    dalam perjalanan dan perguruan……

    Sedangkan Sayyidina Ali setelah diberitahu oleh Nabi
    SAW gambaran dan petuanya mengenal Awis Al-Qirani
    itu. Setelah lama Nabi SAW wafat barulah Awis tiba
    keMekah, ketemulah dan bertanya Saidina Ali pada
    orang yang dicarinya itu : “Apakah Tuan Hamba ini Awis
    Al-Qirani…???” Jawab Awis : “Tidak , ana hanyalah
    seorang HAMBA ALLAH…”

    Maka bergurulah Sayyidina Ali sebagai anak murid yang
    setia sama itu Awis. Maka ketahuilah sudah Sayyidina Ali
    akan rahsianya itu “HAMBA ALLAH”. Maka sebab itu
    Sayyidina Ali dinamakan “GUDANG ILMU”……

    Awis Al-Qirani dengan Kehendak Allah jadi Rijal Ghaib
    dan dinobatkan pangkat Qutubul Ghaus, maka
    bernamalah dia “KHUTUBUL GHAUS AWIS AL-QIRANI”…..

    Salah seorang Nasab Ahlul Bait yang berguru ghaib sama
    itu Awis Al-Qirani adalah “QUTUBUL AKTAB SYEIKH
    ABDUL QADIR AL-JILANI”……

    (Dari Mursyid Ahmad Muhammad Abdullah
    & Rujukan Kitab Kun Laduni)

    …..Wallahualam…..

  • sufi gila

    salam cinta dan damai

    Uwais Al – Qarni adalah sahabat yg merupakan kekasih Rasul walaupun tidak pernah bersua dengan Rasulullah Muhammad tapi sering bertemu dg rasul di alam ruh … sampai2 Rasul mengatakan pada 4 Khulafaur Rasyidin bahwa Uwais adalah manusia yg melebihi derajatnya dibanding mereka berempat karena kecintaannya pada Rasulullah … dan akhirnya satu persatu mereka belajar kepada Uwais Al-Qarni …. itulah keistimewaan seorang sahabat yg acapkali didengung dengungkan oleh Rasul walau belum pernah bersua sehingga ke 4 sahabat utama penasaran terhadap sosok Uwais … inilah yg disebut pengijazahan secara barzaki

  • goby

    Farid@ saya kok tidak membaca ada kata2 wahabi sini ya…kok anda bisa membaca?? dulu saya pernah “ngaji” ke kyai di banten. istri beliau ngeletuk kalian mau jidatnya hitam biar dibilang ahli ibadah gampang kok ambil balsam kemudian oleskan dijidat pakai dah untuk setiap kali sujud 1 Minggu dijamin jidat jadi hitam, tapi apakah itu yang kita cari??? di akhirat orang yang sholat terlihat tanda shalatnya tapi jangan membayangkan bahwa tanda shalat itu samadg yg ada dijidat sekarang.

  • azis

    Note yg sangat menarik, ane juga mau dong sufi muda mengirimkan alamat dealer2 tuhan di seluruh dunia… sukron

  • aspiransyah

    Memang tidak semua orang dapat pelajaran mengenal Allah lebih dalam , slma ini umumnya rakyat indonesia terutama belajar yg sesuai d buku saja jd pengetahuan mereka dangkal , jika anda mau lebih dekat mengenal Tuhan ada yaitu : belajarlah Tajali yang nantinya akan menggabungkan Makrifat dan syariat seperti contoh kita Rosulullah Muhammad S.A.W ( moga bermanfaat )

  • Rudy F

    Assalamualikum Wr Wb,

    Inggih, inggih leres Mas Sufimuda. Meniko tulisan sae lan apik tenan. Matur suwun telah berbagi

    Wassalamualikum Wr Wb

    Rudy F

  • luckyfaj

    Assalamualaikum wr wb

    Mohon dibantu bang sufimuda dealer2 Tuhan..kebetulan saya di Sulawesi kota Makassar, atas perkenannya dihaturkan terima kasih.

    Wassalam
    Fajaruddin

Tinggalkan Balasan ke sufimudaBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca