Tasauf

Adab Seorang Murid Kepada Guru (Kedua)

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Di antara adab yang harus dimiliki oleh seorang murid adalah murid tidak diperkenankan berbicara di depan guru kecuali seperlunya, dan tidak menampakkkan sedikit pun keadaan dirinya di depan guru. Dia juga tidak sepatutnya menggelar sajadahnya di depan guru kecuali pada waktu melakukan shalat. Jika telah selesai shalat, hendaknya dia segera melipat kembali sajadahnya. Murid harus selalu siap melayani gurunya dan orang yang duduk diruangannya dengan senang hati, ringan dan cekatan. Seorang murid harus bersunguh-sungguh jangan sampai menggelar sajadahnya sedang di atasnya ada orang yang lebih tinggi tingkatannya. Dia juga tidak boleh mendekatkan sajadahnya kepada sajadah orang yang lebih tinggi itu kecuali dengan izinnnya. Karena hal demikian dianggap kurang beradab bagi mereka.

Bila menemukan kemusykilan gurunya, seorang murid hendaknya diam meskipun memiliki penjelasan dan jawaban mengenainya. Akan tetapi, dia boleh mengambil apa yang telah Allah SWT bukakan baginya melalui lisan gurunya, kemudian menerima dan mengamalkannya. Jika melihat ada kekurangan dalam jawaban gurunya, seorang murdi tidak boleh membantah atau menolaknya. Bahkan, dia harus bersyukur kepada Allah SWT atas apa yang telah diberikan kepadanya berupa keutamaan, ilmu, dan nur  yang disembunyikan dalam dirinya. Dia tidak boleh memperpanjang perbincangannya dan tidak boleh mengatakan mengatakan,”Guru telah salah dalam masalah ini.” Dia tidak boleh membantah ucapannya kecuali terjadi secara spontan dan tidak sengaja. Jika demikian, dia harus segera menghantikan ucapannya dan menggantikan dengan diam, dan taubat serta bertekad tidak akan mengulanginya.

Murid juga tidak sepatutnya banyak bergerak seaktu mendengar di depan guru kecuali karena mendapat isyarat darinya. Dia juga tidak sepatutnya melihat pada dirinya memiliki suatu keadaan kecuali terjadi padanya suatu hal yang memaksanya untuk membedakan dan memilih. Apabila hal itu telah reda, hendaknya dia kembali kepada keadaan semula, diam penuh adab, tawadhu’ dan menyembunyikan rahasia yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Sungguh, kami telah menyebutkan hal ini, yakni tentang sikap, perbuatan atau ucapan yang tidak baik bagi seorang murid, tetapi kini justru kadang terjadi di madrasah atau pondok mereka. Memang tidak dipungkiri, murid yang dapat melakukan adab yang demikian sempurna itu termasuk murid yang benar dan bersungguh-sungguh. Sehingga makna sesuatu yang telah dia dengar itu menyalakan cahaya kebenaran dan menguatkannya. Kemudian dia akan sibuk di dalam cahaya itu dan tenggelam di dalamnya. Anggota badannya bergerak di tengah kaum, namun sebenarnya dia berada di sebuah batas yang penuh dengan kelezatan watak dan keinginan. Tiap orang akan membayangkan dekat orang yang merindukannya.

Murid yang bersungguh-sungguh, api kerinduannya tidak akan padam dan pancarannya tidak akan pernah redup. Kekasihnya tidak pernah ghaib dan penghiburnya tidak akan pernah jauh. Murid seperti ini akan senantiasa bertambah dalam kedekatan, kelezatan, dan kenikmatan. Tidak ada yang dapat mengguncangkan atau merubah keadaannya selain ucapan Dzat Yang dikehendakinya dan pembicaraan Dzat Yang Menolongnya. Meskipun pada saat itu, didekatnya banyak syair. Nyanyian, suara-suara teman-teman syetan, para pengikut hawa nafsu, dan para pengejar kesenangan. Seorang murid hendaknya tidak menentang seseorang pada saat ia mendengarkan dan tidak menolak seseorang dalam menuntut sesuatu yang diinginkan dan dirindukannya, berupa surga dan bidadari serta melihat Allah SWT di akhirat, yang mana ia telah zuhud terhadap dunia, kelezatan dan kesenangannya, anak-anak dan wanitanya. Ia telah berani bersabar atau keburukan, ujian dan cobaan di dunia serta berpaling kepada anak-anak di akhirat. Hendaknya dia menyerahkan semua itu kepada para guru yang ada. Sesungguhnya mereka itu dalam kekuasaan guru.

Bila belajar pada seseorang guru, dia harus percaya bahwa dikampung itu tidak ada orang yang lebih utama dari gurunya, sehingga dia akan berhasil mendapatkan apa yang dia cita-citakan, dan sang guru akan dapat menghadapkan kepada Allah SWT. Murid harus menjaga rahasianya ketika berkhidmat bersama Allah SWT dalam mencapai kehendaknya. Dia harus menganggap bahwa apa yang dikatakan oleh gurunya adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaannnya. Sesungguhnya melawan guru adalah racun yang sangat berbahaya. Jadi, jangan sampai murid menentang guru, baik secara terang-terangan maupun secara tersembunyi. Dia tidak boleh menyembunyikan  sedikitpun keadaan dan rahasianya terhadap guru, dan tidak memperlihatkan kepada orang lain apa yang telah diperintahkan kepadanya. Tidak sepatutnya bagi seorang murid bertekad meminta kemurahan atau meminta kembali kepada apa yang telah ditinggalkannya karena Allah SWT. Sesungguhnya hal itu merupakan kesalahan besar sekaligus kerusakan kehendak bagi ahli tharekat. Disebutkan dalam hadist Rasulullah SAW,”Orang yang kembali kepada keadaannya seperti anjing yang muntah lalu memakannya lagi”. Dia harus bersungguh-sungguh berpegang pada adab yang telah diperintahkan oleh gurunya, jangan sampai menjadi kurang beradab. Jika terjadi kekurangan dalam melaksanakan apa yang telah diisyararatkan gurunya, maka murid harus memberitahukan hal itu kepada gurunya sehingga guru akan memberikan arahan yang sesuai dengannya dan mendoakan agar mendapatkan taufik, kemudahan dan keberhasilan.

21 Comments

  • dinda

    🙂 Alhamdulillah..
    terimakasih atas pencerahan ini Ab SUFIMUDA

    YMM
    Bimbing selalu kami ini
    mengabdi dan berubudiyah selalu pada MU
    salam kasih kami selalu

  • seliparmalaysia

    “Sesungguhnya melawan guru adalah racun yang sangat berbahaya”

    ”Orang yang kembali kepada keadaannya seperti anjing yang muntah lalu memakannya lagi”.

    woww…takutnye kalo keadaan ini terjadi pada diri kita !!!!!!!!!!!!!

    bang sufimuda,

    bagaimana kalo kita mendapat ujian seperti ini???mendapat ujian yang biadap terhadap GURU…apa yg patut kita lakukan..??

    mohon dijauhkan & diberi kekuatan menghadapi ujian seperti ini…amin..

  • sufimuda

    Bang Seliparmalaysia….
    Ketika kita diberi ujian seperti itu kita harus kembali lagi kepada tujuan kita ber Guru, untuk apa kita ber Guru, untuk apa kita mendalami Tarekat?
    Tujuannya tidak lain adalah untuk mendapatkan Keridhaan Allah SWT, bagaimana mungkin Tuhan akan bisa Ridha kalau kita dimurkai oleh kekasih-Nya?

    Kaji dalam tarekat itu tidak perlu tinggi2 dan aneh2, yang wajar2 saja. Kebanyakan kita memperturutkan hawa nafsu kita dan jika ada karusakan (Bala) akibat dari tindakan kita tersebut yang kita salahkan adalah Guru.

    Saudaraku….
    Nasehatku kepadamu dan juga terutama untuk aku sendiri, jangan pernah keluar dari aturan yang telah dibuat Allah SWT dan Hadist Nabi berupa Syariat , karena aturan tersebut sangat berguna untuk kita, semakin tinggi maqam rohani kita maka akan semakin diperlukan aturan tersebut.
    Syariat tidak dapat dihilangkan, melanggar hukum-hukum Tuhan akan menyebabkan keseimbangan diri kita akan kacau balau.

    Kemudian, kita jangan berprasangka buruk terhadap orang yang telah diberi ujian oleh Tuhan, belum tentu kalau ujian itu dipikulkan kepada kita akan sanggup kita lewati.
    Oleh kerenanya, kita selalu diajarkan untuk berdo’a, “jauhkan dari bala yang tidak Engkau Ridhai…”.

    Satu hal yang saya ketahui dan selalu saya yakini, bahwa yang membuat kita selamat bukanlah kaji-kaji tinggi dan aneh, bukan pula amalan zikir kita yang ber jam-jam.
    Yang membuat kita selamat adalah karena Tilik Kasih-Nya.. Karena kasih dan Sayang Tuhan yang tidak punya batas, hanya karena itulah kita bisa terus bisa berdiri dijalannya.

    Tidak ada yang menjamin kita untuk tidak dimurkai Tuhan, sebagai contoh Iblis yang pernah jadi komandan malaikatpun bisa durhaka padahal zikir Iblis itu 24 jam per hari bahkan beribu tahun lamanya.

    Walaupun dalam kaji “super aneh” mengatakan bahwa Iblis itu juga petugas Tuhan yang bertugas mengganggu manusia, menguji manusia bahkan maqam nya lebih tinggi dari siapapun. Tapi kaji seperti itu tidak usahlah kita jadikan sandaran, ambil kaji2 normal aja, kalau terlalu banyak mengkaji justru akan menghilangkan Kaji….

    Menuju Tuhan itu adalah 2, via Rasul dan via syetan.
    Berguru kepada Mursyid adalah jalan menuju Tuhan via Rasul…

    Karena yang bisa menyelamatkan kita hanya Tilik Kasih-Nya, maka marilah kita perbanyak 5 hal :
    ‘UBUDIAH
    ZIARAH
    SEDEKAH
    SULUK
    WIRID BERSAMA (TAWAJUH) DAN MENJAGA ZIKIR

    Demikian pendapat saya, semoga kita semua selalu dijaga oleh Nya…

    Salam

  • Pengembara Jiwa

    Assalamu’alaikum Wr, Wb.

    Seorang Murid yang ber adab dengan Gurunya adalah seorang murid yang selalu siap dan ta’at mematuhi perintah Gurunya. Karena ia yakin bahwa apa yang diperintahkan Gurunya itu adalah yang terbaik bagi dirinya. Kemudian saya mau Share…. ke saudara2 ku disini….

    Siapkah kita mematuhi guru walau nyawa sekalipun taruhannya?

    Seandainya menurut pandangan BAtin Guru, kita harus dikubur Hidup2 24 jam sehari semalam adalah lebih baik untuk perkembangan Spiritual/Ruh kita di dalam mendekat kepada Tuhan Robbul ‘Alamin, atau mungkin Guru meminta kita untuk mengorbankan Nyawa kita demi kebaikan Umat Islam se Dunia kita harus Mati di tiang GAntungan….

    Apakah kita semua sudah siap Lahir & BAtin…?????

    Jujur pada diri sediri berarti telah jujur kepada Guru, dan jujur kepada Guru berarti ia telah jujur dan Ridho kepada Allah Swt…?

  • sufimuda

    Menarik sekali apa yang disampaikan oleh Pengembara Jiwa, dari pemaparannya menunjukkan bahwa Pengembara Jiwa benar2 seorang yang mengerti tentang Hakikat Tasawuf..

    Menurut pandangan pribadi saya..
    Seorang murid harus selalu siapa melayani Guru nya, dalam kondisi apapun…

    Banyak kisah para sufi yang bisa kita jadikan suri tauladan dalam berguru…

    Sunan Kalijaga dengan setia menjaga amanah Guru nya, menjaga tongkat dalam waktu yang lama, dengan itulah Beliau menjadi wali…

    Saya jadi ingat kisah syekh bustami yang berjalan di atas air…
    Suatu saat syekh Bustami naik haji dengan Guru nya dengan memakai kapal laut. Ketika kapal telah berlayar tiba2 Guru nya teringat tas yang tertinggal di dermaga. Kemudian Beliau menyuruh muridnya (Syekh Bustami) untuk mengambil tas itu. Langsung saja Syekh Bustami lompat kedalam laut tanpa pikir panjang. Gurunya mengiringi dengan azan. Belum selesau Guru nya azan, beliau sudah kembali lagi ke kapal dengan membawa tas yang tertinggal…

    Seorang murid yang sejati akan dituntun oleh Tuhan untuk selalu bisa berhadap kepada Guru nya secara lahir dan bathin…

  • mujahidahwanita

    Wah….jadi ingat cerita Syekh San’an, muridnya sangat setia kepada mursyidnya. Yach…..seharusnya memang seperti itu.

    Saya sangat salut dengan perkataan Pengembarajiwa

    Saya akan melakukan apa saja untuk mursyid saya, walau nyawa taruhannya saya siap, karena apa yang saya lakukan bukan semata-mata untuk mursyid saya, melainkan hanya untuk Allah SWT melalui mursyid saya.

  • seliparmalaysia

    terima kasih bang sufimuda…

    Pendapat dan nasihat anda amat berkesan d jiwa saya !

    smg bertemu di ULTAH 20 okt 2008…

  • Muhammad Arif

    assalamualaikum wr. wb. penjelasan yg sangat mengesankan hati, terima kasih. saya punya pertanyaan,, sbagai manusia guru juga mungkin pernah salah memberi penjelasan, klo penjelasan itu sangat fatal akibatnya sedangkan saya sendiri mengetahui tetapi murid yang lain masih awam, apakah saya tetap harus diam? mohon penjelasannya… 🙂 wassalamualaikum wr.wb.

  • Fakir Al-banjary

    Salam… Izinkan saya untuk mencoba menanggapi pertanyaan saudara M. Arif.. Tujuan kita berguru adalah untuk mendapatkan ridho Allah. Mentaati guru hukumnya wajib bagi setiap ahli tarekat . Mengutip kata-kata Habib Luthfi (dan ini berlaku bagi tiap-tiap ahli tarekat tanpa terkecuali) bahwa perasaan husnuzhan terhadap guru/ mursyid mutlak diperlukan sebab seorang guru dalam melakukan tarbiyah bagaikan seorang montir mesin listrik, disaat mereparasi mesin sering kali tangannya berlumuran kotoran, terkena oli,dsb. “Kalau melihat kotoran ditangannya saja, mugkin kita akan mengingkarinya (menganggapnya nyeleneh). Tapi kita melihat upayanya untuk menyalakan lampu sebagi penerangan, pastilah kita menganggapnya baik. Itulah upaya seorang guru untuk mengupayakan agar hati para muridnya untuk bersinar. Inilah yang disebut sebagai khawariqul ‘adah ( hal-hal yang diluar dari kebiasaan). Mudah-mudahan penjelasan saya dapat menjawab pertanyaan saudara M.Arif. Jikalau tidak berkenan saya mohon maaf yg sebesar-besarnya karena saya masih fakir dalam hal agama. Wassalam.

  • bisri

    Assalamu Alaikum

    Menurut saya disini kajian kita adalah seorang guru kamil mukamil, seorang guru sempurna dan menyempurnakan. Banyak kisah-kisah sufi yang dapat kita contoh. Salah satu contoh Nabi Musa berguru kepada Nabi Khidir, maka Nabi Musa pun tidak sanggup mengikuti jalan Nabi Khidir. Seorang guru Kamil Mukamil lebih mengerti keadaan muridnya daripada muridnya itu sendiri, jadi apabila sudah jatuh perintah kepada muridnya maka wajib bagi si murid untuk melakukannya.

  • M. SYOFYAN

    Banyak dibicarakan Adab murid kepada Guru … Tetapi sedikit dibicarakan Adab Guru dengan Murid … Sekarang ini banyak Guru yang Zholim kepada Muridnya … Bang Sufi Muda … Mohon berikan pencerahan ! … Terimakasih Wassalam.

    • SufiMuda

      Trimakasih atas atas kunjungannya.
      Hadap atau Adap hal yang pokok dalam Tasawuf. Karenanya kitab2 Tasawuf membahas tentang hadab ini dengan terperinci.
      Tanwirul Qulub karya Syekh Amin Al Kurdi menulis tentang adab murid kepada Guru dan adab Guru kepada murid.
      Insya Allah, nanti akan saya posting tulisan tentang adab Guru kepada murid.
      Terimakasih atas sarannya. Semoga kita selalu bersama Guru yang penuh kasih sayang, amin

  • Aisya

    Assalamualaikum akhi.
    saya difahamkan bahawa cara setiap guru menangani muridnya itu berbeza. jadi bagaimana jika mursyid itu lelaki muda yang belum bernikah dan dia mengambil berat ehwal murid perempuannya seperti kekasih? mungkin dia tidak berniat begitu, kerana seorang mursyid itu memang memiliki rasa kasih yang luas terhadap murid. tetapi murid yang awam itu ingin mengelak dari jatuh cinta terhadap gurunya langsung menjadi tidak beradab dengan beliau.

    terus masalah begini bagaimana hendak diselesaikan?
    syukron akhi.

Tinggalkan Balasan ke AbahselatanBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca