Tasauf

ALLAH MAHA NYATA (AD-DZAHIR )

Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,

padahal Dia-lah yang mendhahirkan sesuatu

Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,

padahal Dia-lah yang tampak pada segala sesuatu

Bagaimana mungkin Allah dapat didindingi oleh sesuatu,

padahal Dia lebih nyata dari segala sesuatu

Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,

padahal kalau tidak ada Dia, tidak ada sesuatu

Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,

padahal Dia Maha Nyata sebelum segala sesuatu

(Al-Hikam)

 

Kata-kata diatas saya rangkum dari Al-Hikam, saya mengambil kata-kata yang menunjukkan bahwa Allah itu benar-benar nyata, tanpa terselubung oleh apapun kecuali oleh nafsu dan disesatkan oleh akal pikiran kita sendiri. Dalam Asmaul Husna salah satu nama Allah adalah AD-DZAHIR artinya Maha Nyata. Silahkan artinya sendiri menurut keinginan masing-masing kita. Kalau anda mengartikan makna Maha Nyata itu bahwa Allah telah menciptakan alam beserta isinya, dengan adanya alam ini menunjukkan Maha Nyata nya Tuhan maka sampai disitulah pemahaman anda.

Beberapa tulisan di sini telah pernah membahas tentang apakah Allah bisa dilihat antara lain bisa di baca Bisakah Melihat Allah beserta dalil-dalilnya dan disini saya tidak lagi mengajak kita semua untuk terus berdebat tentang bisa tidaknya Allah dilihat. Saya menganggap orang yang membaca tulisan ini sudah selesai dengan dalil-dalil berserta tafsirannya, sudah selesai dengan debat yang tidak berujung pada akhirnya akan semakin membingungkan diri sendiri. Saya menganggap anda adalah orang yang telah dibimbing oleh seorang Guru Mursyid, dengan demikian pertanyaannya bukan lagi apakah Allah bisa dilihat di dunia ini akan tetapi pertanyaannya menjadi kapan saya bisa melihat Allah? Lalu jalan apa yang saya tempuh agar Allah bisa memperlihatkan diri-Nya kepada saya?.

Pertanyaan itu jauh lebih bermanfaat daripada anda terus menerus tidak mengakui bahwa Allah itu tidak bisa dijangkau oleh apapun, tidak bisa dilihat sama sekali dikarenakan Dia Maha segala-galanya. Disinilah letak kekeliruan besar yang selama ini tidak kita sadari. Kita menempatkan Tuhan itu disebuah menara yang tidak bisa dijangkau oleh apapun, Hampir seluruh agama menempat Tuhan di langit seagai tempat tertinggi karena tidak ada tempat yang lebh tinggi di dunia ini selain dari langit. Kemahakuasaan Dia kita wujudkan dalam bentuk sulit dijumpai, semakin sulit kita jumpai akan semakin nampak bahwa Dia Maha segala-galanya.  Kalau kita menempatkan Dia sebagai sesuatu yang Maha segalanya, jangan kita lupa bahwa Dia juga Maha Nyata, lebih nyata dari apapun. Dengan demikian  maka kita semua diberi kesempatan untuk melihat Zat Yang Maha Nyata, sebagai bagian dari karunia-Nya.

Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka aku ciptakan makhluk agar mereka mengenal-Ku”. Tuhan menciptakan makhluk supaya mengenal Dia dengan sebenar-benar kenal, berhubungan dengan mesra, terus menerus berdialog dengan Tuhan agar kita terus terbimbing kejalan-Nya.

 

Dimana Allah?

Pertanyaan itu yang harus kita jawab terlebih dahulu sebelum kita bertanya bagaimana cara melihat Allah.  Hampir disemua web/blog beraliran syariat (wahabi) memberikan jawaban bahwa Allah itu ada di Arasy, arasy itu berada dilangit dan harus diingat pula pengertian langit ini bisa terjadi multitafsir lagi, apa langit yang dimaksud itu yang sering kita lihat diatas kita berwarna biru kalau cerah kemudian berupa berwarna kelabu kalau mendung dan menjadi gelap kalau sudah malam.  Kaum sufi tidak mengartikan langit itu dalam pengertian zahir seperti yang kita lihat, akan tetapi lebih kepada pengertian ruhani, sebagai kiasan maqam yang harus dilewati, sebagai 7 tempat atau 7 titik yang harus dibersihkan di dalam iktikaf/suluk lewat zikir secara kontinu (Istiqamah). Dalam dalil lain disebutkan bahwa Allah itu ada dimana-mana, lalu bagaimana hubungan Allah yang berada di arasy dengan keberadaannya dimana-mana?. Bagaimana Dia yang lebih dekat dari urat leher?

Untuk menjawab semua pertanyaan itu kita mulai dari dalil yang menyatakan rumah Tuhan adalah Qalbu (hati) orang mukmin sebagaimana Allah berfirman dalam hadist Qudsi:

Sesungguhnya langit dan bumi tidak akan menampung Aku. Hanya hati orang beriman yang sanggup menerimanya.”

Kalau ingin anda mencari Allah jangan cari di gunung, di laut, di gereja, di mesjid atau ditempat-tempat lain, sudah pasti anda tidak akan menemukan Allah disana. Carilah dalam hati orang mukmin, disanalah Rumah Allah yang sesungguhnya. Kalau dalam hati anda telah bersemayam Allah, telah berdialog dengan Allah dan telah Nyata Allah dalam kehidupan anda maka dimanapun anda berada maka disitu anda akan menemukan Dia karena sesunguhnya Allah itu ada dimana-mana.

Kemudian anda bertanya, saya kan punya hati kerena semua manusia diciptakan Allah memiliki hati kenapa saya tidak melihat Allah?

Kalau itu persoalannya saya akan tanyakan satu hal kepada anda. Dirumah anda kan punya TV, kalau TV tidak dihidupkan apakah bisa anda bisa menonton acara TV? Menyaksikan  pertandingan sepakbola secara langsung, melihat wajah SBY? Apakah semua bisa anda lakukan kalau TV ada mati? Jawabnya TIDAK. Sama dengan hati anda, kalau anda tidak bisa melihat Allah berarti hati anda mati. Kalau menghidupkan TV memakai energi listrik lalu menghidupkan hati pakai apa? Menghidupkan hati harus menggunakan Nur Allah melalu zikir dengan memakai Thariqat (metode) yang tepat dan dibawah bimbingan seorang yang Ahli (Mursyid).

Pengertian Allah lebih dekat dari urat leher karena tempat bersemayam Allah itu berada didalam hati orang mukmin, sangat dalam dan sangat dekat. Lewat hatilah kita bisa berhubungan terus menerus dengan Dia yang berada di Arasy. Logikanya, suatu saat jika presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pemimpin tunggal Indonesia dan tidak satupun yang menyerupai pangkatnya di Negara kita ini berpidato di TV, maka akan ada jutaan SBY disaksikan oleh masyarakat Indonesia lewat TV bahkan bisa milyaran ditonton oleh masyarakat seluruh dunia, apakah SBY itu jutaan jumlah nya? Tentu tidak, Beliau itu satu tetapi berada dimana-mana, berada di dalam TV yang dihidupkan.

Dan pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kita bisa melihat Allah?

Dalam sebuah hadist Nabi bersabda, “Matilah dirimu sebelum kamu mati”. Dan seorang sufi bernama Abu Mu’jam mengatakan: “Barangsiapa yang tidak merasa mati, niscaya dia tidak dapat melihat/bermusyahadah kepada Al-Haq

Kunci seseorang bisa berjumpa dan melihat Allah adalah setelah merasakan mati. Tentu mati yang dimaksud disini bukan nafas berhenti kalau hal ini terjadi maka para nabi dan para wali tidak akan pernah berjumpa dengan Tuhan di dunia. Mati yang dimaksud disini adalah kematian rasa kemanusian kita setelah tenggelam dalam zikir, setelah mengalami 4 tahap mati yaitu : Mati Tabi’I (Zikir Qalbi), Mati Ma’nawi (Zikir Lathifatul Ruh), Mati Suri (Zikir Lathifatus Sirri) dan Mati Hissi (Zikir Lathifatul Kullu Jasad).

Semua pengalaman mati itu hanya bisa didapat lewat Thariqatullah (jalan kepada Allah) sudah ada sejak zaman nabi yang dikenal dengan Thariqatussiriah (Jalan Rahasia). Kenapa disebut Jalan Rahasia? Karena lewat jalan itulah kita bisa menuju kepada pemilik segala Rahasia, dengan jalan itulah kita bisa menemukan sesuatu yang Maha Nyata. Kalau anda belum menemukan jalan itu, segeralah mencari karena Allah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kita untuk bisa berjumpa dengan-Nya. Tuhan tidak pernah menghalangi seluruh manusia untuk berjumpa dengan-Nya. Namun terkadang manusia merasa terlalu pandai dengan akalnya, terlalu bangga dengan logika sendiri yang pada akhirnya akan menyesatkan diri sendiri tanpa disadari. Imam Al-Ghazali memisalkan orang yang mencari Tuhan lewat logika dan filsafat itu ibarat seorang yang mempunyai kaki dari kayu, rapuh dan mudah patah.

Tulisan saudara T. Muhammad Jafar, SHI Apa Yang Salah Dengan Tarekat hendaknya menjadi bahan renungan kita bersama, terutama untuk kaum yang sangat anti dengan Tarikat.  Setelah kita membuang tarekat, kita bid’ahkan bahkan kita sesatkan, padahal ini merupakan metode yang digunakan oleh para Wali dan para Nabi dari sejak dahulu kala dan sudah terbukti kebenarannya. Kemudian setelah kita tuduh tarekat sebagai pembuat bid’ah dan dengan serta merta mencampakkan sebagai suatu aliran yang “sakit” maka yang  terjadi kemudian adalah kita semua akan dibuat bingung dengan keberadaan Allah dan sudah pasti dengan segala argumen kaum yang tidak memakai Metode (thariqat) yang benar tidak akan bisa menjawab dimana keberadaan Allah, semua sepakat dengan suara bulat mengatakan bahwa Allah itu tidak bisa dijumpai, ya jelas saja karena mereka sudah membuang metodenya.

Kalau sampai saat ini anda masih memahami Allah itu Maha Gaib maka sekali lagi saya menganjurkan carilah ilmu yang bisa membawa anda menuju kepada Maha Nyata, bersungguh-sungguhlah anda dijalan itu dan pasti anda akan mencapai kemenangan (Al-Maidah-35). Saya tutup tulisan ini dengan mengutip  sebuah iklan: Hari gini Allah masih gaib, apa kata dunia!

96 Comments

  • Rehan.RB

    Asslmmualikm WrWb.
    Saya ingin bertnya Apa yang Dimaksud Dengan Mati lah Ada dulu sebelum anda Mati ,,tolong di jelaskan Kan ?? Terimakasih
    Salam❤

    • nagato

      maaf sebelumnya…

      anda bertanya “mati sebelum mati” ini sudah berthariqat apa belum?

      sebenarnya tiap hari disaat tidur kita itu diajari mati, tapi banyak yang lalai (tidak sadar!) setelah terjaga.

      MATILAH sebelum MATI!
      MAKSUDNYA adalah MENGISLAMKAN RUH
      karena selama ini keislaman umumnya manusia hanya jasad/jasmaniahnya saja, tapi sang ruh! belum di islam kan.

      bagaiman nanti saat kematian datang?
      mampukah menjawab pertanyaan sederhna di kubur nanti dari 2 malaikat

      jadi jangan tenang2 ya…
      mentang2 sudah bersyahadat lantas sudah merasa aman dan yakin masuk syurga?!

      NANTI DULU!!!

      Syahadat sudah di REGISTRASI blom?
      Sudah di ACC Blom?

      punya sim card baru aja harus di registrasi baru bisa dipakai 🙂

  • kusmardiyanto

    azh-zhohiru, laisa fauqohu syaian…..
    Alloh swt tidak butuh tempat, buktinya ketika ruang/tempat belum ada Dia sudah ada….tapi ketika tercipta ruang/tempat (dengan terciptanya Arsy) maka dengan sendirinya Dia swt memiliki posisi berkaitan ruang/tempat itu, yaitu Dia swt diluar ruang/tempat itu…dan posisi itu di atas Arsy….sebab dengan Dia swt berada di luar ruang maka dengan sendirinya Dia swt tidak menempati ruang/tempat, jadi tetap masih bisa dikatakan Dia swt tidak butuh ruang/tempat…..nah kalau sekarang ada pertanyaan “dimana Alloh swt ketika Arsy (ruang/tempat) belum ada?”….ada jawabannya di dalam al-hadits yakni ” fi amaa’, laisa fauqohu hawaa’ wa laisa tahtahu hawaa’ ” artinya ” di amaa’, tidak ada ruang di atas-Nya maupun di bawah-Nya “…..jadi amaa’ adalah kondisi tidak ada ruang…..

  • Mi goreng rasa bakso

    Setelah membaca semua komen2 dari atas sampek bawah saya cuma bisa bilang beginilah nasib orang2 muslim klw di kumpulkan, mereka selalu bertengkar…😀
    Orang ngomong satu langsung nyambar, sumbu pendek, batrenya kendor. 😁
    Dengarkan baek2 kpd sang pembicara ketika dia berbicara.
    Jgn kayak orang di pasar😂😁😂😁😁

  • dd

    Jangan mengklaim kebenaran milik diri sendiri,..tiap orang memiliki jalan masing2 untuk “dekat” kepada Tuhan. Bahkan percaya yang Ghaib itu adalah bagian dari keyakinan Islam (QS 1:1-4 )..
    Boleh-2 saja fanatik dengan kesufian…tapi jangan merasa dekat dengan dengan Tuhan terus mengabaikan perintah-2 untuk sholat, bersedekah, dan kegiatan duniawi lain… Karena manusia diciptakan bukan hanya untuk beribadah, tapi juga untuk menjadi khalifah, memakmurakn, dan menebarkan rahmat di bumi

Tinggalkan Balasan ke si bodohBatalkan balasan

Eksplorasi konten lain dari Sufi Muda

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca