Info/Berita

Sufisme, Satu Target Serangan Taliban

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD– Serangan terkini Taliban terhadap sebuah bangunan yang biasa digunakan kaum sufi di distrik Nowshera, baratlaut Pakistan, kian membuktikan bahwa militan tersebut menganggap kemajemukan dalam masyarakata adalah ancaman. Pada Ahad (28/10) lalu bom meledak di luar Kaka Sahib, nama bangunan yang didirikan pada abad ke-16 dan digunakan untuk praktik sufi Muslim Sunni. Serangan itu membunuh sedikitnya tiga pengikut aliran sufi tersebut dan melukai 25 orang lain.

“Itu adalah bom dengan kendali jarak jauh yang telah membunuh tiga orang di lokasi.” ujar kepala polisi, Muhammad Hussain, kepada media. Beberapa media Pakistan malah menulis korban jiwa lebih besar. Tidak ada yang bertanggung jawab atas serangan itu, namun Taliban dikenal lama telah menyerang kuil hindu dan tempat ibadah yang digunakan kelompok-kelompok sufi di masa lalu.

Taliban Pakistan berpatroli di pusat pertahanan mereka, Shawal, kawasan suku-suku, Waziristan Selatan. Banyak wilayah suku-suku di barat laut Pakistan kini di bawah kendali Taliban.

Pemberontak Taliban telah membunuh ribuan orang selama bertahun-tahun dan menyerang tempat-tempat ibadah kaum minoritas dan pengikut Islam yang dianggap tak sejalan dengan pemahaman Taliban.

Pada masa lalu, militan Taliban dikenal dengan serangan terhadapt tempat-tempat ibadah Sufi di banyak kota, membunuh puluhan sufi yang mayoritas berasal dari Barelvi Sunni.

Sejarah mengatakan Barelvis meyakini intepretasi budaya luas dalam Islam dan mencari inspirasi dari ulama-ulama besar dan sufi Arab dan Persia, yang memainkan peran penting menyebarkan Islam ke penjuru anak benua India. Tipe Muslim ini biasanya dicintai pula oleh pemeluk Hindu, Sikhs, Kristen dan Yahudi di Asia Selatan.

Sebaliknya, Taliban yang meyakini Islam murni meyakini jamaah di luar keyakinan Islam yang dipercayai mereka, melawan ajaran Rasul Muhammad. “Mubarak Ali, seorang pakar sejarah ternama Pakistan, menyatakan Taliban menentang keragaman budaya sehingga mereka menyerang tempat-tempat ibadah kaum sufi, festival musik dan pusat kebudayaan lain yang dalam pandangan mereka tak Islami,” ujarnya seperti dikutip oleh Deutsche Welle, Selasa (30/10)

Ia menyebut pengaruh kuat Arab Saudi telah membentuk psikologi sebagian besar Pakistan menyebabkan ‘Arabisasi’ terhadap banyak tradisi.

Banyak pengamat Pakistan berpendapat alasan dibalik serangan terhadap tempat ibadah sufi dan para darwis lebih politis ketimbang agama. Mereka berkata Islam mistikal memberi narasi tandingan terhadap Islam ekstremis dan mungkin secara ideologi tandingan terbesar bagi Taliban. Beberapa meyakini Islam sufisme bisa jauh lebih efektif mengalahkan Taliban ketimbang operasi militer apa pun.

Namun sejumlah pakar juga menyatakan kebijakan negara Pakistan, sayangnya, tidak berpihak kepada kaum Sufi dan mengusung fanatisme. “Selama Pakistan dan aparat keamanan terus menggunakan pola pikir itu makan serangan terhadap tempat-tempat praktik Sufisme bisa terus berlangsung,” ujar Mubarak.

Sumber : Republika.co.id

9 Comments

      • SufiMuda

        Membunuh sesama muslim itu sudah jelas hukumnya yaitu dosa besar!
        Ketika kaum muslim diseluruh dunia memberitakan tindakan brutal taliban ini apa digolongkan bid’ah?
        Apakah Taliban punya izin membunuh langsung dari Tuhan sehingga mereka bisa sesuka hati membunuh?
        Kalau yang melakukan tindakan salah itu dari kaum salafi/wahabi dan sejenisnya kemudian dinasehati, apakah yang menasehati digolongkan bid’ah?

        Tentang Abu salafy (www.abusalafy.wordpress.com)
        Apa karena abu salafi mengkritik ajaran2 wahabi yang menurut dia menyimpang, apakah karena itu dia digolongkan bid’ah?

        Sudah 100 tahun ummat Islam diserang dari dalam dgn diciptakan kelompok yang suka membid’ahkan dan mengkafirkan kelompok di luar mereka yang tanpa sadar memperlemah ukuwah Islam.
        Mudah2an kita semua sadar.

        Salam

        Salam

      • mamo cemani gombong

        butuh dalil sdr azzam ????? “Tidak ada paksaan untuk beragama (Islam) ” (QS Al Baqarah [2]:256)

        Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu“. (QS Al Maa’idah [5]:68 )

        “Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran [3] : 110)

        Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “ Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka.”…..
        Firman Allah ta’ala yang artinya

        “dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)“ (QS Al An’aam [6]:151)

        Begitupula dalam memahamai hadits berikut dan hadits-hadits lainnya yang semakna.

        “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Ghiyats dan Abu Mu’awiyah dan Waki’ dari Al A’masy dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak halal darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah dan aku adalah utusan Allah, kecuali satu dari tiga orang berikut ini; seorang janda yang berzina, seseorang yang membunuh orang lain dan orang yang keluar dari agamanya dan meninggalkan jama’ah” (HR Muslim 3175)

        Kita harus pahami penegasan bahwa murtad yang ”meninggalkan jamaah” atau mereka yang berbalik menjadi lawan kaum muslim. Pada zaman Rasulullah, ketika peperangan kaum muslim menghadapi kaum kafir, ketika seseorang keluar dari agama Islam, umumnya langsung bergabung dengan kaum kafir dan memerangi kaum muslim.

        Firman Allah ta’ala yang artinya “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah [2]:217)

        Kitab Imam Bukhari terdapat dua bab yang membahas masalah murtad; yang satu berbunyi: Kitabul-muharibin min ahlil-kufri wariddah, artinya Kitab tentang orang yang berperang (melawan kaum Muslim) dari golongan kaum kafir dan kaum murtad. Adapun yang satu lagi berbunyi: Kitab istita-bal-mu’anidin wal-murtadin wa qitalihim,artinya Kitab tentang seruan bertobat bagi musuh dan kaum murtad dan berperang melawan mereka. Dua judul itu sudah menjelaskan sendiri. Judul yang pertama, menerangkan seterang-terangnya bahwa yang dibicarakan hanyalah kaum murtad yang berperang melawan kaum Muslimin.

        Sedangkan orang yang murtad pada keadaan tidak memerangi kita, hanya status jiwanya saja yang berubah dari ”haram darahnya” menjadi ”halal darahnya”.

        Status “halal darahnya” kaum non muslim atau orang-orang murtad, maknanya adalah ketika terpaksa membunuh mereka ketika perang atau tidak ada jalan lain selain membunuh mereka ketika mereka akan membunuh kita maka pembunuhan itu tidaklah berdosa….
        Jadi jelas terlarang membunuh manusia yang telah bersyahadat hanya karena perbedaan pemahaman atau hanya karena asumsi atau prasangka belaka

        Rasulullah bertanya lagi: “Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau tidak? Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat itu. (HR Muslim 140)

        Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya lagi: ‘Apakah kamu yang telah membunuhnya? ‘ Dia menjawabnya, ‘Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika di hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari kiamat nanti? ‘ (HR Muslim 142)……salam

  • Muhammad Basori

    Subhanallah mungkin hanya itu yang bisa kami sampaikan…setiap tindakan pastilah mempunyai satu alasan…dan setiap suatu alasan adalah sebuah pertanggung jawaban…kami yakin Allah (asal jangan diganti dengan kata-kata lain (Tuhan…God…dst) karena kata-kata “ALLAH’ jamak maupun tunggal akan tetap “ALLAH”…beda dengan God…bisa Gods…dst,…pastilah akan menjaga dan memelihara apa yang Ia ciptakan…he..he…yang penting manusia hars berkaca dengan kejadian nabi “NUH” As…kira-kira apa manusia baru sadar setelah bumi ini jadi berantakan dulu….yang jelas Islam itu “RAHMATAN LIL ALAMIN”…silahkan persepsikan pemahaman ini…kami pengikut nabi Muhammad yang belajar patuh dan setia…tappi pada kenyataannya setiap istilah belajar selalu seiringdengan kesalahan…jadi maaf kan jika ada yang salah dari kata-kata kami…dan sebenarnya jika itu terjadi bukanlah dikarena apa yang diajarkan Nabi kami Muhammad Saw…itu salah itu adalah kesalahan kami semata….ok….semoga teman2…sukses…dan mendapatkan rahmat dan ridho Allah Swt…Amin…

  • Hidayah

    Hakikinya islam adalah “qolbin saliim” yaitu hati yang selamat.
    Ya ALLAH.. Selamatkan hati kami dari hal hal yang dapat menyengsarakan jiwa dan batin kami.. Amiin ya rabb..

  • Hidayah

    Hakikinya islam adalah “qolbin saliim” yaitu hati yang selamat..
    Ya ALLAH.. Selamatkan hati kami dari hal hal yang dapat menyengsarakan jiwa dan batin kami.. Amiin ya rabb..

Tinggalkan Balasan ke HidayahBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca