Tasauf

Sekilas Tentang Makrifat

Saya pernah menulis status di Facebook tentang beda ilmu dan makrifat, “ilmu mengenalkan kita tentang Allah sedangkan makrifat mengantarkan kita kepada-Nya”. Mungkin banyak  yang penasaran dimana beda ilmu dan makrifat padahal buku-buku tentang tasawuf/tarekat banyak membahas masalah makrifat sebagai ilmu dan bahkan ada buku dengan judul “ilmu makrifat” atau “Pengantar ilmu makrifat”.

Untuk lebih mudah memahami beda antara makrifat dengan ilmu saya kemukakan beberapa ucapan sahabat dan tokoh sufi. Saidina Ali ketika ditanya tentang makrifat, Beliau berkata, “Aku mengenal Allah dengan Allah dan aku mengenal selain Allah dengan cahaya-Nya”. Abu Yazid berkata, “tidak ada keraguan sedikitpun dalam hatiku tentang Allah”. Makrifat berdasarkan ucapan diatas adalah pengalaman seorang hamba ketika berjumpa dengan Tuhannya. Makrifat khusus tentang bagaimana cara berhubungan dengan Allah dan orang yang telah mencapai tahap makrifat disebut dengan ‘Arif. Dalam keseharian kita sering mendengar istilah ‘Arif yang digabungkan dengan kata “bijaksana” sehingga menjadi Arif Bijaksana walaupun orang yang disebut Arif Bijaksana tersebut belum tentu benar-benar telah mencapai tahap makrifat.

Di dalam Kasful Mahjub kitab tasawuf klasik karya Imam Al-Qusyairi dijelaskan bahwa syarat untuk mencapai makrifat itu bukan pandai atau luas pengetahuannya karena kalau itu sebagai syarat maka semakin pandai seseorang maka semakin dia bermakrifat kepada Allah, kenyataan semakin pandai manusia semakin dia bingung dengan keberadaan Tuhan. Ilmu diperoleh dari panca indera sedangkan makrifat diperoleh lewat Qalbu (hati).

Makrifat tidak diperoleh dengan membaca dan mendengar, itulah sebabnya walaupun belajar banyak dari buku-buku tasawuf atau mengambil jurusan master tasawuf di universitas tidak akan menjamin untuk mencapai tahap makrifat. Pengetahuan tasawuf yang membahas tentang makrifat yang merupakan pengalaman dari Para Guru Sufi hanya bisa menjelaskan kita tentang apa itu makrifat tapi tidak akan pernah bisa membawa kita kepada pengalaman bermakrifat.

Makrifat adalah kondisi dimana seorang hamba sangat dekat dan akrab dengan Tuhannya tanpa keraguan sedikitpun yang sedang disembah dan sedang dipuja tersebut adalah Allah bukan yang lainnya, bukan sajadah atau dinding mesjid dan bukan pula ka’bah. Bahkan Imam Junaidi Al-Baghdadi ketika ditanya apakah Beliau melihat Tuhan yang disembah dalam ibadah, Beliau menjawab, “Kami tidak menyembah Tuhan yang tidak kami lihat”.

Pengalaman-pengalaman ruhani para sufi hanya bisa dicapai lewat mujahadah, berperang melawan diri sendiri, melawan setan yang bersemayam dalam dada setiap manusia tanpa kecuali. Mujahadah berupa zikir, puasa dan berbagai kegiatan yang bersifat ubudiyah kepada Allah, lewat itulah Allah berkenan memberikan karunia berupa Makrifat yaitu mengenal Dzat Allah yang Maha Agung. Jadi makrifat itu bukan hasil pencarian tapi merupakan karunia dari Allah SWT.

Sebelum mencapai tahap makrifat, seorang salik (murid penempuh jalan kepada Tuhan) terlebih dahulu mengenal dan mahir dengan Muraqabah, sehingga dia sangat mudah mengenal yang mana malaikat dan yang mana pula setan. Dia akan mudah mendeteksi bisikan-bisikan halus yang menyusup ke dalam dada dan pikiran manusia, bisikan setan atau bisikan malaikat, godaan iblis atau ilham dari Allah.

Banyak orang terjebak di alam rohani, menuntut ilmu hanya dengan membaca atau melakukan ritual tanpa bimbingan sehingga dia merasa sudah mencapai tahap makrifat. Dengan bangga kemudian meneriakkan apa yang diteriakkan tokoh sufi, karena merasa suci kemudian meninggalkan ibadah-ibadah yang sudah jelas-jelas di wajibkan oleh agama. Di zaman sekarang kita semakin sulit membedakan antara Hamba Allah atau Hamba Setan, ulama yang merupakan pembawa cahaya Allah atau dukun sebagai duta setan karena keduanya sudah bercampur aduk. Seorang dukun pun sangat mahir dalam berbicara tentang makrifat dan seolah-olah dia telah mencapai tahap makrifat, padahal apa yang disampaikan hanya sekedar teori dan hasil dari bacaan di buku-buku gaib. Karena itu Abu Yazid al-Bistami mengingatkan kita semua lewat ucapan Beliau, “Barangsiapa yang menuntut ilmu Tanpa Syekh (Guru) maka wajib setan Syekh (Guru) nya”.

Sulit memang membedakan ilmu yang benar dan ilmu yang keliru karena apa yang kita sebut sebagai ilmu benar itu bisa jadi keliru. Standar untuk mengukur apakah ilmu yang kita pelajari itu sah atau tidak bukan pada bentuk ilmunya. Semua orang mengklaim memperoleh ilmu dari Al-Qur’an dan Hadist. Sah atau tidaknya tergantung kepada Guru Mursyid tempat dia memperoleh ilmu tersebut. Dalam dunia tarekat Silsilah atau Rantai Emas yang merupakan menyambung antara Guru satu dengan Guru sebelumnya sampai kepada Rasulullah SAW adalah alat pengukur apakah ilmu yang diajarkan itu sah atau tidak. Kalau ilmu yang diperoleh dari Guru yang Silsilah Keguruannya tidak bersambung kepada Rasulullah SAW maka ilmu tersebut wajib diragukan keasliannya.

Seorang Guru Mursyid akan mengajarkan ilmu kepada para murid baik syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat dalam satu paket sebagai warisan dari Rasulullah SAW. Hadist yang disampaikan Guru Mursyid benar-benar dijamin keasliannya karena memang disampaikan lewat jalur yang sah, jalur yang bersambung yang terjamin keasliannya. Seluruh ajaran Guru Mursyid tidak akan terlepas dari apa yang di firmankan oleh Allah SWT dan apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW tidak berubah dan tidak akan diubah sampai akhir zaman.

Satu hal yang harus diingat bahwa yang langka di dunia ini bukan ilmu berhubungan dengan Allah, bukan ilmu tarekat, bukan juga ilmu syariat karena semua ilmu itu bisa diperoleh dimana saja, dibuku, pasantren, universitas Islam, yang langka adalah Guru Mursyidnya, Grand Masternya yang menumpahkan ilmu lewat dada Beliau kepada para murid dimana saja si murid berada dan kapan saja. Ilmu yang ditumpahkan lewat dada ini lah yang benar-benar murni berasal dari Rasulullah SAW. Ucapan Nabi, “Tidak ada yang tersisa di dadaku ini kecuali aku tumpahkan ke dada Abu Bakar”.

Hamzah paman Nabi ingin sekali belajar Al-Qur’an dan ingin sekali paham tentang Al-Qur’an. Ketika Hamzah mengemukakan keinginannya kepada Nabi, kemudian Nabi memeluk paman Beliau dan sejak saat itu Hamzah langsung paham tentang Al-Qur’an. Nabi telah mentransfer Nur Al-Qur’an yang murni dari dada Beliau kepada dada paman Beliau.

Akhirnya kita selalu bersyukur kepada Allah SWT karena Allah dengan Rahman dan Rahimnya berkenan memperkenalkan kepada kita Auliya-Nya, Kekasih-Nya yang lewat Kakasih-Na itu kita dibawa berkenalan dengan Allah SWT yang Maha Agung dan Maha Suci sehingga ibadah yang kita lakukan benar-benar tanpa keraguan sedikitpun. Mudah-mudahan tulisan singkat ini bisa bermanfaat untuk kita semua, Amin ya Rabbal ‘Alamin!

98 Comments

  • nurgaha sulaeman

    assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
    Salam kenal.
    Apa saudaraku pernah masuk
    ke “pintu“ itu,
    ada apa di balik “pintu“ itu?
    wassalam. Terimakasih

    • SufiMuda

      Wa’alaikum salam wr wb.
      saya sudah lupa dengan “pintu” itu karena 15 tahun yang lalu saya sudah didalam “rumah” dan belum berminat untuk keluar walau hanya untuk melihat pintu 🙂
      Pemilik rumah berkata, “Jangan pernah kau ceritakan apa yang kau lihat di dalam, nanti mereka bingung dan tidak percaya”..
      Salam

  • khusna khair

    bukankah tauladan kita adalah rosululloh? bagaimana kita tau bhw guru kita adalah banar? tak menyimpang dari quran dan hadits?

  • zulkipli

    sufimuda saya mau berguru pda anda, tapi sya mau tes guru sya dulu. Apa mula2 yg di ciptakan oleh allah1. 2, knapa org di larang menggambar dan meujutkan nabi muhamad swm? Mun penjelasanya sya tunggu.

    • SufiMuda

      Salam kenal dari saya
      Saya hanya seorang murid yang sedang dibimbing dan akan terus dibimbing oleh Guru saya hingga akhir hayat, jadi saya bukanlah seorang Guru.
      Karena saya bukan seorang Guru maka saya tidak bisa menjawab pertanyaan anda yg ditujukan untuk orang yg mempunyai kapasitas sebagai seorang Guru.
      Saya menjawab pertanyaan anda sebagai seorang sahabat yg masih sama2 belajar.
      1. Menurut yg saya baca dan saya dengar, pertama kali yg diciptakan Allah adalah Nur Muhammad. Tapi itu hanya dugaan saja, yg sebenarnya hanya Allah yang tahu.

      2. Wajah Nabi Muhammad hanya berhak di hadirkan oleh para sahabat dan orang2 yg kenal Beliau semasa hidup, zaman setelahnya orang harus berwasilah kepada penerus nabi. Kalau wajah Nabi di lukis/digambar, khawatir nanti orang akan menjadikannya sebagai sesembahan spt orang kristen memuja Yesus.
      Nur Muhammad itu tidak hanya ada dalam diri Muhammad bin Abdullah saja, tapi ada dlm Ulama pewaris nabi sampai saat ini, itulah sbg wasilah ummat kepada nabi dan kepada Allah.

      Demikian

      • arya agung

        Salam…
        2 jenis ilmu yang salah satunya rapat ditutup oleh rosullullah adalah makrifat ( haqiqot ), karena bila ilmu makrifat disampaikan tanpa bimbingan gurum banyak yang akan bingung, dan keblinger, dan bila disertai belajar tanpa guru haqiqi niscaya akan mendapatkan tujuannya, kiranya point 1 yang disampaikan saudara sufi muda, benar adanya, karena beliau masih dalam tahap syareat, bila beliau sudah memasuki haqiqot dan makrifat, tentunya, beliau tidak akan menulis dan ngeblog lagi, walaupun dalam beberapa ketarangan termaktub Qulil HAQ walau kana murron…

        1. Jawaban 1 adalah NUR…MUHAMMAD, tanpa itu semua, maka tidak akan ada sesuatu makluk apapun CiptanNya. Dasar ini harus anda dapatkan langsung melalui guru ” haqiqot”, bukan mursyid abal-abal. kyai, ustadz, habib atau sejenisnya, Carilah guru yang sejati, jangan mudah terbujuk rayuan guru abal-abal, saya yakin yan ditulis saudara sufi muda ini hanya sebuah prolog…

        2. Th answer #@ is, Just simple…untungnya teknologi selfie atau kamera handphone belum ada dijaman Rosulullah, istilahnya dedi kempot, pabriknya belum dibangun…hehehe, jadi siapa yang bisa menggambarnya dengan HAQ, sesuai dengan wajah rosulullah, paling banter hanya kiasan, dan biasanya ada yang ditambah-tambahi, atau dikurangi, kiranya itu bukan hal yang patut untuk di perdebatkan, karena termasuk salah satu bahsa sirri Gusti Allah SWT. Perkara itu bisa menimbulkan bidah atau kultus ya Wallahu A’lam.

        Pesan saya mas , mbak, saudara, saudari, jangan menafsirkan sesuatu yang belum jelas hanya karena merasa bisa dan pintar dengan akal masing2x, karena apa yang menjadi Sirri Allah SWT hanya bisa dijabarkan oleh kekasihNya…siapa itu? cari sendiri ya..!!!

        Clue…”Al ulamaau warosatul anbiya”…tolong artikan dengan bahasa tersirat, jangan hanya tersurat…

        Nabi Muhammad meninggal—->seterusnya ada pastinya sesorang yang diciptakan oleh Allah SWT agar bisa menjabarkan bahasa SirriNya…siapa itu? Syeh Abdul Qodir Al Jilani..

        Syeh Abdul Qodir Al Jilani lengser—–> Allah akan mencipatakan lagi “wakilNya” di alam dunia ini…siapa?

        Siapa ya? ehmmm siapa ya? Cari aja sendiri ya….

        Jabaran seperti inilah, yang akan anda dapatkan bila bertemu dan berguru dengan Guru sejati / Guru hakiki…Orang-orang inilah yang mengetahui segala rahasia Allah di Jagad Semesta ini…Mengetahui hal yang tersembunyi Allah SWT yang disembunyikan rapat, dari golongan syareat, mengetahui makna tentang perintah dalam Alquran, Mengetahui Hal Yang HAQ ( Menurit Allah SWT ) dan yang Bathil ( Iblis), dan akan menunjukkan anda “Sirothol Mustaqiem”.

        Pastinya Susah ya.. menemukan orang-orang seperti ini? “man Jadda wa jadda” kalau anda bersungguh-sungguh pasti akan menemuinya…istilah jawanya “Sopo temen bakal tinemu”.

        Saya kasih Clue satu lagi ya? Setelahnya Syech Abdul Qodir, kita mengenalnya sangat dekat di Indonesia…Beliau adalah….

        Ah udahlah, malah saya ngelantur…kemana-mana..hehehe, udah ya, jangan dipikir dalem – dalem…

        “Ro’al Wali Illa Waliy..” …itu cluenya..

        oke, sementara itu dulu ya…sampai ketemu lagi…

        Syareat itu Buta, Haqiqot itu pincang….
        Di dunia ini hampir 90 % adalah Syareat dan “buta”
        Dan hakikot/makrifat hanya 10%…pincng/ timpang..seperti prolog saya diawal…
        itulah ilmu yang saya maksudakan….kiranya anda bisa memilih belajar jadi haqiot hingga akhirnya menjadi makrifat atau hanya berkutat pada golongan syareat saja…

        Duh bolo konco priyo wanito….
        (wahai para teman pria dan wanita)
        Ojo mung ngaji syareat bloko….
        (jangan hanya belajar syari’at saja)
        Gur pinter ndongeng nulis lan moco …
        (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)
        Tembe mburine bakal sengsoro 2X ….
        (esok hari bakal sengsara)

        Wassalaam

    • Arjuna

      assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
      Izinkan saya menjawab pertanyaan anda.. Ilmu syariat berisi tata cara, adab dalam beribadah(seperti shalat, zakat, puasa, dll) yang bertujuan untuk menjalin hubungan antara sang hamba kepada Sang Khaliq,,sedang Makrifat adalah mengenal Allah ta’ala seutuhnya baik Dzat, sifat, Asma, Af’al…kenal dan memang sudah diakui oleh Allah ta’ala bukan sekadar mengaku-ngaku.. untuk menjawab pertanyaan anda saya analogikan sbb: “Apabila anda hendak menemui seorang katakanlah seorang presiden tentu anda harus melalui serangkaian protokoler yg sudah dibuat oleh sang presiden untuk dapat menemuinya, namun apabila anda sudah kenal akrab dengan sang presiden tentunya anda tidak harus melalui serangkaian protokol kepresidenan hanya untuk menemui presiden karena anda sudah istimewa bagi sang presiden”….,dan mengapa antara ilmu syariat dan makrifat berseberangan??itu dikarenakan mereka yang masih pada maqam syariat (fiqih) melihat orang yang sudah pada maqam makrifat melangkahi aturan syariat yg berlaku pada umumnya, dikarenakan mereka sudah memiliki hubungan keakraban dgn Allah Ta’ala,sehingga mereka yg tak paham akan condong mengkafirkan / menentang mereka yang sdh makrifat,,sbg contoh semisal Syeikh Siti Jenar, Mansyur Al-Hallaj,dll..dan terkadang perilaku orang yg ada pada maqam makrifat sering kita dapati dalam keadaan majzub..seperti yang terjadi pada Syeikh Abdul Qadir Jailani disaat hendak sakratul maut…
      semoga jawaban saya bermanfaat bagi anda sekian terima kasih

  • senopati

    benarkah rosul mengajari makrifat pda sahabatnya?siapa yg bilang..apa riwayat/hadis itu asli atau buatan sekutu iblis?kalau makrifat itu benar..knpa tdk di ajar umum untk umat?apa nabi pilih kasih?atau nabi hanya di fitnah di pakai namanya untuk menyebarkan makrifat?hati2 saudaraku..jgn lupa ada makhluk yg sudah bersumpah menyesatkan manusia hingga kiamat-dia mencampur aduk yg haq dan yg batil dan akan terlihat baik di hati manusia yg iman nya galau.

    • yusuf bugis

      Mas senopati izinkan sy menjwb pertnyaan anda…dlm sebuah hadis yg diriwayatkan oleh sahabat ….sesungguhnya rosulullah tlah mengajariku 2 ilmu ..ilmu yg pertama untuk di sebarkan kpda umat dan ilmu yg ke 2 apabila aq sebarkan maka halallah leherku untuk di penggal…itulah wahyu untuk ummat dan wahyu untukdirinya sendir

  • iwan

    ass..
    mas senopati sebnarnya ilmu makrifat itu tentang rasa….tidak ada yg tau tntang rasa kcuali ALLAH..makanya ilmu makrifat itu tdak diajarkan secara umum..hnya bagi hamba yg mncarinya..ilmu umum itu dberikan…ilmu rasa itu dicari..knpa sariat itu diaharkan secara umum karena syariat itu peraturan lahiriah..dan untuk mnguatn syariat itu btuh ilmu hakikat..obaratnya gni..syariat itu tubuh sedangkn hakikat itu nywa…jika ilmu dhohir n ilmu batin bersatu maka akn sampai k makrifat..setiap ilmu pengetahuan ato dalil itu mengajak mnusia dari kgelapan k kpad yg terang benderang..ilmu tasawuf/torikot itu ilmu yg diajarkn rosul secara perbuatan nabi langsung…ilmu tasawwuf itu bersumber dari perilaku nabi…bersambung….

  • Muhammad Hilman

    Mau sedikit berkomentar
    Ma’rifath itu artinya mengenal ALLAH, bukan mengenal dari segi nama tapi juga wajib mengenal wujudnya, coba kalian baca kitab tauhid yg mnerangkan sifat2 wajib bagi ALLAH -Wujud artinya ada mustahil tiada- stiap yg bernama pasti ada bendanya (zhat nya).
    1 lagi, ma’rifat itu adalah sbenar benarnya taubat (kembali)
    Kalau ada yg biingung dgn komentar saya jgn dpikirkan maknanya, tpi jdikan lah renungan utk segera mungkin mncari guru (pembimbing) yg pahm betul dgn ilmu ma’rifath karena teori dan praktek itu jauh beda

  • Sodikin

    Memang benar saran anda alat untuk bertemu alloh dengan ilmu ma’rifat.kajian untuk mengimankan hati bahwa alloh maujud yg kita sembah benar 2 kita melihat dengan mata hati kita..apa pakai laporan sama sang mursid..sedang guru itu hanya kasih petunjuk dan alatnya aja.sedang alloh sendiri hanya menampakan wujudnya pd yg dikhendaki .yaitu hmba yg benar 2 mencintai dirinya.d dan memasrahkan rogo jowo lan sukmane..dlm arti mensirnakan kehidupan dunia.trus bagaimana menurut anda….

  • ilon khanani

    Assalamu ‘alaikum…

    Saya ingin berbagi pengetahuan saya tentang perbedaan Ilmu Syariat dan Ilmu Hakikat (Tashawwuf). Bahwa analoginya seperti ini “Seringkali kita temukan di kehidupan kita tenang seorang ‘Alim (Berilmu syariat seperti fiqh dll) yang ilmunya sangat mendalam akan tetapi ilmunya itu tidak diamalkan”. Seorang ‘Alim tersebut hanya mengajarkan ilmu kepda muridnya tapi bagi dirinya sendiri nihil. Dia menyuruh berbuat kebaikan tapi dirinya tidak, diapun mencegah kemungkaran tapi dirinya sendiri melakukan kemungkaran. Bukankah kabar ini telah ada pada Nash, nahh dari analogi diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa antara ilmu syariat dan hakikat mustinya saling melengkapi. Karena hakikatnya ilmu syariat itu adalah ilmu yang sesuai dengan kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain. Sedagkan hakikatnya ilmu hakikat itu adalah ilmu yang sesuai dengan nurani manusia untuk dirinya sendiri. Bisa dikatakan bahwa ilmu hakikat (Tashawwuf) itu adalah ilmu yang pasti dibutuhkan oleh seorang hamba mnuju kepda Tuhannya. Ilmu ini telah di isyaratkan dalam hadits Jibril AS ketika bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ihsan. Cobalah renungi makna ihsan itu untuk diketahui oleh banyak orang atau untuk diketahui antara dirinya dengn Tuhannya.

    wallahu a’lam bish shouab
    wassalamu ‘alaikum

  • cahaya hikmah

    Ka,apakah sebelum mengenal Allah lewat secangkir kopi anda telah mengenal nya terlebih dahulu lewat mati suri?

  • syair makrifat

    Syair Makrifat : Wahai Tuan, aku ingin beragama benar yang diridhoi Allah, jadi tolong terangkanlah kepadaku agar aku tidak tersesat dalam iman keagamaan : “Apakah aku harus meyakini pernyataan Fir’aun sebagai pernyataan Tuhan? Shg secara tidak sadar aku telah tersesat memperlakukan pernyataan Fir’aun sebagai pernyataan Tuhan”. Ataukah aku harus menyatakan pernyataan Kaisar Agustus sbg pernyataan Tuhan? Shg secara tidak sadar aku telah tersesat memperlakukan pernyataan Kaisar Agustus sbg pernyataan Tuhan”. Ataukah aku harus menyatakan pernyataan Dewa Wisnu sbg pernyataan Tuhan? Shg secara tidak sadar aku tersesat memperlakukan pernyataan Dewa Wisnu sbg pernyataan Tuhan”. “Atau apakah aku harus meyakini pernyataan Yesus sebagai pernyataan Tuhan? Shg secara tidak sadar aku telah tersesat memperlakukan pernyataan Yesus sebagai pernyataan Tuhan. “Ataukah aku harus menyatakan pernyataan Musa sbg pernyataan Tuhan? shg secara tidak sadar aku tersesat memperlakukan pernyataan Musa sbg pernyataan Tuhan. “Ataukah aku harus meyakini pernyataan Ibrahim sbg pernyataan Tuhan? shg secara tidak sadar aku tersesat memperlakukan pernyataan Ibrahim sbg pernyataan Tuhan. “Ataukah aku harus menyatakan pernyataan Muhammad sbg pernyataan Tuhan? Shg secara tidak sadar aku tersesat memperlakukan pernyataan Muhammad sbg pernyataan Tuhan. “Ataukah aku harus menyatakan pernyataan manusia, yang kodrat biologis, sistem syaraf, indera-raga, rasa-rabanya tidak sempurna sbg pernyataan manusia? Dan menyatakan serta memperlakukan kalamullah sbg kalam kauniyah sucinya Tuhan?” Mohon terangkanlah kepadaku Tuan, agar aku tidak tersesat dalam iman ketauhidan kepada Allah Swt. -Salam Makrifat-

  • Alif

    Bagaimana kita mau menerangkankan indahnya Dunia pada katak dalam tempurung,Bagaimana kita mau menerangkankan Nikmatnya jimak pada orang yang belom menikah, Ilmu adalah Akal, pandanglah yang satu kepada yang Banyak,pandanglah yang Banyak pada yang satu. Hu Allah, mati sebelum mati.salam ya salam.

  • adam

    assalamu ‘alaikum
    mas syair makrifat.. boleh saya kasih masukan dikit ya..
    mohon bedakan yg mana kah yg membuat pernyataan itu..nafsu ego kah ataukan yg hak..
    salam makrifat.

  • firman varera tajir

    ilmu adalah akal dan ma’rifat itu adalah faham bermuara lagi pada akal?dari kesemua yg di maksud adalah sama karna bila dia beda pasti belum benar!!!setiap manusi sudah mencapai arti kesadaran nya maka apa yg di perbuat hanyalah perbuatan Allah sem
    ata menurut saya sudah tidak lagi di cari tapi sudah saatnya kita ciptakan arti nama Allah dalam perbuatan ini sehingga kebesaran dan ke agungan nya menjadi wujud di bumi maupun di langit ???

  • Ahmad

    Assalamu’alaikum.
    Bismillahirrahmaanirrahiim.
    Perkenalkan saya ahmad, dari Jogjakarta. Saya ingin memulai ngaji dan belajar tasauf. Di Jogja, dimana saya bisa belajar, ngaji dan menemukan guru yang InshaAllah akan mengantarkan untuk dapat bertemu denganNya…
    Mohon petunjuk, penjelasan San arahannya.
    Semoga Allah memberikan kemudahan, ilmu, Taufik dan hidayahNya. Amin

Tinggalkan Balasan ke cahaya hikmahBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca