Pemikiran

Hentikan Kekerasan

Proses penangkapan dan pengejaran terhadap para anggota Front Pembela Islam (FPI) yang diduga melakukan aksi kekerasan dalam insiden Monas, 1 Juni lalu, kini tengah berlangsung. Kita pun berharap polisi akan terus mengusut sampai tuntas kasus ini, dan pada akhirnya menghadapkan para pelakunya ke pengadilan. Lalu orang-orang yang berbuat anarki itu pun dihukum. Pertanyaan selanjutnya, akankah hukuman membuat orang-orang yang terbiasa melakukan kekerasan itu jera?


Pertanyaan ini penting untuk diajukan, karena sudah berkali-kali terbukti, tindakan hukum tidak pernah berhasil membuat para pelaku kekerasan (yang sudah pernah dihukum) menghentikan aksi-aksi anarkinya. Apakah karena hukumannya terlalu ringan sehingga tidak menghasilkan efek jera?  Ataukah karena para penegak hukum cenderung bersikap pasif terhadap berbagai aksi kekerasan yang banyak terjadi selama ini, dan baru bertindak jika sudah mendapat tekanan masyarakat?


Tetapi tentu saja kita tetap harus percaya pada proses hukum, karena kita juga tidak menginginkan terjadinya aksi balasan atau tindakan main hakim sendiri. Aksi balasan (dengan kekerasan) hanya akan mengakibatkan semakin meluasnya konflik horisontal, yang pada gilirannya, akan dimanfaatkan orang-orang yang berkepentingan. Yang jadi korban, lagi-lagi rakyat kebanyakan, yang sudah lelah, bosan dan muak dengan aksi-aksi kekerasan. Sementara beban kehidupan akibat kenaikan BBM, harga bahan-bahan kebutuhan pokok yang naik melangit, sudah cukup membuat rakyat megap-megap.


Menjadi tugas pemerintah untuk mengurangi beban hidup rakyat, dengan (di antaranya) tidak membiarkan lagi terjadinya aksi-aksi kekerasan. Bahkan sudah saatnya pemerintah membubarkan laskar-laskar sipil yang cenderung berbuat anarki itu. Lantas, karena sebagian besar aksi kekerasan di negeri ini berlatar-belakang agama dan keyakinan, menjadi tugas para pemuka agama untuk menyelesaikannya secara tuntas dan bijaksana. 


Aksi kekerasan yang terjadi pada insiden Monas lalu adalah aksi kekerasan yang menjadikan Islam sebagai komoditas. Padahal kata Islam itu sendiri, sangat bertolak-belakang dengan kata kekerasan. Bukankah Islam berasal dari kata Salama yang artinya keselamatan, kedamaian, keramah-tamahan? Tugas para ulamalah untuk kembali mengingatkan umat tentang esensi Islam yang hakikatnya cinta damai, Islam yang teduh, Islam yang antikekerasan.


Islam juga merupakan agama yang sangat mengedepankan musyawarah atau dialog, sehingga mampu menyikapi setiap perbedaan dengan kepala dingin. Dengan kata lain, sudah waktunya para ulama Islam dari berbagai mazhab dan aliran, duduk bersama, membicarakan perbedaan-perbedaaan pendapat di antara mereka dengan sikap saling menghargai. Bukan dengan caci dan maki, apalagi saling serang. Bukankah Islam melarang umat  berbantah-bantahan untuk sesuatu yang lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya? Jangan biarkan umat dilanda kebingungan.

 

Sumber : http://www.liputan6.com/producer/?id=78

9 Comments

  • AbahSelatan

    Dalam dunia islam, tak mengenal yang namanya kekerasan, karena islam di ajarkan dengan penuh kasih sayang dan rahmat bagi sekalian alam.

    yang menggunakan nama islam untuk membuat kekerasan dan kericuhan tentu lah dipertanyakan apakah dia benar-benar islam… ???

    mari sekarang kita hentikan kekerasan, mari kita bersatu menghancurkan musuh-musuh islam dari dalam dari orang-orang yang mengaku dirinya Islam

  • Billy Soemawisastra

    Bung Sufimuda, terima kasih Anda telah menyebarluaskan tulisan saya yang semula dimuat di Liputan6.com. Tetapi yang lebih penting dari itu, kehadiran blog Sufimuda di dunia maya, telah membuat semakin semarak saja barisan orang Muslim yang lebih mencintai kedamaian ketimbang kekerasan; yang lebih mencintai keharmonisan ketimbang permusuhan. Saya juga salut pada Anda, yang telah berhasil “membumikan” sufisme melalui blog ini. Maju terus!

  • sufimuda

    Karya Bung Billy amat mencerahkan, sebagai seorang pengamal Tasawuf, saya merasa terpanggil untuk menampilkan wajah Islam “versi” Tasawuf yang amat damai dan menyejukkan, dan di Eropa terkadang Islam ditolak bukan karena ajarannya akan tetapi disebabkan oleh penampilannya lewat Islam Puritan/Fundamentalis yang sangar, sehingga kebanyakan orang menerima Sufisme akan tetapi menolak Islam.
    Padahal Sufisme merupakan ruh/jantung Islam yang sudah banyak dilupakan orang.

    Faham Wahabi yang didukung oleh Kerajaan Saudi telah berhasil mengubah wajah Islam menjadi bengis, Islam identik dengan Teroris, faham suka mengkafirkan sesama Islam sudah saatnya dihentikan.

    Terimakasih Bung Billy atas kunjungannya dan supportnya, Salam damai selalu

  • Adinata

    Setujuuuuuuuuuuu,,,,
    Islam itu diamalkan dengan ilmu, bukan dengan otot.
    Cuma orang-orang yang tidak berilmu saja yang menyelesaikan masalah dengan otot/kekerasan.
    Nah,, yang repot kan kalo orang SOK BERILMU disuruh mengamalkan Islam. Apalagi disuruh membela Islam. Kasihan kan Agama Suci nan Sempurna ini, kok malah dibela sama species berotot tak berotak.

  • aktivis fpi

    assalamulaikum sufi muda cuma bilang sedikit poin aja.jangan terlalu ”iya” sama media.:) periksa dulu jika anda dapat kabar dari orang atau kelompok munafiq (alquran).:)

  • bayuaji1077

    Bisa juga dikatakan ISLAM karena mengandung arti Imani dan Selami….
    Jangan hanya dipelajari kulitnya saja, rasakan dan resapi sampai kedalam tulang sumsum…
    Niscaya tidak akan ada lagi benturan antara sesama Umat Islam dan juga dengan penganut keyakinan lainnya….

Tinggalkan Balasan ke aktivis fpiBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca