anekdot sufi

MAKAN, TIDUR

Gendhut, ia biasa dipanggil, salah satu pesuluk di pesulukan thariqat, setiap hari hanya makan tidur di pemondokan. Ia jarang sekali beramal (zikir), pokoknya habis sholat  dan Tawajuh ia langsung tidur, sambil menunggu kapan maghrib dan buka puasa.
“Kanapa kamu makan tidur melulu?” tegur kawannya.
“Lah, memang begitu ajarannya?”
“Ajaran dari siapa?”
“Dari Pak Kyai…”
Kawannya kaget bukan main. Enak benar si gendhut ini makan tidur. Jangan-jangan oleh Kyainya memang diperintah demikian, pikirnya.
“Bagaimana sih ceritanya kok kamu disuruh makan tidur saja selama ini?”

“Kata Pak Kyai, saya disuruh memilih jadi penumpang model mana, seandainya saya naik bus, sopirnya kebut-kebutan, juga nabrak sana dan nabarak sini, sampai semua penumpang terluka, namun akhirnya sampai tujuan juga. Ada lagi supirnya kebut-kebutan, hampir menabrak orang dan pohon, tapi tidak jadi, para penumpang sering menjerit-jerit. Tapi akhirnya sampai tujuan pula. Dan ketiga, saya jadi penumpang sopirnya kebut-kebutan, dan para penumpang sejak naik bus sudah tidur pulas. Begitu bangun sudah sampai tujuan. Lha saya pasti memilih yang terakhir itu Kang…?”

Mendengar cerita si gendhut kawannya hanya bengong nggak habis pikir. Betapa hebatnya si gendhut ini, saking taatnya pada Kyainya sampai salah tafsir seperti itu. Hingga setiap hari hanya makan dan tidur…Wehwehweh, ini sanepo jadi beneran….

Untungnya kawannya menjelaskan maksud ungkapan Pak Kyainya, yang memilki makna begitu dalam di dunia ruhani dan perjalanan sang hamba, hingga si Gendhut rupanya mulai  sadar.
Anehnya si gendhut malah semakin kuat tidurnya. Entah, tidur macam apa lagi yang ia lakoni….Apa penjelasannya kawannya justru semakin disalahpahami, atau sedang meningkatkan ruhaninya? 

Wallahu A’lam…

 

10 Comments

  • economatic

    Mungkin si Gendhut punya filosofi begini,’Tidur adalah perbuatan yang menghindarkan kita dari perbuatan keji & munkar, maksiat, dan berbagai dosa yang mungkin timbul ketika dalam keadaan terjaga.’
    Atau ternyata si Gendhut ternyata adalah seorang filsuf terkenal yaitu Ariswisteles keturunan Aristoteles.
    Wassalam http://economatic.wordpress.com/

  • yudistira

    kali aja si gendut semakin mantap akan pemahamannya
    “tidurnya ulamaKU lebih baik dari ibadahnya si jail”
    🙂

  • sufimuda

    gini… dalam kajian tasauf/thariqat ada namanya maqam WUQUF, itu adalah alam antara nyata dan gaib, antara sadar dengan tidak sadar, itulah awal memasuki ALAM KETUHANAN, di kajian syariat, WUQUF adalah kedudukan tertinggi yang kita kenal dengan WUQUF di ARAFAH, dalam ilmu tasauf itu baru awal.
    Sufimuda senyum2 karena sudah mengalami hal2 seperti itu, memang banyak peserta suluk yang sulit membedakan antara alam WUQUF dengan tidur, itu serupa tapi tidak sama 🙂 nah kalau bandit jahil belum mengalaminya susah menjelaskan karena ini kaji rasa, mendingan cepat2 dech anda masuk tahriqat 🙂
    Dalam kajian syariat, IHSAN itu adalah MAQAM tertinggi yang bunyinya “SHALAT LAH ENGKAU SEOLAH-OLAH MELIHAT AKU DAN JIKA ENGKAU BELUM MELIHAT AKU YAKINLAH BAHWA AKU MELIHAT ENGKAU”.
    Nah… dalam kajian Tasauf MAQAM IHSAN juga merupakan maqam awal, kenapa? seorang SUFI tidak boleh menyembah TUHAN sebagai “seolah-olah” tapi harus PASTI, harus PASTI itu TUHAN.
    Kalau dia masih menyembah TUHAN seolah-olah melihatNya maka dia masih bisa disesatkan syetan.
    Syekh Abdul Khadir Jailani ketika diigoda oleh Iblis yang mengaku sebagai ALLAH langsung dia melempar dengan sandalnya, kenapa? karena dia tahu yang mana ALLAH, mungkin kalai Iblis datang kepada orang yang tidak punya MURSYID langsung dibenarkan bahwa itu ALLAH, disinilah banyak sekai orang terjebak disesatkan oleh syetan karena tidak punya mursyid.
    “BARANG SIAPA MENUNTUT ILMU TIDAK PUNYA MURSYID MAKA SYETANLAH MURSYIDNYA”.
    Demikian penjelasannya, mudah2an gak tambah bingung 🙂

  • firman

    he..he..
    mungkin pemahaman si gendut,kurangi berkata2 perbanyak didalam kelambu [bukan zikirnya tpi tidurnya.]he..he
    salam bang SM.lanjutkan berkarya untuk mencerahkan umat.

  • Ruslianto

    Bung Firman meng-anggap artikel tsb sebuah guyonan,.. ah (Sesungguhnya n sebenarnya) Artikel diatas ber’makna’ sangat dalam bagi pengamal thareqat,….(cerita si gendut itu tentunya),…. dan baca ulang,…lah dan Bang SM ncoba menjelaskan dengan sedikit transparan,…. tentang wukuf,… dan seterusnya (tgl.24 Mei 2008) , hal sama yg pernah saya alami, tentang mengapa seorang salik begitu mulai berdzikir,…terasa “ngantuk” dan mau tidur Lalu ditanyakan; mengapa? yaa Bang.

    Maka kala itu (thn.1997) Sang Senior menjawab “Perasaan mau tidur? rasa ngantuk ? Ya, syukur-lah itu ber-arti Allah SWT sedang menilai dzikir-mu dan diri-mu dan mensucikan diri-mu dan mendapat rahmat dari Allah”.
    Tiba-tiba pertemuan terputus, Seorang Senior Lain ber-ujar; masuk kelambu,…masuk,..masuk,.. diluar banyak setan.
    Saat mendengar Kata Sang senior tsb,.. sepontan ,..Geerr ketawa semua orang disekitar (Si Gendut). sambil bergumam seperti Si Firman (diatas) orang tidur kok dapat rahmat,… ah ada-ada saja katanya, sambil bergegas masuk kelambu.

    Pada saat penutupan suluk berkesempatan bertemu lagi dengan Sang senior; Lalu Beliau Berkata “Tempo hari saya belum menjelaskan tentang tidurnya orang berdzikir, yaa ?” Dan Ia membaca sebuah ayat Al Qur’an Suraah Al Anfal ayat – 11 (namun sebelum Beliau membaca berkata : Bahwa Ilmu Thareqat ini semua Tingkatan-tingkatannya ada dan tercantum dalam Al Qur’an, Karena ilmu ini dibimbing langsung oleh rohani Rasulullah s.a.w)

    Al Qur’an Suraah Al-Anfal ayat 11 :
    Iz yugasysyikumun nu’asa amanatam minhu wa yunazzilu ‘alaikum minas sama’i ma’al liyutahhirakum bihii wa yuzhiba ‘ankum rijzasy syaitoni wa liyarbita ‘ala quluubikum wa yussabbitabihil aqdam(a).

    (ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kami(mu).

    Kala itu terperangah Si Firman dan kawan-kawannya yang mencemooh Si Gendut yg tidur-tiduran (itu). dan Sang Senior yang Kiyai (itu) hanya senyum-senyum, sambil berujar; Ngatuk yg mana ? tidur yg mana ?,…. Ngantuk dalam Suluk ?.

    Dan Semua orang (agama apapun) dan hidup,.. pasti merasakan ngantuk dan tidur,..tapi rasa ngantuk yg dimaksud Al Qur’an diatas yg bagaimana ?

    Wass: Semoga menjadi renungan.

Tinggalkan Balasan ke BANDITJAHILBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca