Tasauf

7 Tanya Jawab Tentang Thariqat

7 Tanya Jawab Tentang Thariqat

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Pengunjung sufimuda yang dirahmati Allah, terima kasih atas kunjungan dan tanggapannya terhadap blog sufimuda, tentu lebih banyak kurangnya dari pada lebihnya, setelah sebulan sufi muda menerbitkan artikel-artikel, kami menerima banyak pertanyaan (45 pertanyaan) yang dikirim ke email sufimuda@gmail.com, sebagian besar bertanyaannya seputaran Thariqat, Mursyid dan Wasilah. Masalah thariqat bagi sebagian awam masih ragu-ragu, apakah memang bagian dari ajaran Islam atau suatu amalan yang diadakan oleh orang-orang sufi tanpa ada dasar dalilnya. Karena pertanyaannya sebagian besar menginginkan dalil-dalil, maka kami menjawabnya dengan dalil-dalil, sebagian besar kami ambil dari buku:

Permasalahan Thariqah, Hasil Kesepakatan Muktamar & Musyawarah Besar Jami’ah Ahlith Thariqah Al-Muktabarah Nahdlatul Ulama (1957-2005M), Penghimpun : K.H. A. Aziz Masyhuri diterjemahkan oleh : Achmad Zaidun.


  1. Hukum Masuk Thariqah

Tanya : Bagaimana pendapat muktamirin tentang hukum masuk Thariqah dan mengamalkannya?

Jawab : Jikalau yang dikehendaki masuk thariqah itu belajar membersihkan dari sifat-sifat yang rendah, dan menghiasi sifat-sifat yang dipuji, maka hukumnya fardhu ‘ain. Hal iniseperti hadis Rasulullah Saw, yang artinya: ”Menuntut ilmu diwajibkan bagi orang Islam laki-laki dan Islam perempuan”. Akan tetapi kalau yang dikehendaki masuk Thariqah Mu’tabarah itu khusus untuk dzikir dan wirid, maka termasuk sunnah Rasulullah Saw.1 Adapun mengamalkan dzikir dan wirid setelah baiat, maka hukumnya wajib, untuk memenuhi janji. Tentang mentalqinkan (mengajarkan) dzikir dan wirid kepada murid, hukumnya sunat. Karena sanad Thariqah kepada Rasulullah Saw, itu sanad yang shahih.

Keterangan dari kitab:

  1. Al-Ma’aarif al-Muhammadiyah, hal. 81;

  2. Al-Adzkiyaa

Al-adzkiyaa’: Pelajarilah ilmu yang membuat sah ibadahnya.

Al-Ma’ararifah al-Muhammadiyyah, hal. 81: Sanad para wali kepada Rasulullah Saw. Itu benar (shahih), dan shahih pula hadis bahwa Ali ra. Pernah bertanya kepada Nabi Saw. Kata Ali, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku jalan terdekat kepada Allah yang paling mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama bagi Allah!” Rasulullah Saw. Bersabda, ‘Kiamat tidak akan terjadi ketika di muka bumi masih terdapat orang yang mengucapkan ‘Allah’. Dasar lainnya adalah firman Allah Swt. ‘Penuhilah janji, sesunggunhya janji itu akan diminta pertanggungjawabannya’”. (Al-Israa’; 34).


  1. Murid Pindah Thariqah


Tanya : Apakah boleh seorang murid Thariqah pindah dari satu thariqah kepada Thariqah yang lain?

Jawab : Haram pindah dari satu Thariqah kepada Thariqah yang lain. Namun dapat dikatakan : Boleh pindah, apabila dia dapat menetapi kepada Thaiqah yang sudah dimasuki dan istiqamah (tekun) pada tuntunannya.

Keterangan dari kitab-kitab:2 )

  1. fataawa al-Haditsiyah, hal.50;

  2. majmu’ah al-rasail, hal. 114;

  3. ahkaamul Fuqaha, soal no. 173.

Al-fataawa al-hadiitsiyah, hal 50: Barangsiapa telah menyatakan baiat kepada seorang mursyid, dan mampu melaksanakan isi baiatnya, dan telah mendapat pancaran rohani darinya dengan sifat yang pertama dan kedua, maka haram baginya –menurut mereka (para ulama)-meninggalkan mursyid tersebut dan beralih ke mursyid yang lain.

Majmu’ah al-rasaail,. Hal: 114: Ketahuilah bahwa Thariqah-Thariqah yang ma’tsur, yang masyhur, yang sanadnya bersambung dari para guru thariqah terdahulu sampai belakangan adalah seperti empat madzhab dalam hal perpindahan dari satu madzhab ke madzhab yang lain, yaitu boleh, dengan syarat bidang yang dimasuki oleh orang yang berpindah madzhab itu harus utuh dengan senantiasa menetapi tata kramanya.


3. Mursyid Melarang Muridnya Menerima Baiat dari Mursyid lain

Tanya : Apakah boleh seorang mursyid melarang sebagian muridnya menerima baiat dari mursyid yang lain?

Jawab : Boleh, kalau di dalam melarang itu untuk mengarahkan murid pada apa yang menjadikan kemaslahatannya.

Keterangan dari kitab:

Tanwiir al-quluub hal. 536: Yang kedua belas adalah mursyid tidak boleh lengah dalam membimbing murid-muridnya kepada apa yang menjadikan kebaikan bagi diri mereka.


4. Tidak Bersanad Mengajarkan Thariqah

Tanya : Apakah boleh orang yang tidak mempunyai sanad yang sambung kepada Rasulullah Saw mengajarkan thariqah kepada murid? Apakah boleh memberi ijazah kepadanya?

Jawab : Tidak boleh, kalau thariqah itu Thariqah Mu’tabarah seperti Thariqah Naqsyabandiyah, Qadriyah, Khalidiyah, dan semacamnya, yaitu Thariqah yang silsilahnya sampai kepada Rasullullah.


Keterangan dari kitab:

  1. Khaziinah Al-asraar, hal. 188.

  2. Ushuul al-Thariiq, hal. 89.

  3. Tanwir al-Quluub, hal. 534

Khaziinah Al-asraar, hal. 188: Orang yang silsilah/sanadnya tidak bersambung kehadirat Nabi saw. Itu terputus dari pancaran rohani dan ia bukanlah pewaris Rasullullah Saw. Serta tidak boleh membaiat dan memberi ijazah.

Ushuul al-Thariiq, hal. 89: Semua ulama salaf sepakat bahwa orang silsilahnya tidak bersambung kepada guru-guru thariqah dan tidak mendapat izin untuk memimpin umat di majlis thariqah, tidak boleh menjadi mursyid, tidak boleh membaiat, tidak boleh mengajarkan dzikir dan amalan-amalan lain dalam thariqah.

Tanwir al-Quluub, hal. 534: tidak boleh menjadi guru thariqah dan mursyid kecuali setelah mendapat penempaan dan izin, sebagaimana kata para imam, karena sudah jelas bahwa orang yang menjadi guru thariqah tanpa mendapat izin itu bahayanya lebih besar daripada kemashlatannya, dan ia memikul dosa sebagai pembegal/penjambret thariqah, serta jauh dari derajat murid yang benar, apalagi dari derajat guru thariqah yang arif.



5. Hukum Peringatan Haul (Hari Wafat)

Tanya : Apakah peringatan hari wafat (haul) termasuk bid’ah atau memang ada nash dari hadis?

Jawab : Sesungguhnya peringatan hari wafat (haul) ada nash hadis dariperbuatan Rasullullah Saw., Abu Bakar, Umar ra, dan utsman ra.

Keterangan dari kitab:

  1. Syaarah al-Ihyaa’,X

  2. Kitab nahju al- balaaqhah, hal. 394-396.

  3. Kitab manaaqib sayyidi al-syuhada’ Hamzah ra., hal. 15.

Syaarah al-Ihyaa’, juz X Yang menjelaskan ziarah kubur. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Al-Waqidi mengenai kematian, bahwa Nabi Saw. Senantiasa berziarah ke makama para syuhada’ di bukit Uhud setiap tahun dan sesampainya disana beliau mengucapkan salam dengan mengeraskan suaranya, “Salaamun’alaikum bimaa shabartum fani’ma’uqbaddaar” (QS. Al-Ra’d: 24. Artinya: keselamatan tetap padamu berkat kesabaranmu, maka betapa baiknya tempat kesudahan itu). Abu bakar juga berbuat seperti itu setiap tahun, kemudian Umar lalu Utsman. Fatimah juga pernah berziarah ke bukit Uhud dan berdoa. Sa’d bin Abi Waqqash mengucapkan salam kepada para syuhada’ tersebut kemudian ia menghadap kepada para sahabatnya lalu berkata, “mengapa kamu tidak mengucapkan salam kepada orang-orang yang akan menjawab salam mu?”

Keterangan yang sama juga terdapat dalam kitab Nahju al- balaaqhah, hal. 394-396, dan Kitab manaaqib sayyidi al-syuhada’ Hamzah ra. Oleh sayyid ja’far al Barzanji hal. 15: Rasulullah Saw. Senantiasa berkunjung ke makam para syuhada’ di bukit Uhud pada penghujung setiap tahun dan beliau mengucapkan “Salaamun’alaikum bimaa shabartum fani’ma’uqbaddaar” (Artinya: keselamatan tetap padamu berkat kesabaranmu, maka betapa baiknya tempat kesudahan itu. QS. Al-Ra’d: 24.). ini tepat sebagai dalil/dasar orang-orang madinah yang melakukan ziarah rajabiyyah (pada bulan rajab) ke makam sayyidina Hamzah yang di tradisikan oleh Syaikh Junaid al-Masyra’I karena ia pernah bermimpi bertemu dengan sayyidina Hamzah yang menyuruhnya melakukan ziarah tersebut.­3)


6. Cara Rabithah kepada Mursyid dengan Tata Sila Kesembilan

Tanya : Bagaimana cara rabithah kepada syaikh mursyid yang disebut dalam tata sila kesembilan dalam kitab Tanwiir al-Quluub tentang cara berdzikir?

Jawab : Cara rabithah yang ditanyakan tersebut yaitu menggambarkan rupa guru antara dua matanya, kemudian menghadapkan jiwa kepada rohaniyah dalam gambar itu pada permulaan dzikir sampai hasilnya merasa jauh dari dunia. Itulah yang dikehendaki tata sila yang kesepuluh.

Keterangan dari kitab:

  1. Tanwiir al-Quluub, hal. 518.

  2. Al-Bahjah a-Saniyyah, 40.

Al-Bahjah a-Saniyyah, 40: Ketahuilah bahwa menghadirkan rabithah itu bermacam-macam. Pertama, murid menggambarkan/ membayangkan rupa gurunya yang sempurna di hadapannya, kemudian ia bertawajjuh (berkonsentrasi) kepada rohaniyyah di dalam rupa gurunya tersebut dan terus bertawajjuuh seperti itu sampai ia jauh dari dunia atau mendapatkan atsar/dampak kejadzaban.

Tanwiir al-Quluub, hal. 518: Murid wajib berusaha memperoleh pancaran rohani ari gurunya yang sempurna yang fana’ di dalam Allah (larut/tenggelam di dalam sifat-sifat ketuhanan –pen), dan sering berkonsentrasi pada rupa gurunya agar semakin kuat pancaran rohani yang diterima dari gurunya pada saat tidak bertemu secara fisik seperti ketika bertemu secara fisik, sehingga dengan konsentrasi tersebut murid merasakan gurunya benar-benar hadir dan merasakan nur yang sempurna…



7. Ocehan Bahwa Thariqah tidak Termasuk Sunah Nabi

Tanya : Bagaimana hukumnya orang yang melarang orang masuk Thariqah Mu’tabarah seperti Thariqah Naqsyabandiyah khalidiyyah, Qadiriyah, syathariyyah dan sebagainya, dan dia berkata bahwa Thariqah tersebut tidak termasuk sunah Rasulullah Saw.?

Jawab : Kalau tujuan melarang itu ingkar kepada thariqah maka orang itu menjadi kufur.


Keterangan dari kitab:

Jaami’u al-ushuuli al-auliyaa’,hal. 136: Jauhilah ucapan, “Thariqah orang-orang sufi itu tidak diajarkan dalam Al-Quran dan hadis”, karena orang yang berkata seperti itu adalah kafir. Semua thariqah orang-orang sufi itu sesuai dengan akhlak dan perilaku Nabi Muhammad Saw.serta ajaran Allah.

Demikian jawaban yang kami berikan atas pertanyaannya, Jawaban yang kami kutip langsung dari buku ini mudah-mudahan bisa menjawab  beberapa pertanyaan yang pernah diajukan oleh pengunjung, pada kesempatan lain akan kami lanjutkan lagi tanya jawabnya, pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi kami berikan jawaban langsung via email.


Wassalam

Sufi Muda


 

 

77 Comments

  • Sifa

    Jangan ngarang, Thariqah sendiri nggak ada hukumnya baik sunnah maupun wajib, karena nggak ada hadits yg menyebutkannya, dan pada jaman nabi serta para sahabatpun tidak pernah melakukan tariqah.

    Bagaimana bisa pindah tariqah hukumnya haram? apa bisa kasih dasar hadits nya?

  • cheapacar

    Emang ada dasar hukumnya pindah tariqah HARAM? sedangkan tariqah sendiri nggak ada dasar hukumnya dan pada jaman Rasul dan sahabatnya dulu nggak pernah ada kegiatan Tariqah. Apa juga ada dalilnya yang sahih?

  • syahruddin

    Ilmu ibarat laut, jika tidak diselami mana tau didalam laut itu ada ikan, terumbu karang, mutiara dll. Kasihan bagi mereka yg hanya melihat laut dari pesisir saja.

  • Adi Wijoyo

    Mohon sharing terbuka abang-nda Sufi Muda ….
    Bertareqat itu adalah cara ‘advance’ dalam beribadah kepada sang khalik. Berfondasi dengan mengikuti tuntunan syari’at, selanjutnya mencari jalur/frekwensi kepada-NYA agar kita mendekat secara “ikhsan”. Untuk tujuan ini maka harus dicari metode/cara khusus yang selanjutnya disebut Tareqat.
    Di dalam ber-tareqat ini tujuannnya harus lurusss … agar jalur kita menemukan jalan tol highway yang ‘luas dan nyaman’ menuju kepada-NYA. Di sinilah kemudian seni untuk mencari Waliullah yang merupakan Wali Qutub untuk menggaransi ibadah kita luruss menuju kepada ALLAH SWT. Selanjutnya mencari Wali Qutub merupkan key-word untuk menggapai ilahi anta maqsudi waridhoka mathlubi.
    Mencari Wali Qutub ini ibaratnya dilakukan dengan masuk ke suatu got, yang kemudian bermuara ke saluran drainase, masuk anak sungai, ke sungai, ke sungai besar … dan kemudian bermuara ke lautan jalur lurus ALLAH SWT. Pencarian mursyid yang merupakan Wali QUTUB bisa jadi merupakan langkah iterasi yang diawali dengan trial and error …. demikian analogi ke teori optimasi. Memilih mursyid yang pertama merupakan langkah coba-coba yang bisa jadi megandung error, maka tentunya boleh melakukan looping- iterasi agar proses pencarianya konvergen.
    Dari pembahasan di atas yang masih berdasarkan logika iterasi … saya berpendapat bahwa SYAH-SYAH saja pindah dari satu mursyid ke mursyid lainnya. Hasil dari iterasi ini adalah konvergen menuju ke Wali QUTUB.
    Abang-nda Sufi Muda … ini adalah diskusi terbuka-objective untuk mendapatkan hasil yang mencerahkan. Mohon diberikan pencerahan terhadap butir 1. Murid Pindah Thariqah dan 3. Mursyid Melarang Muridnya Menerima Baiat dari Mursyid lain … yang secara awam terbaca kontradiksi dengan logika iterasi.
    Mohon maaf sebelumnya.

  • Fatchur Rozi

    memangnya semua dalam beragama,beribadah memang harusada tuntunan dari alquran dan sunnah,jika memang jangan dingkari tapi kta laksanakan jika memang tidak sumbernya dari alquran dan sunnah mana bisa kita ngarang-ngarang

  • Akhmad paraduan harahap

    Tdk ada jalan menyimpulkan tarikot itu sesat atau tdk, terkecuali dgn banyak belajar dan berguru. Seorang sufi/guru tarikotpun tdk berhak menyimpulkan tariqot sesat atau tdk jika tdk banyak berguru. Lailahaillaloh itukan pengakuan dan pernyataan semua mahluk, pernyataan semua nabi, pernyataan semua agama di dunia ini. Hanya saja karena nabi muhammad berasal dari arab, tentulah beliau berbahasa arab. Berhubung karena weda ada di india, tentulah weda itu berbahasa india. Metode/tariqot spiritual agama islam dalan pensucian hati/diri pasti sama dgn agama budha, kalau ga percaya cobalah ikuti metode spiritual agama budha, dan hasilnyapun akan sama dgn agama islam, cahaya cahaya hati yg didapati dalam metode spiritual agama islampun akan sama didapatkan dalam metode spiritual agama budha, ga percaya cobalah ikuti metode apiritual agama budha. Demikian juga dgn metode spiritual agama yahudi hasilnyapun pasti sama, ga percaya niiii cobalah ikuti dan berguru apiritual yahudi dan budha. Kenapa bisa sama hasilnya???, sebab semua mahluk punya guru asal mula yg sama yaitu lailaha illalloh, hanya bahasanya saja yg beda tetapi metode tuk mencapai adalah sama. Dan tak salah kan banyak berguru, agar kita dapat menyimpulkan tarikot itu sesat atau tdk. Semoga kita mendapat hidayah dgn banyak belajar dan berguru.
    banyak berguru dan banyak latihan batin yg penuh dengan tantangan dan perjuangan yg luar biasa, serta dgn syariat yg benar dan perjuangan mempertahankan syariat yg telah kita pelajari lebih awal, serta dgn keiklasan yg benar. Tuhan akan membuka rahasia tarikot itu apa. Tetapi yang pasti apa yg diramalkan oleh muhammad akan terjadi islam itu banyak golongan sudah terlihat depan mata. Belajarlah abanganda/pak/ibu.
    Terkadang kita menuding seseorang tdk tau rasanya kopi, tetapi kitapun belumlah memcicipi semua jenis kopi. Patutkah kita membuat pernyataan rasanya kopi, tentu masih ada yg lebih patut membuat pernyataan rasanya kopi. Patutkah kita membuat pernyataan tarikot itu benar, tentu masih ada yg lebih patut. Ternyata nabi musa merasa lebih pintar di dunia ini, turunlah firman, hai musa masih ada yg lebih pintar darimu yaitu khidir, hahahahaha.
    Bata, bata, bata dalam pensucian hati salah satu agama, selanjudnya budha budha budha dalam pensucian hati di agama lain. Allah allah allah dalam 4 atau lebih agama lainnya. Kesemuanya itu diterjemahkan kedalam bahasa indonesia adalah “tuhan”. Jika dalam bahasa indonesia tuhan tuhan tuhan begitu sebutannya, hehehehehe, tuhan tuhan tuhan itu atau lailahaillalloh itu dipantulkan kehati menurut tingkatannya. Naaah, sekarang berangkat ke hasilnya bagaimana????, hahhahhah, hasilnya semuanya sama. Ga percaya cobalah tariqot agama lain, dakilah setinggi tingginya dan lewati semua mokom dalam metode agama lain, Supaya tau benar benar rasanya kopi. Kita rasakan kopi itu enak, ternyata masih ada yg lebih benar dari kita yaitu “aku rasakan kopi enak, tapi ternyata kopi membuat saya sakit jantung”, selanjutnya Yang mengatakan “saya rasakan kopi itu enak tapi ternyata kopi membuat saya sakit jantung” merasa lebih benar lagi, eeeeeeh ternyata masih adaaaaa lagi yg lebih benar dgn mengatakan “aku bersyukur dulu aku pecandu kopi, sebab kata dokter kopi dapat membuat serangan jantung, dgn aku terkena serangan jantung aku jadi sering ingat mati” wkwkwkwk, ga ada habisnya membahas siapa yg paling benar hahahahaha.
    dahulu di kabbah tak boleh bersentuhan perempuan dan lelaki, tapi kini allah jadikan itu sudah tak mungkin lagi. Dahulu kiblat kita mengarah ke palestin, kemudian allah ganti menghadap kabbah,dahulu nabi musa dijadikan allah paling pintar kemudian trun firman hai musa masih ada yg lebih pintar darimu yaitu khidir. Dahulu tariqot itu mungkin saja benar, tapi kini apa yg diramalkan muhammad sudah depan mata, islam terpecah pecah dgn banyak golongan. Ikro, bacalah.
    Ikro/baca adalah wahyu pertama turun. Orang awam polos saja mengartikan ikro itu yaaaa kita disuruh membaca. Kemudian ikro dikembangkan dalam ilmu laduni/tasyawuf yaitu yg dibaca adalah allah alllah allah dalam hati, naik tingkatan demi tingkatan hingga di tahlil juga tingkatan demi tingkatan. Tetapi ternyata pohon kelapa itu semakin tinggi dia akan semakin merunduk hingga ada sebagian dia diharuskan tumbang ke bawah saking tingginya, barulah pohon kelapa mengaku ternyata aku kembali juga kebawah, dia bilang ngapain aku jauh jauh ke atas, toh pada akhirnya aku tersungkur kebawah juga. Law begitu ngapain kita keatas, toh yg paling baik itu tetap aja yg paling bertakwa, mengerjakan sholat, puasa, sedekah, jikir semampunya, dll. Toh ketika nabi meninggal jelas berkesan yg tak terlupakan dan yg paling dicintai adalah ummat. Barulah dia mengatakan, huruf “o”itu ternyata bulat wkwkwkwkw, anak kecil aja tau huruf o itu bulat gigigigigi.
    Barulah si ahli toriqot yg mendaki ilmu ilahi itu mengerti setelah tdk ada lagi tangga yg harus di daki, lama dia ditas sendirian sebab sabab jarang orang sanggub sampai di atas, barulah dia mengeri ternyata adam tidak merasa enak tinggal di sorga kalau hanya sendirian. Sadarlah dia kan dibawah banyak teman lantas diapun turun dgn mengatakan “akukan cuma disuruh membaca/ikro”, barulah di rajin baca quran.dia bilang lagi aku kan cuma disuruh berjikir, bukan disuruh berjikir itu dgn begini atau begitu. Lantas ditinggalkannyalah semua karomah dari hasil pendakian batinnya. Barulah dia mengerti seandainya didunia ini tdk ada aliran aliran islam, golongan golongan islam tentulah kami takkan terpecah, kini mengertilah si ahli toriqot itu ahlisunnah waljamaah itu yg mana. Barulah dia kagum kepada seorang anak yg tak pernah mengatakan “ah” kepada ibu bapaknya sebab jelas perintah allah dalam alquran. Mengertilah dia bedanya ummat muhammad dgn ummat nabi nabi lainnya, dibilang syukurlah nabiku muhammad sebab enak tak perlu mendaki daki wkwkwkwkwkwk.

Tinggalkan Balasan ke SAPIHITAMBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca